Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Myanmar memerintahkan perusahaan telekomunikasi mematikan layanan internet di Rakhine dengan alasan demi meredam konflik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu perusahaan telekomunikasi Telenor Group mengatakan, Kementerian Komunikasi dan Transportasi Myanmar memerintahkan seluruh perusahaan telekomunikasi, untuk mematikan internet sementara di sembilan kota Rakhine dan provinsi tetangga Chin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Internet digunakan untuk mengkoordinasikan aktivitas ilegal," kata kementerian, menurut laporan Reuters, 23 Juni 2019.
Namun juru bicara militer Myanmar mengatakan pada Sabtu bahwa angkatan bersenjata tidak mendapat imbauan soal penutupan internet.
"Kami tidak melakukannya. Kami tidak tahu tentang itu," kata Brigadir Jenderal Zaw Min Tun.
Penutupan internet mulai berlaku Jumat malam, kata Telenor.
"Telenor Myanmar telah meminta klarifikasi lebih lanjut tentang alasan penutupan dan menekankan bahwa kebebasan berekspresi melalui akses ke layanan telekomunikasi harus dipertahankan untuk tujuan kemanusiaan," kata perusahaan.
Seorang juru bicara untuk kementerian transportasi dan komunikasi menolak berkomentar.
Ribuan warga mengungsi ke berbagai wilayah di negara bagian Rakhine pasca konflik bersenjata antara pasukan Arakan Army dan militer Myanmar, yang kembali berlangsung sejak Desember 2018. Terlihat ratusan anak-anak berkumpul di Desa War Taung, Kota Kyauktaw, negara bagian Rakhine, Myanmar. EPA via Myanmar Times
Negara bagian Rakhine menjadi perhatian dunia setelah sekitar 730.000 Muslim Rohingya menyeberang ke Bangladesh, melarikan diri dari penumpasan militer dalam menanggapi serangan militan pada 2017.
Amerika menyerukan agar perwira militer senior Myanmar dituntut atas tuduhan pembunuhan massal, pemerkosaan dan pembakaran. Militer membantah melakukan kesalahan atau pelanggaran HAM di Rakhine.
Baru-baru ini, warga sipil terjebak dalam bentrokan antara militer dan Tentara Arakan, kelompok pemberontak mayoritas etnis Rakhine.
Sejak November, pertempuran telah menggusur puluhan ribu orang di sebagian besar Rakhine tengah dan utara dan sebagian dari negara tetangga Chin, menurut Kantor Amerika Serikat untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan.
Tun Ther Sein, seorang anggota parlemen daerah dari kota Mrauk-U, di Rakhine tengah, mengatakan koneksi internet lambat selama dua hari sebelum mati total pada hari Jumat.