Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Sekedar Rp 60.000 Atau Aebuah ...

Pencurian bayi di klinik bersalin dr. lie sek hong di medan. seorang perwira abri diduga terlibat dalam kasus tersebut. motif penculikan belum terungkap. (krim)

14 Oktober 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BIDAN Rubiah dan perawat Nurlinda boru Lubis panik. Klinik Bersalin dr Lie Sek Hong di Jalan Martapura, Medan, pertengahan September lalu kehilangan bayi yang sedang dalam tanggungjawabnya. Adakah sindikat penculik bayi sedang beroperasi di Medan? Pertanyaan begitu tampaknya hanya akan membesar-besarkan urusan saja. Sehingga pejabat penerangan Kepolisian Sumatera Utara, Letkol. Amir Nasution, perlu menenangkan: "Tunggu saja hasil pemeriksaan nanti." Bayi lenyap tiba-tiba dari tempat tidurnya di klinik, baru pertama kali itu terjadi. Tenang saja. Apalagi, setelah 16 hari hilang dari klinik dr Lie, 27 September kemarin, polisi telah menyerahkan kembali bayi laki-laki tersebut ke pelukan orang tuanya, suami-isteri Yap Bie Kan di Pulu Berayan (Medan, dalam keadaan sehat walafiat. Tak ada pemerasan atau buntut lain semacam itu. Paling tidak begitu hasil pemeriksaan sementara atas tertuduh wanita bernama Hong Swie Sin (36 tahun), bayi anak Bie Kang itu dicuri untuk diasuh oleh keluarga yang menginginkannya, suami-isteri Chang Sun Yen di Jalan Riau Medan itu juga. Memang belakangan diketahui, untuk memperoleh bayi laki-laki itu keluarga Sun Yen harus membayar Rp 60 ribu ditambah ongkos becak Rp 6 ribu. Begitu cerita tersangka Swie Sin. Dalam urusan bayi itu, katanya, ia hanya diajak-ajak saja oleh perempuan lain bernama Lim Chai Lin. Temannya itu bilang, ada bayi terlantar yang hendak diserahkan kepada yang mau mengasuhnya oleh orangtuanya sendiri. Swie Sin, 8 September lalu, memang diajak Chai Lin mengunjungi klinik dr Lie untuk melihat 'bayi yang terlantar' itu . Tapi dua hari kemudian Chai Lin mengajak Swie Sin menengok bayi yang lain. Sebab bayi yang pertama, katanya, tak jadi diserahkan oleh orang tuanya. Tapi ada bayi lain, katanya anak dari hubungan gelap seorang hostes, yang juga hendak diserahkan kepada orang lain. Dikerudungi Segala sesuatunya, menurut Swie Sin, diatur kemudian oleh Chai Lin. Bayi itu harus diambil diam-diam - tak boleh ketahuan ibunya, apalagi para perawat. Keluar dari klinik juga harus dikerudungi kain. Swie Sin-lah yang bertugas mengambil, mengeluarkan bayi itu dari klinik kemudian menyerahkan kepada keluarga Chang Sun Yen di Jalan Riau. Keluarga ini memang sudah lama menginginkan anak laki-laki. Perkawinan mereka yang sudah beberapa tahun hanya menghasilkan anak perempuan. Chai Lin akan menunggunya di Bioskop Logam. Semua petunjuk Chai Lin -- tentu saja ini baru keterangan Swie Sin -- dilaksanakan 12 September lalu. Tanpa diketahui siapapun, sementara bidan dan perawat Klinik Bersalin dr Lie sibuk, Swie Sin berhasil membawa bayi keluar dengan aman. Dari sana diboyong langsung ke rumah keluarga Chang Sun Yen. Dari keluarga yang telah lama menginginkan bayi itu, Swie Sin mendapat Rp 60 ribu dan uang becak Rp 6 ribu. Katanya, yang Rp 60 ribu langsung diberikan kepada Chai Lin. Polisi bekerja keras menjejaki pencurian bayi itu. Anggota dikerahkan untuk melacaki sampai ke Pamatangsiantar, Tebingtinggi dan beberapa kota lain. Orang-orang di klinik dr Lie juga diperiksa. Di sela-sela penyidikan itu ada peristiwa lain terjadi. Perawat Nurlinda sedang dalam pemeriksaan polisi. Ibunya, di Jalan Masjid di Kampung Bantan, didatangi 3 orang tamu. Mereka mengaku "atas suruhan pihak keluarga bayi yang hilang." Tak begitu jelas duduk persoalannya. Tapi, salah seorang dari ketiga tamu Noni Fatimah (ibu Nurlinda) itu menyebutkan sebuah kalimat: "Lebih baik kita berdamai saja!" Perwira ABRI Adakah kejadian di rumah Nurlinda itu ada hubungannya dengan pencurian bayi? Tak jelas benar. Tapi, besoknya, muncul tamu lain di rumah Noni Fatimah. Kali ini seorang perwira ABRI. Perwira ini juga mengusulkan "perdamaian'. Dan hal itu boleh dibicarakan di sebuah kantor instansi militer di Medan. Noni Fatimah, begitu menurut sumber TEMPO, tak melayani permintaan tamunya. Ia telah menulis surat laporan ke Hankam sehubungan dengan kedatangan tamu yang perwira itu. Urusan apa yang berkaitan antara tamu di rumah Noni Fatimah dengan soa pencurian bayi tentu akan jelas ujung pangkalnya kelak. Pencurian bayi ini sendiri terbongkar oleh laporan seorang yang pernah bertamu di rumah keluarga Chang Sun Yen. Ia tahu, keluarga tuan rumah tak pernah punya anak laki-laki. Setelah dihubung-hubungkan sendiri dengan berita koran tentang bayi yang lenyap dari klinik dr Lie, ia melapor ke pada seorang polisi. Setelah mengubek-ubek tempat yang jauh tanpa hasil, begitu mendengar informasi baru, polisi segera bergerak. Jam 23.00 rumah di Jalan Riau yang cuma beberapa langkah dari kantor polisi di gerebek. Malam itu juga polisi mengundang suami-isteri Bie Kang untuk mengenali bayi hasil grebekan malam 2 September tersebut. Sang ibu mengenal bayinya. Begitu juga perawat dari klinik yang membantu kelahirannya. Dari keterangan keluarga Sun Yen berikutnya, polisi tak berapa sulit mencari Swie Sin, tersangka yang melakukan pencurian. Swie Sin tertangkap. Sedangkan rekannya, Lim Chai Lin, untuk sementara buron. Tapi Rabu 4 Oktober, polisi berhasil meringkus Chai Lin. Apa keterangan tersangka yang tertangkap belakangan ini belum diumumkan polisi -- sesuai dengan cerita Swie Sin atau tidak Hanya sumber TEMPO menyatakan: Chai Lin pun mungkin bukan lakon utama dalam pencurian bayi di Medan itu. Ada orang lain -- entah siapa di belakangnya. Kabarnya, perwira yang mendatangi Noni Fatimah tersebut di atas itulah, yang mungkin bisa bercerita lebih lengkap. Kalau hal itu betul, tipislah kemungkinan kebenaran motif yang terungkap selama ini pencurian bayi itu hanya untuk uang Rp 66 ribu saja. Koresponden TEMPO di Medan memperoleh informasi yang masih dangkal: Kemungkinan penculikan itu sendiri hanya merupakan suatu dalih saja untuk menuju suatu pemerasan yang lebih serius. Umpamanya terhadap dr Lie, sebagai penanggungjawab atas keselamatan bayi-bayi dalam kliniknya. Entahlah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus