Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ISRAEL
Tepi Barat Diserahkan Bersyarat
Pemerintah Israel menyatakan siap membuat konsesi teritorial demi mencapai perdamaian dengan Palestina. Menteri Urusan Intelijen dan Strategis Yuval Steinitz mengatakan Israel siap melepaskan Tepi Barat dengan syarat Palestina menghapus sama sekali kekuatan militernya. Warga Palestina diminta pula mengakui tidak hanya keberadaan Israel, tapi juga statusnya sebagai negara Yahudi. Mereka juga harus melupakan "hak kembali" bagi pengungsi yang diusir dari Israel selama perang 1948. Adapun Yerusalem, yang diklaim Palestina sebagai kota pentingnya, harus dalam keadaan status quo.
"Kami siap untuk solusi dua negara untuk dua orang. Saya berpikir ini adalah satu-satunya solusi bagi konflik Israel-Palestina," kata sahabat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu itu kepada The Daily Telegraph, Jumat pekan lalu.
Steinitz yakin semua warga Israel akan menyepakati keputusan itu. Pemerintah Israel akan segera menggelar referendum tentang hal ini, tentu setelah ada pembicaraan dengan Palestina. "Kami menginginkan keamanan dan perdamaian sebagai imbalan atas pengorbanan kami ini," katanya.
Rencana yang digagas sejak tiga tahun lalu itu tak kunjung terwujud karena Palestina menolak pembicaraan damai jika Israel masih tetap menguasai permukiman di Tepi Barat. Untuk itu akan digelar pembicaraan lanjutan di Washington, Amerika Serikat, dalam waktu dekat. Tzipi Livni, kepala negosiator Israel, akan bertemu dengan negosiator Palestina, Saeb Erekat—dengan mediator Amerika.
TUNISIA
Kematian Petinggi Oposisi Memicu Gejolak
Unjuk rasa dan mogok massal terjadi di Tunis tengah dan Sidi Bouzid, Tunisia, Jumat pekan lalu. Pendemo meminta pemerintah mengusut tuntas kematian seorang pemimpin oposisi, yang ditembak orang tak dikenal. Polisi menggunakan gas air mata untuk menghentikan aksi massa. Seluruh jadwal penerbangan dihentikan, sedangkan pusat bisnis dan perbankan tidak beroperasi.
Muhammad Brahmi, 58 tahun, anggota Majelis Konstitusi dari kelompok oposisi, tewas setelah ditembak pengendara motor di rumahnya, di Ariana, dekat Tunis. Sebelas peluru bersarang di tubuhnya. Brahmi adalah politikus partai sayap kiri Front Populer yang sering mengkritik partai penguasa, Ennahda. "Mereka telah membungkam suara keras suami saya," kata Mbarka, istri Brahmi, seperti dikutip dari The Daily Telegraph.
Tudingan mengarah ke Ennahda. Partai islamis dan partai sekuler di Tunisia memang berseteru sejak revolusi penggulingan rezim Zine el-Abidine Ben Ali. Namun tuduhan itu dibantah. "Pelaku ingin membawa negara menuju perang saudara," ujar Ketua Ennahda Rached Ghannouchi.
Kematian Brahmi merupakan kematian politikus ketiga di Tunisia. Sebelumnya, pemimpin oposisi Lotfi Naghdh dan Chokri Belaid terbunuh pada Oktober 2012 dan Februari 2013.
SURIAH
Korban Melewati 100 Ribu Jiwa
Perang saudara Suriah telah merenggut lebih dari 100 ribu jiwa. Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebutkan jumlah korban tewas meningkat lebih dari 7.000 jiwa hanya dalam waktu satu bulan, Kamis pekan lalu. Sedangkan jutaan warga mengungsi ke sejumlah negara tetangga. "Pertempuran di Suriah harus diakhiri dan perlu digelar konferensi damai di Jenewa sesegera mungkin," kata Ban Ki-moon, Sekretaris Jenderal PBB, seperti dikutip dari VOA.
Pertempuran sengit dan penembakan terhadap daerah pemberontak, Homs, terus terjadi. Beberapa bangunan rusak berat dihantam peluru kendali. Di pinggiran selatan Damaskus, sebuah bom mobil menewaskan sedikitnya sepuluh orang.
Lembaga Pengawas Hak Asasi Manusia Suriah menyebutkan 2.014 orang, sebagian besar gerilyawan, tewas sejak awal Ramadan pada 10 Juli. "Jumlah korban tewas terus bertambah karena intensitas pertempuran yang meningkat," ujar Rami Abdel Rahman, Direktur Pengawas Hak Asasi Manusia Suriah.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry, yang berada di New York untuk bertemu dengan oposisi Suriah, mengatakan tidak ada solusi militer bagi Suriah. Meja perundingan adalah jalan yang paling tepat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo