Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Momen

18 Mei 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BURMA
Junta Tahan Suu Kyi

Junta militer Burma menahan aktivis demokrasi Aung San Suu Kyi di penjara Insein, Rangoon. Tuduhannya, ia melanggar aturan tahanan rumah yang melarangnya menerima tamu. Pemimpin partai oposisi Liga Nasional untuk Demokrasi itu akan diadili pada Senin ini.

Juru bicara Liga Nasional Nyan Win mengatakan tuduhan itu tak masuk akal. Tamu tersebut, John William Yeattaw, warga Amerika Serikat, sama sekali tak diundang Suu Kyi. Veteran Perang Vietnam itu berenang di danau depan rumah Suu Kyi dan diam-diam bersembunyi di pekarangan rumahnya selama dua hari. ”Gara-gara orang tolol itu Suu Kyi harus menghadapi masalah ini,” kata Nyan Win.

Saat ditangkap kondisi Suu Kyi belum membaik. Pekan lalu ia dikabarkan mengalami tekanan darah rendah dan dehidrasi. Junta melarang dokter mengunjunginya. Ia menjadi tahanan rumah setelah menang pemilu pada 1990. Status tahanan Suu Kyi seharusnya akan berakhir pada Mei ini, tapi pemerintah Burma memperpanjang masa penahanan.

PAKISTAN
Warga Swat Mengungsi

AKIBAT makin meningkatnya serangan militer Pakistan terhadap kelompok Taliban di Lembah Swat, 130 kilometer barat laut Ibu Kota Islamabad, lebih dari setengah juta warga sipil terpaksa mengungsi. Mereka berusaha melarikan diri untuk menghindari bentrokan antara 15 ribu aparat militer dan sekitar 5.000 anggota kelompok gerilyawan.

Berdasarkan catatan resmi pemerintah Pakistan dengan bantuan Badan Urusan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR), hingga Senin pekan lalu, warga yang mengungsi mencapai 501.496 orang. ”Sekitar 1,3 juta penduduk di Swat terancam menjadi pengungsi,” kata Ariane Rummery, juru bicara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Pemerintah Pakistan bertekad menghabisi semua anggota kelompok Taliban setelah perjanjian damai antara kedua belah pihak gagal. Menteri Dalam Negeri Pakistan Rahman Malik bahkan mengatakan, hingga kini sudah 700 anggota kelompok yang dicap teroris oleh negara-negara Barat itu yang terbunuh. Hampir semua partai politik di Pakistan mendukung serangan pemerintah. Namun mereka menyesalkan arus pengungsian massal.

JEPANG
Pemimpin Oposisi Mundur

PEMIMPIN partai oposisi Jepang Ochiro Ozawa mengundurkan diri dari jabatan ketua Partai Demokrat, Senin pekan lalu, setelah digempur isu skandal dana donasi perusahaan konstruksi. Ozawa mengatakan pengunduran diri ini bertujuan memulihkan citra partai oposisi terbesar di Jepang itu menjelang pemilihan umum pada September mendatang. ”Saya mengorbankan diri dengan berhenti sebagai pemimpin partai untuk menguatkan persatuan di tubuh partai,” katanya.

Skandal yang menyeret Ozawa mulai tercium publik pada Maret lalu. Jaksa menuding organisasi pendanaan politik Ozawa menerima sumbangan gelap dari perusahaan konstruksi Nishimatsu 21 juta yen atau sekitar Rp 2,2 miliar pada periode 2003 hingga 2006. Polisi telah menangkap sekretaris pribadi Ozawa dan dua petinggi perusahaan tersebut. Ozawa membantah terlibat skandal itu.

Kasus ini merupakan pukulan telak bagi kubu Demokrat, yang sebelumnya dinilai mampu mengakhiri kekuasaan Partai Demokratik Liberal yang dipimpin Perdana Menteri Taro Aso. Ozawa bahkan disebut-sebut sebagai kandidat utama pengganti Aso dalam pemilu mendatang. Gara-gara skandal tersebut, pamornya terus merosot.

PALESTINA
Paus Dukung Negara Palestina

PEMIMPIN umat Katolik sedunia, Paus Benediktus XVI, mendukung terbentuknya negara Palestina. Ketika berpidato di Bethlehem pada Rabu pekan lalu, Paus yang didampingi Presiden Otoritas Palestina Mahmud Rida Abbas menyampaikan seruannya kepada masyarakat internasional agar segera membantu mewujudkan negara Palestina.

”Takhta Suci mendukung hak rakyat Palestina untuk mendirikan sebuah negara berdaulat dan hidup damai dengan negara tetangga dalam batas wilayah yang diakui secara internasional,” katanya. Paus kelahiran Jerman itu juga mendesak Israel segera mencabut isolasi terhadap wilayah Gaza yang kini dihuni sekitar 1,5 juta penduduk.

Rencana pendirian negara Palestina sebetulnya telah menjadi komitmen antara mantan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert dan Abbas dalam konferensi di Annapolis, Maryland, Amerika Serikat, dua tahun lalu. Namun hingga tenggat yang sudah ditetapkan, yakni akhir tahun lalu, negara Palestina belum kunjung terbentuk.

IRAN
Roxana Saberi Bebas

JURNALIS Amerika keturunan Iran, Roxana Saberi, akhirnya menghirup udara bebas setelah pengadilan banding mengurangi hukumannya menjadi dua tahun masa percobaan, Senin pekan lalu. Sebelumnya, Saberi divonis delapan tahun penjara oleh sidang Majelis Revolusi Iran, di Teheran, karena dianggap bersalah melakukan aksi mata-mata bagi Amerika Serikat.

Selain mengurangi hukuman, pengadilan melarang Saberi menjadi wartawan di Iran selama lima tahun. Namun perempuan yang sempat melakukan aksi mogok makan selama di penjara itu diperbolehkan meninggalkan Iran. Sehari setelah pembebasan, Saberi terbang menuju Amerika Serikat.

Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyambut gembira keputusan tersebut. Juru bicara Gedung Putih Robert Gibbs mengatakan pemerintah Iran telah membuat langkah ”kemanusiaan”. ”Dia (Obama) lega melihat Roxana Saberi telah dibebaskan,” katanya.

ISRAEL
Bekas Presiden Diadili

PERKARA yang membelit bekas Presiden Israel Moshe Katsav mulai disidangkan di Tel Aviv, Kamis pekan lalu. Sidang ini merupakan sidang pertama terhadap seorang pejabat tinggi negara Zionis itu.

Katsav dikenai dakwaan pemerkosaan dan penyalahgunaan kekuasaan saat menjabat menteri pariwisata pada 1990-an. Kementerian kehakiman Israel juga menuding Katsav melakukan pelecehan seksual terhadap sedikitnya satu anggota staf perempuan ketika ia menjadi presiden. Semua dakwaan ini membuatnya mundur dari kursi kepresidenan dua tahun lalu dan digantikan oleh Shimon Peres.

Katsav yakin pengadilan akan membebaskannya. ”Saya bersumpah tak bersalah,” katanya. Selain Katsav, bekas perdana menteri Ehud Olmert juga bakal diadili. Politikus dari Partai Kadima itu terpaksa mundur karena diduga terlibat korupsi. Saat ini polisi masih memeriksa Olmert.

Nunuy Nurhayati (BBC, AFP, Guardian, Reuters)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus