KETIKA didesas-desuskan akan diangkat jadi Gubernur Metropolitan
Manila tahun 1975, Imelda Marcos menolak keras. Katanya, ia sama
sekali tidak berambisi untuk memegang jabatan itu. Tiba-tiba
bermunculanlah "dukungan rakyat" bagi pencalonannya. Suaminya,
Presiden Marcos, bertanya: "Apa kata orang nanti kalau saya
menunjuk isteri saya sendiri?" Tapi ketika "dukungan rakyat"
makin menggebu, Marcos akhirnya .... ya, deh, Imelda Marcos
diangkat menjadi Gubernur Metro-Manila.
April lalu kejadian yang serupa terulang lagi. Mula-mula Imelda
ogah, membantah, sedang dukungan terus membanjir, dan
terpilihlah kemudian sang gubernur Imelda sebagai anggota
Interim Batasang Pambansa (IBP-Majelis Nasional) dan kemudian
juga menjadi Menteri Lingkungan Hidup dan Pemukiman.
Cerita yang sarna agaknya sekarang terulang lagi. Kali ini
sasarannya lebih tinggi: Imelda Marcos, yang bulan lalu
dicalonkan oleh para pemujanya di Filipina untuk pemenang hadiah
Nobel bagi perdamaian, disodorkan sebagai calon Wakil Perdana
Menteri. Artinya menjadi orang kedua Filipina ssudah suaminya
yang kini Presiden dan Perdana Menteri.
Mendadak
Seperti umumnya di negeri di bawah pemerintahan otoriter,
masalah siapa pengganti presiden memang gampang jadi tanda
tanya. Agustus yang lalu, Marcos, 61 tahun, menyatakan ia telah
memutuskan siapa penggantinya kelak. Ia telah menandatangani
suatu Keputusan Presiden tanggal 11 Juni lalu, yang menyatakan
bahwa Ketua Majelis Nasional akan jadi pejabat Presiden dan
wakil PM akan jadi pejabat PM sampai ada pemilihan untuk kedua
jabatan itu.
Adapun Ketua Majelis Nasional sekarang ini adalah Querube
Makalintal, bekas ketua Mahkamah Agung yang sudah tua dan
dianggap tidak bisa menjadi pimpinan nasional. Memang Marcos
mengatakan, bahwa Presiden penggantinya, berbeda dengan dirinya,
hanya akan merupakan lambang saja tanpa kekuasaan yang nyata.
Kekuasaan kelak akan dipegang oleh PM. Tapi sampai kini, Marcos
tidak pernah menunjuk Wakil PM.
Beberapa nama kemudian disebut. Termasuk Menlu Carlos Romulo dan
Menteri Pertahanan Juan Ponce Enrile.
Lalu mendadak muncullah nama Imelda. Yang pertama mengusulkan
pencalonan Imelda sebagai Wakil PM adalah panglima komando
militer Filipina Selatan, Laksda Romulo Espaldon. Dukungan
kemudian mengalir dari para gubernur dan walikota dan akhirnya
juga dari para anggota IBP.
Banyak yang menduga bola akhirnya akan menggelinding juga ke
arah Imelda. Marcos mula-mula bilang: "Imelda tidak akan menjadi
Wakil PM." Sehari kemudian ngomongnya sudah jauh lebih lunak.
Dikatakannya ia harus mempertimbangkannya secara bijaksana.
"Kelihatannya banyak yang mendukungnya, tapi dia sendiri yang
pertama-tama menolak .... jadi baiknya kita jangan terburu-buru
tentang soal ini."
Lalu ketika 160 anggota Gerakan Masyarakat Baru (partai Marcos)
dalam IBP secara resmi meminta Marcos menunjuk Imelda menjadi
Wakil PM, Marcos meminta mereka "berkonsultasi dengan rakyat
yang mereka wakili" dalam sebulan masa reses.
Sementara itu ada satu kelompok lagi muncul yang menamakan diri
Impress (Imelda R. Marcos for Presidet Society = Kelompok
Pendukung Imelda Marcos sebagai Presiden). Tapi yang dianggap
menyulitkan masa depan Imelda sebagai calon pengganti Marcos
ialah tiadanya dukungan dari kalangan pengusaha dan Angkatan
Bersenjata Filipina. Sejak UU Darurat dinyatakan 6 tahun lalu,
AB semakin menempati peranan yang menentukan dalam politik
Filipina. Para anggota AB, baik yang masih aktif maupun yang
pensiun, kini juga terju di bidang bisnis. Jika Marcos berhenti
iadi Presiden, dikhawatirkan kedudukannya akan diganti suatu
junta militer.
Kekhawatiran ini agaknya kurang beralasan. Kamis pekan lalu,
Perhimpunan Bintara Filipina yang beranggotakan 175.000 orang
dan dianggap mewakili suara AB menyatakan: "Ibu Negara Filipina
adalah pilihan yang logis bagi jabatan Wakil PM. Dia memiliki
kepemimpinan yang efektif yang dapat mempersatukan rakyat jika
Presiden Marcos meninggal dunia atau tidak dapat menjalankan
tugasnya." Kekhawatiran akan adanya "dinasti politik" atau
nepotisme oleh Perhimpunan ini dianggap sebagai "tidak masuk
akal."
"Saya tidak pernah mimpi ingin jadi Wakil PM," kata Imelda
beberapa bulan lalu. Hmmm .....
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini