Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Momen

15 Juni 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KOREA SELATAN
Wabah Mers Meluas di Seoul

Departemen Kesehatan Korea Selatan menyebutkan 14 kasus baru sindrom pernapasan (MERS), Kamis pekan lalu. Beberapa kasus di antaranya kasus seorang wanita hamil dinyatakan positif MERS di rumah sakit di Seoul. Sebanyak 2.900 orang dikarantina karena dikhawatirkan positif MERS. "Saat ini sudah ada sembilan korban meninggal," demikian pernyataan kementerian tersebut.

Penyebaran penyakit ini telah menimbulkan ketakutan dan kebingungan masyarakat. Pemerintah menutup sementara 2.474 sekolah dan 22 universitas. Namun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan sekolah dibuka kembali karena MERS dianggap tak mungkin menyebar di situ. "Sekolah tidak dikaitkan dengan penularan (virus)," kata WHO dalam sebuah pernyataan.

Akibat merebaknya MERS, transportasi umum dihindari oleh warga karena dianggap sebagai media penularan. Seoul Metro, kereta bawah tanah di Korea yang rata-rata ditumpangi 4,6 juta orang setiap hari, sejak pekan lalu hanya mengangkut 2 juta orang. Kondisi serupa terjadi di Bandar Udara Incheon. Bahkan beberapa negara, antara lain Hong Kong, sudah menetapkan peringatan kunjungan ke Korea.

Presiden Korea Selatan Park Geun-hye terpaksa menunda kunjungan ke Amerika Serikat, yang seharusnya dilakukan pekan ini. "Karena kondisi yang mencemaskan itu, Park memilih menundanya," kata Kim Sung-woo, sekretaris senior Park. Dalam kunjungan itu, Park rencananya bertemu dengan Presiden Amerika Barack Obama untuk membahas ancaman serangan rudal dan nuklir dari Korea Utara serta isu-isu lain.


AMERIKA SERIKAT
Uang dan Parfum untuk Seks

Telepon seluler, perhiasan, parfum, baju, dan uang tunai digunakan pasukan perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mendapatkan layanan seks dengan warga di tempat mereka bertugas. Hal ini berdasarkan dokumen yang disusun oleh Badan Pengawas Internal PBB (OIOS).

Laporan itu menyebutkan ratusan perempuan di Haiti dan Liberia menjual jasa pelayanan seks karena mengalami kelaparan dan kemiskinan. Sebanyak 231 warga Haiti mengaku telah melakukan transaksi seks. "Bukti yang diperoleh dari kedua negara itu menunjukkan transaksi seks cukup umum, meski tak pernah dilaporkan," begitu bunyi kutipan rancangan laporan yang dibuat pada 15 Mei itu.

Laporan itu juga menyebutkan ada 480 kasus eksploitasi dan pelecehan seksual yang terdaftar selama 2008-2013. Kasus itu terjadi di Republik Demokratik Kongo, Liberia, Haiti, dan Sudan Selatan. Sepertiga dari tuduhan itu melibatkan anak-anak.

Berdasarkan laporan itu, beberapa wanita yang memberikan layanan mengancam jika tak dibayar. "Beberapa perempuan menahan lencana anggota pasukan PBB dan mengancam membeberkan hubungan itu melalui media sosial," demikian bunyi dokumen tersebut.


IRAK
Pelatih Militer Pemburu ISIS

Presiden Amerika Serikat Barack Obama memutuskan akan menambah sekitar 450 pelatih militer ke Irak untuk membantu tentara Irak dan pejuang Sunni dalam menghadapi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). "Pelatih tambahan ini didatangkan untuk mempersiapkan serangan baru dan merebut kembali Ramadi, ibu kota Anbar, yang dikuasai ISIS sejak Mei lalu," kata seorang pejabat Amerika, Rabu pekan lalu.

Mereka akan memperkuat 3.100 anggota pasukan Amerika yang disiapkan menghadapi ISIS. Keputusan menambah pasukan ini diambil setelah muncul berbagai kritik yang menilai pasukan Irak terlalu lemah dalam melawan ISIS. Selama setahun terakhir, ISIS telah merebut sepertiga wilayah di Irak.

"Kami sedang mempertimbangkan berbagai pilihan untuk mempercepat pelatihan dan mendukung mereka dalam menghadapi ISIS. Personel yang dikirim merupakan tentara pilihan, termasuk pengiriman pelatih tambahan," kata Alistair Baskey, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih.

Kontingen Amerika itu akan memberikan pelatihan khusus di pangkalan militer Al-Asad di Anbar Barat dan di pangkalan militer Irak, dekat Kota Habbaniya, satu dari lima kamp pelatihan Amerika di Irak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus