Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Neraka warisan baby doc

Pembunuhan gelap merajalela di haiti & terjadi setiap hari. dua calon presiden tewas: yves volel dan louis eugene athis. junta militer-sipil dibawah 3 penguasa turut menampilkan corak militer.

24 Oktober 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENEMBAKAN -- tepatnya pembantaian -- Yves Volel terjadi siang hari di tengah ibu kota Haiti, Port-Au-Prince. Ia diseret dan dihajar orang berpakaian preman -- yang diduga polisi -- untuk akhirnya ditembak pada kening dari jarak sangat dekat. Volel, yang sedang berkampanye untuk pemilu presiden, tewas seketika. Ini dilaporkan seorang wartawan yang melihat sendiri peristiwa berdarah itu, Selasa pekan lalu. Pembunuhan itu memang keterlaluan kendati bukan peristiwa mengejutkan buat ukuran kekerasan di Haiti. Agustus lalu, calon presiden lain, Louis Eugene Athis juga terbunuh bersama dua pendukungnya, keuka sedang berkampanye di pinggiran Port-Au- Prince. Ia terkapar begitu saja, tanpa bisa dilacak siapa pembunuhnya. Pembunuhan gelap merajalela di Haiti dan terjadi setiap hari. Penduduk tidak lagi berkerumun ketika misalnya di pagi hari menemukan sosok terbujur di tepi jalan, dengan luka-luka tembak di kepala. Korban itu mestinya terlambat pulang begitu dugaan mereka. Dan ini berbahaya. Soalnya, begitu malam turun, pembunuh dengan senjata di tangan gentayangan di seantero negeri, merampok, membunuh, dan memperkosa. Karena itu, lepas senja, tak seorang pun berani lalu lalang di jalan. Haiti pada jam-jam sesudah matahari terbenam selalu mengerikan. Di pedalaman, pembantaian juga terjadi siang hari. Juli lalu, ketika pemogokan buruh tani dilancarkan besar-besaran di negeri itu, di selatan Port-Au-Prince 200 petani dibantai habis dalam sekejap oleh gerombolan bersenjata berpakaian preman. Haiti hanya sempat menikmati kebebasan singkat, tahun lalu. Persisnya ketika Diktator Jean Claude "Baby Doc" Duvalier digulingkan -- Februari 1986 -- sesudah berkuasa secara totaliter selama 28 tahun. Di masa Baby Doc dan ayahnya Papa Doc, Haiti adalah neraka. Satuan pengawal pribadi presiden yang terkenal dengan nama Tonton Macoutes itu adalah gerombolan maut yang kerasukan membunuhi orang. Maka, ketika Baby Doc tersingkir dan lari ke Prancis, kegembiraan meledak di Haiti. Tapi pemerintahan militer-sipil yang menggantikan Baby Doc ternyata tak mampu membawa perubahan dan ketenteraman. Pasukan Tonton Macoutes sulit dijinakkan, malah kabarnya diperalat oleh Baby Doc. Kuat dugaan, merekalah yang membantai Athis dan Volel. Dan sisa Tonton Macoutes itulah yang muncul malam hari, meneror penduduk, dengan tujuan menggagalkan pemilu presiden yang direncanakan 29 November depan. Penduduk yang merasa tidak dilindungi pastilah tidak akan berani ke kotak suara pada hari itu. Dalam suasana terancam seperti itu, pemilu pasti gagal. Pada saat yang sama, junta militer-sipil di bawah tiga penguasa wilayah: Letjen Henri Namphy, Brigjen Williams Regala, dan Luc Hector, ikut-ikutan menampilkan warna militer. Mereka condong membiarkan kekerasan meruyak ketimbang menumpasnya. Lagi pula, mereka tidak terbiasa dengan demonstrasi, pemogokan, bahkan kampanye, yang dinilai bisa mengganggu ketertiban umum. Ikhtiar meredakannya sederhana: memukul pelaku sampai mati atau menembak. Para calon presiden seperti Yves Volel terpaksa membawa senjata pendek ke mana-mana untuk melindungi diri. Mengapa tidak meminta pengawalan resmi? "Bisakah para pengawal itu dipercaya?" ujar calon presiden Louis Dejoie, yang juga punya kebiasaan menyelipkan Colt 45 di pinggangnya. Dan entah mau ke mana Haiti, negeri kecil di Laut Karibia itu. Digerogoti dua generasi diktator yang merampok rakyatnya sendiri tanpa belas kasihan, Haiti kini terempas sebagai negara yang teramat miskin. Maka, di senja-senja yang sepi, penduduk bukan cuma gemetar ketakutan, tapi juga merintih kelaparan. Jis., kantor-kantor berita

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus