Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PALESTINA
Arafat Diracuni Polonium
Teka-teki penyebab kematian Presiden Palestina Yasser Arafat mulai terjawab. Ilmuwan Swiss menemukan bukti yang menguatkan dugaan Arafat meninggal karena diracun. Para ilmuwan, yang mengambil sampel dari jasad Arafat, menemukan polonium setidaknya 18 kali ukuran normal.
Mereka yakin polonium punya andil sebagai penyebab kematian Arafat. Laporan setebal 108 halaman dari University Centre of Legal Medicine di Lausanne—yang disewa secara eksklusif oleh Al-Jazeera untuk meneliti penyebab kematian Arafat—menunjukkan terdapat polonium dalam jumlah tak wajar di rusuk, tulang panggul, dan tanah yang bercampur dengan sisa organ Arafat yang membusuk.
Ilmuwan Swiss, bersama tim dari Prancis dan Rusia, memperoleh sampel tersebut pada November tahun lalu setelah jasad Arafat digali dari sebuah makam di Ramallah, Tepi Barat. Arafat meninggal pada 11 November 2004 di usia 75 tahun di Rumah Sakit Militer Percy di Clamart, Prancis. Sebelumnya ,Arafat mendadak jatuh sakit pada 12 Oktober 2004 setelah makan malam.
Polonium adalah unsur radioaktif berupa logam lunak berwarna perak-kelabu yang ditemukan dalam bijih uranium. Unsur ini ditemukan oleh ilmuwan peraih Nobel Fisika, Marie Curie (1867-1934). Ia menamainya seperti nama negara asalnya, Polandia atau Polonia dalam bahasa Latin. Polonium memiliki lusinan isotop. Salah satu yang paling umum adalah polonium-210, yang paling memancarkan partikel radioaktif, dikenal dengan partikel alfa. Polonium lazim digunakan sebagai pemicu pada senjata nuklir.
Menurut Badan Energi Atom Internasional (IAEA), polonium-210 tidak membahayakan kesehatan manusia selama tidak masuk ke tubuh. Tapi 0,1 mikrogram polonium-210 atau seukuran setitik debu akan fatal bila dikonsumsi manusia.
Pakar forensik terkenal asal Inggris dan pensiunan detektif Dave Barclay mengatakan, dengan hasil uji laboratorium ini, dia sangat yakin Arafat meninggal karena dibunuh. "Kandungan polonium di rusuk Arafat sekitar 900 milibecquerel. Itu 18-36 kali rata-rata orang biasa. Yasser Arafat meninggal keracunan polonium," ujarnya kepada Al-Jazeera, Rabu pekan lalu.
Istri Arafat, Suha, telah menerima salinan laporan uji laboratorium pada Selasa pekan lalu di Paris. "Kami tidak bisa menunjuk seseorang. Prancis sedang melakukan investigasi serius. Itu butuh waktu," kata Suha.
Al-Jazeera menginvestigasi kematiannya pada 2011. Suha memberi Al-Jazeera akses ke laporan medis dan semua barang milik Arafat, termasuk baju yang dia kenakan pada hari terakhir hidupnya. Kala itu, ilmuwan Swiss menemukan kandungan polonium-210 yang tinggi di darah, keringat, dan sisa urine di baju Arafat. Pada Juli 2012, Al-Jazeera menyiarkan hasil investigasinya dengan judul What Killed Arafat?. Laporan itu kemudian ditindaklanjuti oleh lembaga penyelidik pembunuhan Prancis dan jasad Arafat digali.
Hanya sedikit orang yang dilaporkan tewas karena zat ini. Kasus yang paling terkenal adalah kematian Alexander Litvinenko, bekas agen KGB yang membelot dan mendapat suaka politik di Inggris. Litvinenko meninggal pada November 2006 setelah bertemu dengan beberapa orang Rusia, termasuk agen KGB, di Millennium Hotel, London. Ia diduga diracuni polonium-210.
CINA
Bom di Markas Partai Komunis
Serangkaian ledakan terjadi di luar markas Partai Komunis Cina di Jalan Yingze, Taiyuan, ibu kota Provinsi Shanxi, Cina bagian utara, Rabu pagi pekan lalu. Saksi mata mengatakan empat-tujuh ledakan terdengar dari luar gedung. Sedikitnya seorang tewas dan delapan lainnya luka-luka dalam ledakan itu.
Seperti dilansir kantor berita Xinhua, gotri dan paku yang diduga berasal dari bom berserakan di jalanan di sekitar gedung. Jalan Yingze merupakan jalan utama di kota itu. Di sana berdiri sejumlah hotel besar dan stasiun kereta api.
Jaringan televisi CCTV melaporkan setidaknya 20 mobil hancur akibat ledakan itu. "Mobil-mobil yang diparkir di depan gedung hancur dan tak bisa diidentifikasi," demikian kicauan di Weibo—Twitter ala Cina. Sebuah akun di Weibo menyebutkan rangkaian ledakan terjadi secara kontinu antara pukul 07.40 dan 08.10.
Seorang saksi mata, Liu Guoliang, mengatakan mendengar ledakan hebat serta melihat kebakaran dan asap membubung ke langit. "Saya melihat gotri sebesar kenari terbang dari jarak 300-400 meter mengenai kepala seorang perempuan tua. Lihat bekas darah di tanah itu," kata Liu.
Ledakan ini terjadi sepekan setelah sebuah mobil menabrak kerumunan orang di Lapangan Tiananmen. Kecelakaan yang diduga serangan teroris itu menewaskan tiga penumpang mobil dan dua wisatawan.
BANGLADESH
152 Serdadu Dihukum Mati
Pengadilan Dhaka, Bangladesh, menghukum mati 152 anggota pasukan penjaga perbatasan pada Selasa pekan lalu. Para serdadu itu dihukum karena terlibat pembantaian para komandannya pada 2009. Ke-152 orang itu merupakan bagian dari 560 orang yang divonis karena memberontak terhadap atasannya.
Ini merupakan pengadilan massal terbesar dalam sejarah. Seperti dikutip BBC, 161 terdakwa dihukum seumur hidup dan 256 terdakwa dihukum hingga sepuluh tahun penjara. Menurut aktivis hak asasi manusia, 47 orang lainnya tewas dalam tahanan.
Pemberontakan yang melibatkan lebih dari 800 serdadu itu terjadi di Resimen Senapan Bangladesh di Dhaka pada Februari 2009. Serdadu yang merasa tidak puas merangsek ke aula dan menembaki komandan mereka yang sedang rapat. Pembantaian itu menewaskan 74 orang, termasuk 57 komandan resimen. Jasad mereka ditemukan di kuburan massal beberapa hari kemudian.
Kepala Pasukan Penjaga Perbatasan Mayor Jenderal Aziz Ahmed mengaku puas terhadap putusan pengadilan. "Itu pembantaian besar. Kami senang karena keadilan ditegakkan," ujarnya.
RUSIA
Anggota Pussy Riot Dikirim ke Siberia
Pejabat pelayanan penjara federal Rusia memindahkan anggota band punk perempuan Pussy Riot, Nadezhda Tolokonnikova, ke sebuah penjara di Siberia. Suami Tolokonnikova, Pyotr Verzilov, mengatakan istrinya dipindahkan ke Penjara Koloni Nomor 50 di wilayah Krasnoyarsk di bagian barat Siberia. "Dia dipindahkan sejauh 4.500 kilometer ke jantung Siberia karena isi suratnya yang menuduh ada tindak kekerasan di penjara," ujar Verzilov, seperti dikutip Telegraph, Selasa pekan lalu.
Keluarga dan kerabat sempat waswas karena nasib Tolokonnikova tak diketahui sejak 18 Oktober lalu. Pihak keluarga juga tidak bisa mengunjunginya di Penjara Koloni Nomor 14 di Mordovia, sekitar 480 kilometer dari Moskow.
Komisioner Hak Asasi Manusia Rusia Vladimir Lukin pun menghubungi pejabat pelayanan penjara federal untuk menanyakan nasib Tolokonnikova, yang dihukum dua tahun. "Saya diberi tahu dia dipindahkan ke penjara baru. Dia akan tinggal di sana sampai masa hukumannya habis," ujarnya.
Pihak penjara menolak menyebutkan posisi Tolokonnikova. Mereka hanya menyatakan Tolokonnikova telah dipindahkan dari Mordovia pada 21 Oktober lalu. Tolokonnikova sempat mogok makan pada September lalu dengan alasan pengelola penjara mengancam akan membunuhnya. Dia bersedia makan setelah pejabat penjara memastikan dia dipindahkan ke penjara lain.
Tolokonnikova dan dua anggota Pussy Riot lainnya, Maria Alekhina dan Ekaterina Samutsevich, dihukum dengan dakwaan terlibat hooliganism karena ikut aksi protes terhadap Vladimir Putin di Katedral Moskow, Februari tahun lalu. Kala itu, Putin menjabat perdana menteri. Tolokonnikova dan Alekhina sudah menjalani separuh hukuman, sedangkan Samutsevich belum ditahan karena mengajukan permohonan banding.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo