Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
AMERIKA SERIKAT
Inisiatif Baru Obama Melawan Ebola
Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyatakan negaranya bersiap memimpin penanganan virus ebola dengan mengucurkan dana US$ 500 juta. Jumlah ini merupakan setengah dari dana pemberantasan ebola yang disebutkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Maka total janji bantuan dari berbagai negara, organisasi, dan donatur jika diakumulasi mencapai US$ 838 juta (Rp 10 triliun lebih). Sejauh ini baru US$ 155 juta yang cair. "Di Afrika Barat, ebola menjadi endemi yang tak pernah kita lihat sebelumnya, berkembang di luar kendali, semakin buruk," kata Obama dalam pidatonya di Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di Atlanta, Selasa pekan lalu.
Selain mengucurkan dana segar, Amerika menyatakan mampu mengirim 3.000 personel militer, membangun 17 pusat perawatan dengan masing-masing 100 tempat tidur, dan menyediakan ribuan tenaga kesehatan. Personel medis dari militer juga akan melatih 500 tenaga kesehatan per minggu selama enam bulan.
Obama mengumumkan rencananya itu setelah muncul kritik dari banyak ahli kesehatan. Satu di antaranya Medecins Sans Frontieres atau Dokter tanpa Batas, yang menyebutkan dunia kalah dalam perang melawan virus ebola. Menurut mereka, respons global terhadap virus ini sangat tak memadai, bahkan mengabaikan cepatnya penyebaran virus.
Hingga kini virus ebola telah menyerang 4.784 orang, 2.400 di antaranya meninggal. Sebagian besar kasus terjadi di Liberia, Sierra Leone, dan Guinea. l
AUSTRALIA
Operasi Antiteror Terbesar
Kepolisian Australia menggelar operasi antiteror besar-besaran pada Kamis pekan lalu. Musababnya, polisi menyadap percakapan telepon berisi rencana pembunuhan oleh anggota senior Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Ancaman itu berupa pemenggalan warga secara acak, kemudian menggantungnya dengan bendera ISIS serta mendokumentasikan tindakan itu dengan kamera.
Ancaman itu muncul sepekan setelah pemerintah Australia menurunkan status Waspada Terorisme Nasional dari kategori tinggi ke medium. "Dorongan ini datang dari seorang warga Australia yang kelihatannya cukup senior di ISIS ke jaringan di Australia untuk melakukan demonstrasi pembunuhan," kata Perdana Menteri Australia Tony Abbott. "Polisi percaya kelompok ini bermaksud dan telah mulai menjalankan rencananya berupa kekerasan," ujar Komisioner Polisi Federal Australia Andrew Colvin.
Razia berlangsung menjelang subuh di 12 titik di New South Wales, terutama Sydney, dan tiga titik di Brisbane dengan melibatkan 800 polisi bersenjata berat. "Ini razia terbesar yang pernah dilakukan sepanjang sejarah Australia," kata Colvin. Sebanyak 15 orang terjaring. Mereka adalah pemegang paspor yang dibatalkan karena berencana melakukan perjalanan ke Irak dan Suriah.
Seorang di antaranya dituduh bersekongkol merencanakan serangan terorisme, yaitu Omarjan Azari, 22 tahun. Azari diduga berkonspirasi dengan Mohammad Baryalei, salah satu teroris rekrutan ISIS paling dicari. Baryalei, yang pernah menjadi aktor paruh waktu dalam sebuah serial televisi, diidentifikasi sebagai anggota ISIS paling senior di Australia.
MESIR
Berlipat Hukuman Seumur Hidup
Pengadilan Mesir menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup kepada pemimpin tertinggi gerakan Al-Ikhwan al-Muslimun, Mohammad Badie. Bersama dia dihukum pula 14 anggota senior Al-Ikhwan lainnya, termasuk Essam al-Erian dan Mohamed al-Beltagy.
Badie, 71 tahun, dan anggota senior Al-Ikhwan divonis atas dakwaan pembunuhan terhadap lima orang dan percobaan pembunuhan terhadap 100 orang lainnya serta mengobarkan aksi kekerasan di Kairo pada Juli tahun lalu. Di Mesir, vonis penjara seumur hidup berarti mendapat hukuman penjara maksimal 25 tahun.
Ini merupakan vonis kesekian kali yang diterima Badie. Sebelumnya, ia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dalam dua kasus terpisah. Ia juga telah menerima hukuman mati, bersama 182 anggota Al-Ikhwan lainnya, atas tuduhan menghasut dan menggerakkan aksi kekerasan yang menyebabkan dua orang tewas pada Agustus tahun lalu.
Badie merupakan satu di antara ribuan tokoh Al-Ikhwan dan pendukungnya yang ditangkap dalam gelombang kekerasan setelah penggulingan Muhammad Mursi, Presiden Mesir pertama yang dipilih secara demokratis. Mursi sendiri telah dipenjara sejak digulingkan dan diadili atas tuduhan memerintahkan pembunuhan terhadap demonstran pada Desember 2012 di depan istana kepresidenan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo