Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BRASIL
Unjuk Rasa Meluas
Gelombang unjuk rasa di Brasil terus meluas. Rabu pekan lalu, pengunjuk rasa yang turun ke jalan di berbagai kota mencapai 200 ribu orang. Jumlah pengunjuk rasa kali ini merupakan yang terbesar dalam sejarah Negeri Samba dalam 20 tahun terakhir.
Di Sao Paulo, kota terbesar di Brasil, sekitar 65 ribu pengunjuk rasa melumpuhkan kegiatan kota. Sedangkan di Brasilia, ibu kota Brasil, massa pendemo menerobos pengamanan bangunan Kongres Nasional dan menaiki atap bangunan karya Oscar Niemeyer itu.
Menurut Reuters, massa dan polisi bentrok di Rio de Janeiro. Bentrokan juga terjadi di Belo Horizonte ketika massa berupaya menerobos masuk stadion tempat digelarnya pertandingan antara Tahiti dan Nigeria di Piala Konfederasi.
Mahalnya transportasi umum memicu kemarahan massal ini. Protes soal transportasi publik kemudian melebar ke masalah keamanan, kesehatan, dan pemborosan dalam pelaksanaan turnamen sepak bola internasional, Piala Konfederasi, yang menjadi ajang pemanasan menjelang Piala Dunia 2014, yang dimulai Sabtu dua pekan lalu.
Pemerintah mencoba tenang dalam menyikapi gelombang aksi ini. "Unjuk rasa damai adalah sah. Wajar anak muda berdemonstrasi," ucap Presiden Dilma Rousseff dalam blog kepresidenan.
SINGAPURA
Polusi Udara Terburuk
Langit Singapura kelabu pada pekan lalu. Kabut asap menyelimuti negeri kota itu. Namun kabut yang menggantung di atas kepala warga Singapura bukan kabut yang aman dihirup. Sebab, indeks polusi udara yang dikandungnya mencapai tingkat yang membahayakan kesehatan, yakni 371.
Indeks tertinggi dalam sejarah polusi udara di Negeri Singa itu sejak pertama kali terpapar asap dari Indonesia pada 1997 berada pada angka 227. Indeks polusi udara masih dianggap sehat bila berada di bawah angka 100.
Polusi udara ini terjadi sejak dua pekan lalu. Beberapa titik api ditemukan di lahan gambut yang terhampar di hutan Riau dan asapnya menyeberang hingga Singapura.
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong menegaskan, pemerintah segera membentuk tim khusus untuk melindungi kesehatan publik dan mendukung perekonomian negara akibat serangan asap. Pembakaran hutan ilegal untuk membersihkan lahan bagi perusahaan sawit di Pulau Sumatera menjadi penyebab utama polusi udara.
TURKI
Polisi Kian Agresif
Polisi Turki makin agresif dalam menangani unjuk rasa yang berkobar di beberapa kota dalam tiga pekan terakhir. Tak cuma menangkapi demonstran, mereka juga menggerebek 90 rumah anggota Partai Sosialis Tertindas (ESP) serta menggeledah dua kantor media, NTV dan CNN-Turk.
Dalam operasi gabungan di seluruh wilayah Turki, polisi mencokok lebih dari 100 aktivis dari rumah mereka, sebagian besar anggota Partai ESP—partai sayap kiri yang sangat aktif menggelar unjuk rasa antipemerintah di Taman Gezi, Istanbul. Sesuai dengan hukum Turki, mereka yang ditangkap bisa ditahan untuk diinterogasi selama empat hari sebelum diajukan ke pengadilan.
Tindakan polisi ini mendapat dukungan Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan. Meski dikecam atas ulah brutal polisi, Erdogan menilai sikap polisi masih dalam batas wajar. Ia justru hendak memperluas kewenangan polisi. "Sehingga menguatkan intervensi pemerintah," katanya seperti dilansir Al-Jazeera, Rabu pekan lalu.
Krisis Turki diawali aksi pengunjuk rasa menduduki Taman Gezi pada 31 Mei lalu. Mereka memprotes rencana penebangan 600 pohon di taman tersebut.
AFGANISTAN
Amerika dan Taliban Berunding
Taliban menyatakan siap berunding dengan Amerika Serikat. Dalam perundingan itu, rencananya kedua pihak bakal membicarakan penyelesaian konflik di Afganistan.
Rencana perundingan yang akan digelar di Doha, Qatar, itu muncul pada Selasa pekan lalu bersamaan dengan penyerahan kendali keamanan dari Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) ke pasukan keamanan Afganistan. Pihak Taliban sudah mengakui rencana itu. Bahkan mereka menginginkan pembahasan soal politik dan solusi perdamaian.
Kabar baik ini cepat ditanggapi Presiden Amerika Barack Obama. Di sela pertemuan G-8 di Enniskillen, Irlandia Utara, Obama mengatakan pembicaraan dengan Taliban merupakan langkah pertama menuju rekonsiliasi di Afganistan. "Proses ini tidak akan berjalan mudah atau cepat, tapi kita harus menempuh jalan ini di samping pendekatan militer," ujarnya.
ARAB SAUDI
Kembalinya Tradisi Cium Pipi
Tradisi cium pipi kanan-kiri di Arab Saudi sempat hilang setahun lalu, terutama di kawasan timur negeri kaya minyak tersebut. Kala itu, para lelaki ketakutan terjangkit virus mematikan yang menyebabkan penyakit MERS.
Namun, seperti dikutip Al-Arabiya, sejak awal Juni lalu para pria Arab kembali saling cium pipi. Para dokter yang disediakan kerajaan telah menyatakan wilayah mereka sudah bersih dari virus yang menyerang hampir setahun. "Kami tadinya hanya bersembunyi di balik masker. Kini kami sudah kembali saling cium," kata Abdullah, warga Al-Hufuf, Rabu pekan lalu. Penyakit MERS di Saudi telah merenggut 32 nyawa dengan jumlah penderita 49 orang.
AMERIKA SERIKAT
Pesawat tanpa Awak di Negeri Sendiri
Pesawat tanpa awak milik Amerika Serikat ternyata tak hanya digunakan untuk mengintai Irak dan Afganistan. Alat intai itu ternyata bergentayangan di langit Abang Sam, negara yang menjunjung tinggi kebebasan dan privasi.
"Kami menggunakannya dalam skala kecil dan dengan tujuan bijak," ucap Direktur Biro Penyelidik Federal Amerika (FBI) Robert Mueller di depan Kongres seperti dilansir CBS News, Rabu pekan lalu.
Menurut Mueller, pengawasan lewat udara menggunakan pesawat tanpa awak itu merupakan strategi baru. Ia mengklaim beberapa lembaga di Amerika juga menggunakan pesawat tanpa awak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo