SOVIET rupanya semakin terkepung oleh opini dunia yang mengecam
tindakan invasinya. Pada mulanya Majelis Umum PBB mengeluarkan
resolusinya agar Soviet segera menarik pasukannya dari
Afghanistan. Kemudian konperensi para menteri luar negeri dari
36 negara Islam yang berlangsung di Islamabad pekan lalu
mengecam tindakan Soviet itu. Walaupun tanpa sanksi, pernyataan
blok negara Islam itu memberi kesan adanya rasa solidaritas
terhadap nasib bangsa Aghanistan.
Namun konperensi Islamabad itu menonjolkan lagi perpecahan di
dunia Arab. Mereka berbeda pendapat mengenai prioritas yang
harus dibicarakan konperensi itu. Suriah dan PLO, misalnya,
melihat bahwa masalah utama bagi dunia Islam sekarang ini adalah
soal nasib bangsa Palestina. Sementara Arab Saudi menganggap
invasi Soviet merupakan serangan langsung terhadap Islam.
Apalagi Arab Saudi menghubungkan kejadian di Afghanistan itu
dengan bantuan senjata yang meningkat dari Soviet ke Yaman
Selatan, tetangga dekatnya.
Seminggu sebelum konperensi itu dibuka, PLO dan negara Arab yang
berhaluan keras seperti Suriah, Libya, Aljazair dan Yaman
Selatan menghimbau agar pertemuan Islamabad itu ditunda. Menurut
mereka, pertemuan untuk membicarakan masalah invasi Soviet itu
tidak tepat waktunya, karena secara kebetulan bersamaan dengan
pembukaan resmi hubungan diplomatik Israel-Mesir.
Walaupun begitu, konperensi Islamabad akhirnya berjalan lancar.
Suriah dan Yaman Selatan tetap tidak hadir.
Dari berbagai resolusinya, kelompok negara Islam ini mengecam
banyak pihak, bukan Soviet saja. Dikecamnya pula hal yang
menyangkut sengketa Iran-Amerika Serikat.
Konperensi menentang keras setiap ancaman penggunaan kekerasan
atau setiap macam gertakan, campur tangan atau pengenaan sanksi
ekonomi terhadap Iran ataupun negara Islam lainnya," demikian
resolusinya. Ini keluar setelah terjadi perdebatan yang
berlarut-larut antara Iran dan anggota, lainnya. Soalnya Iran
menginginkan pernyataan yang lebih keras dari itu.
Mesir yang keanggotaannya sudah di tangguhkan pada konperensi
tahun lalu, kali ini makin dikucilkan. Menanggapi normalisasi
hubungan diplomatik Israel-Mesir, konperensi itu dalam
resolusinya sepakat untuk memboikot Mesir secara politis,
ekonomis dan budaya. Bahkan mereka mendesak negara-negara Islam
untuk mengambil tindakan terhadap persekongkolan AS-Mesir-lsrael
yang bertujuan merampas hak-hak rakyat Palestina.
Juga cukup menarik adalah keanggotaan Afghanistan yang
ditangguhkan dari Organisasi Konperensi Islam (ICO) itu.
Pemerintahan Kabul yang pro Moskow itu dituduhnya sebagai
sesuatu yang tidak sah. Keputusan ini diambil semua negara
secara aklamasi, termasuk Libya, Aljazair, Irak dan PLO.
Rupanya golongan yang berhaluan keras ini sadar bahwa mereka tak
bisa memblokir usul resolusi itu.
Bahkan konperensi tak lupa menelurkan pernyataan agar Soviet dan
Kuba menarik pasukannya masing-masing dari negara-negara di
Tanduk Afrika. Suatu usul dari Arab Saudi yang tidak jadi
dibicarakan adalah mengenai usaha menggunakan minyak sebagai
senjata dalam menekan Soviet agar keluar dari Afghanistan.
Karena beberapa negara Arab rupanya tidak antusias menanggapi
usul Saudi ini, Soviet termasuk negara pengekspor minyak.
Kalaupun sanksi itu akan digunakan kepada negara-negara yang
mendukung Soviet dalam mvaslnya, mereka percaya itu sama sekali
tak akan berpengaruh.
Moskow jelas mencela pertemuan itu. Seperti Tass memberitakan,
"resolusi pertemuan Islamabad itu disetujui karena todongan AS."
Sedang pemerintah Afghanistan memprotes dengan alasan bahwa
konperensi Islamabad itu membicarakan masalah dalam negerinya.
Menlu RI Mochtar Kusumaatmadja merasa cukup puas sekembalinya
dari konperensi itu. "Yang penting sekarang ini adalah bagaimana
mengatasi masalah pengungsi Afghanistan yang sekarang berada di
Pakistan," kata Mochtar. "Kita sudah menyampaikan kesediaan
pemerintah dan rakyat Indonesia untuk membantu kaum pengungsi di
sana."
Selain resolusi, pertemuan Islamabad itu juga menelurkan
rekomendasi. Terpenting di antaranya ialah anjuran pemutusan
hubungan diplomatik dengan Kabul dan pemboikotan Olympiade
Moskow. Menjawab pertanyaan pers tentang ini, Mochtar
berhati-hati. "Itu kan rekomendasi," katanya.
Pemboikotan itu (lihat Olahraga) dikampanyekan oleh Presiden
Jimmy Carter. Namun, seperti bekas Menlu AS Henry Kissinger
meramalkan pekan lalu, tidak kelihatan tanda-tanda bahwa pasukan
Soviet akan keluar dari Afghanistan karenanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini