Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Surat kabar Israel Maariv seperti dikutip Al Jazeera pada Selasa 18 Maret 2025 melaporkan bahwa jaksa penuntut telah menyetujui permintaan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk membatalkan kesaksiannya dalam persidangan korupsi terhadapnya, karena "perkembangan keamanan".
Menurut Maariv, Netanyahu telah meminta kesaksiannya di sidang pada Selasa dibatalkan, beberapa jam setelah perdana menteri Israel mengawasi genosida terbaru di Jalur Gaza.
Netanyahu, yang menghadapi tuduhan penyuapan, penipuan, dan pelanggaran kepercayaan, telah muncul di hadapan pengadilan sejak Senin dalam salah satu dari tiga kasus yang telah lama tertunda yang dia gambarkan sebagai "perburuan penyihir" politik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PM Israel berdalih memerintahkan serangan ke Gaza, pelanggaran terbesar pasca-gencatan senjata pada 19 Januari, karena Hamas menolak memperpanjang gencatan senjata tahap pertama untuk membebaskan seluruh sandera.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Padahal, sesuai kesepakatan awal, pembebasan sandera yang tersisa di Gaza akan dilakukan pada tahap dua, dengan syarat Israel menarik pasukannya dari Gaza.
Analis politik Israel Ori Goldberg mengatakan suasana telah berubah dan hanya sedikit di Israel yang percaya klaim Netanyahu bahwa dimulainya kembali serangan di Gaza akan membantu membebaskan para tawanan.
"Situasinya telah berubah," kata Goldberg kepada Al Jazeera.
Penyelidikan terhadap perilaku Netanyahu dan staf senior di kantor perdana menteri telah dibuka oleh polisi nasional dan dinas keamanan Shin Bet, katanya.
Protes warga Israel juga telah berkobar kembali dengan latar belakang penyelidikan baru ini dan karena kesaksian tawanan yang dikembalikan bahwa "sandera Israel benar-benar terancam secara fisik" di Gaza.
“Yang berarti bahwa sangat sedikit orang Israel yang percaya klaim Netanyahu bahwa pengeboman baru pada akhirnya akan mencapai tujuan perang dan membawa pembebasan sandera," kata Goldberg.
Pengeboman yang dimulai sejak Selasa dini hari menewaskan setidaknya 308 warga sipil Palestina di Gaza, dan melukai ratusan lainnya, termasuk perempuan, anak-anak, dan lansia.
Serangan itu juga mengancam nyawa korban-korban yang terjebak di reruntuhan bangunan yang hancur terkena serangan Israel itu.