Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Yaman
Serangan Bom di Kedutaan Amerika
Kedutaan Amerika Serikat di Yaman meledak akibat serangan bom mobil Rabu pagi pekan lalu. Akibatnya, 16 orang tewas. Bom itu menghantam pintu gerbang utama dan diikuti ledakan kedua. Sejumlah saksi menyatakan, terjadi kontak senjata antara penyerang dan penjaga kedutaan. Penyerang belum diketahui identitasnya. Juru bicara Kedutaan Amerika, Ryan Gliha, tak bisa memastikan terjadinya kontak senjata itu. ”Kedutaan tidak rusak karena letaknya jauh dari pintu gerbang,” ujar Gliha.
Kelompok yang menamakan diri Jihad Islam di Yaman mengaku melakukan satu serangan bom dan serangan roket ke Kedutaan Amerika itu. Menurut laporan televisi Arab Saudi, Al-Arabiya, kelompok ini mengancam akan menyerang kedutaan lain di Yaman. Keaslian pernyataan ini belum dipastikan.
Ini adalah serangan kedua terhadap Kedutaan Amerika tahun ini. April lalu Amerika mengungsikan personel kedutaannya keluar dari Yaman setelah mortir ditembakkan ke kedutaan. Sebelumnya, 17 pelaut Amerika tewas akibat serangan bom bunuh diri terhadap kapal induk USS Cole yang berlabuh di Pelabuhan Aden, Yaman, pada 2000.
Pakistan
Serangan Rudal Amerika
Lima orang tewas akibat serangan peluru kendali dari pesawat tak berawak Amerika Serikat di Pakistan barat laut, Rabu pekan lalu. Pejabat Pakistan mengatakan peluru kendali mengenai Desa Baghar di Waziristan Selatan, di dekat perbatasan Afganistan.
Seorang pejabat Pentagon mengatakan kepada BBC, Presiden George Bush setuju atas serangan itu. Sebaliknya, militer Pakistan jelas tak dapat menerima penyerangan tersebut. Serangan itu dinilai telah melanggar kedaulatan Pakistan.
Marsekal Michael Mullen bertemu dengan Perdana Menteri Pakistan Yousuf Raza Gilani untuk membicarakan operasi Amerika di sepanjang perbatasan bermasalah dengan Afganistan. ”Kedua pejabat membicarakan langkah mengatasi ketegangan kedua negara, setelah terjadi pelanggaran darat dan bentrokan udara di sepanjang perbatasan Pakistan-Afganistan,” tulis kantor berita Pakistan, APP.
Australia
Batasi Penjualan Uranium
Komisi parlemen Australia meminta peninjauan kembali perjanjian penjualan uranium ke Rusia, Kamis pekan lalu. Menurut komisi itu, perjanjian senilai US$ 800 juta tersebut tak harus dipenuhi kecuali Rusia menjelaskan penggunaan uranium untuk kepentingan militer atau kepentingan sipil. Komisi ini mensyaratkan semua pembelian uranium Australia harus diinspeksi Badan Energi Atom Internasional, IAEA. Pernyataan itu diperlukan untuk memastikan Rusia mematuhi aturan Traktat Pelucutan Senjata Nuklir.
Rusia mengatakan mereka menggunakan uranium Australia untuk kepentingan sipil, yakni membangkitkan tenaga listrik, dan tak akan diekspor ke tempat lain. Perjanjian ini ditandatangani tahun lalu oleh mantan perdana menteri John Howard dan pemimpin Rusia, Vladimir Putin.
Keputusan peninjauan kembali itu diduga berkaitan dengan penentangan Australia terhadap operasi militer Rusia di Georgia. Australia memiliki 40 persen persediaan uranium dunia dan diekspor ke 30 negara di bawah pengawasan ketat.
Nigeria
Wartawan Dibebaskan
Tiga wartawan dibebaskan Kamis pekan lalu, setelah mereka ditangkap karena tuduhan membuat cerita bohong tentang kemungkinan Presiden Nigeria mundur dengan alasan kesehatan. ”Kami harus melapor kembali Senin (pekan ini),” ujar Bashir Adigun, salah satu wartawan itu.
Meski mereka sudah dibebaskan, stasiun televisi tempat mereka bekerja, Channels, masih ditutup. Adigun, editor Channels, dibebaskan bersama Manajer Stasiun Televisi Abuja dan wakil redaktur kantor berita Nigeria, News Agency Nigerian (NAN). Mereka ditangkap Selasa pekan lalu oleh badan intelijen Nigeria dan Badan Keamanan Negara.
Pembantu Presiden Umaru Yar’Adua menyatakan Umaru tak punya rencana mundur. Pembredelan itu dikritik pengawas media yang meminta pemerintah membuktikan tuduhan terhadap Channels ketimbang membredel atau menangkap wartawan.
Cina
Susu Formula Mengandung Melamin
Sekitar 6.200 bayi jatuh sakit setelah minum susu formula yang terbuat dari tepung yang terkontaminasi. ”Tiga bayi meninggal,” kata Menteri Kesehatan Cina Chen Zhu, Rabu pekan lalu. Ketiganya di Provinsi Zhejiang di Cina timur.
Dua puluh dua merek susu bubuk ditemukan mengandung bahan beracun melamin, yang ditambahkan agar susu itu terlihat lebih tinggi kandungan proteinnya. Menurut Chen, hasil diagnosis menyebutkan bayi itu mengalami ”gagal ginjal akut”.
Skandal ini memperburuk keyakinan terhadap keselamatan pangan di Cina. ”Sebagai ibu, saya sangat khawatir,” ujar Wang, 30 tahun. Sekarang ia tak tahu jenis susu apa yang aman untuk bayinya. Pemerintah Hong Kong menarik produk susu bermerek Yili yang mengandung bahan kimia melamin. Polisi Cina telah menahan 18 orang berkenaan dengan skandal tersebut.
Rusia
Uji Tembak Rudal
Kapal selam Rusia menggelar uji tembak rudal balistik antarbenua yang sanggup membawa beberapa hulu ledak nuklir. Pejabat Rusia membenarkan peluncuran itu Kamis pekan lalu. Rudal berhulu ledak nuklir bernama Bulava itu menghantam sasaran di dekat Semenanjung Kamchatka di kawasan pesisir Pasifik Rusia. Bulava memiliki jangkauan 8.000 kilometer.
Menurut militer Rusia, rudal itu sanggup menembus perisai rudal mana pun. Uji coba ini berlangsung saat Rusia marah terkait dengan rencana Amerika memasang komponen perisai penangkis peluru kendali yang akan digelar di Polandia dan Republik Cek, di dekat perbatasan Rusia.
Pada saat yang sama, Menteri Luar Negeri Amerika Condoleezza Rice menuding Kremlin mengucilkan diri dari dunia internasional. ”Invasi terhadap Georgia menimbulkan momen kritis bagi Rusia dan dunia,” ujar Rice di Washington.
RFX (AP, BBC)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo