Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ruangan itu tersembunyi di dalam kompleks kantor pusat Badan Keamanan Nasional (NSA) di Fort Meade, Maryland, Amerika Serikat. Letaknya terpisah dari kantor utama agen penyadapan Amerika tersebut. Sejumlah penjaga bersenjata api berdiri tegak di depan pintunya.
Ruangan besar berpintu baja itu adalah markas Tailored Access Operations (TAO), unit rahasia di dalam NSA. Tim khusus ini bertugas menyadap sejumlah lembaga dan negara yang dianggap menjadi ancaman bagi Abang Sam. Begitu rahasianya hingga mayoritas karyawan NSA tidak mengetahui keberadaan TAO. Untuk melewati pintu baja itu, para pejabat NSA harus memencet enam digit angka sandi dan melewati sensor retina.
TAO menjadi populer dalam dua pekan terakhir berkat Edward Joseph Snowden, 29 tahun, bekas pegawai Booz Allen Hamilton, kontraktor pertahanan NSA. Kepada surat kabar Hong Kong, South China Morning Post, Rabu dua pekan lalu, ia mengungkapkan NSA meretas Cina sejak 2009 melalui program PRISM.
Snowden membocorkan dokumen rahasia NSA, yang menyebutkan program PRISM—mengumpulkan informasi tentang pengguna Google, Facebook, dan Twitter. Program ini mengincar Chinese University of Hong Kong serta pejabat publik di seluruh daratan Cina dan Hong Kong. Ia membuka rahasia itu setelah Kepala NSA Jenderal Keith Alexander bersaksi di depan senat bahwa infrastruktur dunia maya Amerika, termasuk telepon dan jaringan komputer, rawan diserang.
Snowden mengatakan sebelumnya pemerintah Amerika menjalankan operasi rahasia tanpa mengindahkan peraturan. "Tapi sekarang tidak lagi. Setiap tingkatan masyarakat menuntut akuntabilitas dan pengawasan," ujarnya.
Ini "bom" ketiga yang diledakkan Snowden dari tempat persembunyiannya di Hong Kong. Ahad tiga pekan lalu, ia membocorkan program penyadapan telepon dan data Internet oleh NSA kepada Washington Post dan media Inggris, The Guardian.
Menurut dia, dari sekitar 61 ribu sasaran NSA, ratusan di antaranya komputer di Cina. South China Morning Post menyatakan sudah melihat dokumen NSA, tapi tak dapat membuktikan keasliannya. Surat kabar berbahasa Inggris ini juga tak dapat memverifikasi tuduhan Snowden.
Tudingan Snowden muncul beberapa hari setelah Presiden Amerika Serikat Barack Obama bertemu dengan Presiden Cina Xi Jinping di Sunnylands, Palm Springs, California. Dalam pertemuan itu, Obama mendesak Xi segera mengatasi serangan maya dari Cina, yang oleh Obama disebutkan sebagai "pencurian langsung properti Amerika".
Pernyataan Snowden itu menguatkan klaim sejumlah pejabat pemerintah Cina, yang sejak dulu menuding Amerika melakukan serangan dunia maya terhadap Cina. Snowden menyebutkan NSA menyasar saluran data berkapasitas besar yang menghubungkan urat nadi Internet di seluruh dunia.
Seperti dilansir Foreign Policy, Senin dua pekan lalu, pejabat otoritas Internet Cina, Huang Chengqing, mengatakan Cina memiliki segunung data yang menunjukkan Amerika mencuri rahasia pemerintah Cina. Klaim Cina itu diperkuat beberapa sumber Foreign Policy. Mereka menyatakan TAO sudah meretas komputer di Cina selama sekitar 15 tahun. Hasilnya adalah sejumlah informasi intelijen yang dapat diandalkan mengenai apa yang terjadi di dalam Republik Rakyat Cina.
Menurut sejumlah mantan pejabat NSA, misi TAO sederhana. Tim ini mengumpulkan informasi intelijen mengenai target-target di luar negeri dengan meretas sistem komputer dan telekomunikasinya, memecahkan kata sandi, mengacaukan sistem keamanan komputer, mencuri data di hard drive komputer, kemudian menyalin seluruh pesan dan lalu lintas data di dalam surat elektronik serta sistem pesan teks.
Tim yang dibentuk pada 1997 ini juga bertanggung jawab mengembangkan informasi yang memungkinkan Amerika menghancurkan atau merusak komputer dan sistem telekomunikasi pihak asing lewat serangan dunia maya. Organisasi yang diberi tanggung jawab melakukan serangan adalah US Cyber Command (Cybercom), yang berkantor pusat di Fort Meade dan diketuai Keith Alexander.
TAO, yang dikomandani Robert Joyce, bekas Wakil Direktur Direktorat Kepastian Informasi NSA, yang bertanggung jawab melindungi sistem komputer dan komunikasi pemerintah Amerika, kini jadi salah satu komponen paling penting di Direktorat Intelijen Sinyal (SIGINT) NSA. Direktorat ini beranggotakan seribu peretas komputer militer dan sipil, analis intelijen, spesialis target, perancang peranti keras dan lunak komputer, serta insinyur listrik.
TAO bekerja di pusat operasi ultramodern yang disebut Pusat Operasi Jarak Jauh (ROC). Tim ini beranggotakan sekitar 600 peretas komputer militer dan sipil. Ketika komputer-komputer tersebut teridentifikasi dan diketahui lokasinya, para peretas di ROC masuk ke sistem komputer sasaran dengan menggunakan peranti lunak khusus yang dirancang TAO, seraya mengunduh isi hard drive dan menanam peranti lunak di dalam sistem operasi komputer. Dengan begitu, TAO dapat memonitor secara terus-menerus surat elektronik atau teks pesan yang keluar-masuk komputer.
Namun laporan itu tak membuat Amerika berhenti menuding Cina. Februari lalu, perusahaan keamanan dunia maya, Mandiant, melansir laporan detail yang menuding Cina meretas Amerika. Sasarannya sangat luas, dari teknologi industri pertahanan, perusahaan energi, cetak biru infrastruktur, hingga sistem surat elektronik para pejabat dan jurnalis Amerika. Laporan Mandiant itu adalah hasil pelacakan serangan maya dari sekitar fasilitas Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) di Shanghai.
Dalam laporan setebal 60 halaman itu, Mandiant mengklaim riset dan observasinya menunjukkan Partai Komunis Cina menugasi PLA melakukan spionase maya dan mencuri data beberapa organisasi di seluruh dunia. Mandiant melacak ribuan serangan komputer terhadap perusahaan dan organisasi Amerika sejak 2006. Menurut Mandiant, serangan dilakukan dari sebuah gedung tinggi di Shanghai, yang menjadi markas Unit 61398 PLA.
Mandiant menemukan mayoritas serangan datang dari sekelompok peretas yang dijuluki Advanced Persistent Threat 1 atau APT1. Pendiri dan Direktur Mandiant, Kevin Mandia, mengatakan Unit 61398 identik dengan APT1.
"Kami berkali-kali masuk ke APT1. Jadi kami mulai mengobservasi APT1 berdasarkan volume serangan yang mereka lakukan," kata Mandia. Ia mengatakan hasil riset perusahaannya menunjukkan unit itu merekrut orang yang bisa berbahasa Inggris, bisa mengeksploitasi jaringan, dan paham keamanan komputer.
Laporan itu mengutip memo internal pada 2008 dari perusahaan telekomunikasi negara, China Telecom. Dokumen itu berisi rincian instalasi infrastruktur di gedung Unit 61398. Penulis memo itu menyampaikan pesan kepada koleganya di cabang China Telecom bahwa PLA berharap Shanghai Telecom menyelesaikan tugas ini untuk militer karena konstruksi pertahanan nasional penting.
Tudingan terhadap Cina muncul lagi dalam beberapa pekan terakhir. Pada 22 Mei lalu, sebuah komisi independen yang dipimpin Dennis Blair, mantan direktur intelijen nasional, dan Jon Huntsman, mantan Duta Besar Amerika untuk Cina, mengeluarkan laporan yang menuduh Cina bertanggung jawab terhadap pencurian 50-80 persen hak kekayaan intelektual Amerika, termasuk melalui serangan maya.
Enam hari kemudian, Washington Post mengutip sebagian kajian rahasia untuk Departemen Pertahanan (Pentagon), yang melaporkan sistem persenjataan canggih Amerika telah diganggu para peretas Cina, termasuk teknologi peluru kendali dan pesawat tempur.
Namun Cina selalu menyangkal terlibat dalam peretasan komputer. "Hukum Cina melarang peretasan dan aksi lain yang merusak keamanan Internet. Militer Cina tak pernah mendukung kegiatan peretasan apa pun," demikian pernyataan resmi Kementerian Pertahanan Cina.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Hong Lei, mengatakan membuat tuduhan berdasarkan bahan mentah merupakan tindakan tak bertanggung jawab dan tidak profesional. "Cina selama ini juga menjadi target peretasan."
Sapto Yunus (Foreign Policy, The Economist, AP, CBS News)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo