Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Canberra - Orang terkaya Australia, Anthony Pratt, meyakini robot dapat menjadi solusi untuk mengisi kekurangan tenaga kerja di sektor pertanian.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca:
Para petani Australia saat ini sedang mengalami kekurangan tenaga kerja hingga sekitar 100 ribu orang. Ini membuat banyak buah menjadi busuk karena kekurangan pekerja untuk memetik.
Pratt juga mengusulkan pemerintah Australia memanfaatkan kolam bawah tanah Great Artesian Basin untuk menyuplai kebutuhan air bagi pertanian, yang mengalami kekeringan di New South Wales, sebagian Victoria dan Queensland.
Baca:
“Saya meyakini Great Artesian Basin dan sumber air bawah tanah lainnya bisa menyuplai kebutuhan pertanian dengan pembangunan infrastruktur yang tepat,” kata Pratt dalam penjelasan mengenai rencana 20 tahun ke depan di Kongres National Farmers’ Federation pada Rabu, 17 Oktober 2018.
Pratt merupakan ketua eksekutif dari perusahaan raksasa pengemasan Visy Industries dan juga dikenal sebagai filantropi untuk isu keamanan suplai makanan.
Menurut Pratt sebagian cadangan air bawah tanah terasa asin sehingga tidak bisa digunakan untuk pertanian. Dia menyarankan Australia belajar ke Israel dan California untuk mengetahui cara mengolah air asin ini sehingga menjadi air segar.
Baca:
Great Artesian Basin memiliki luas sekitar 1.7 juta kilometer per segi atau sekitar 22 persen dari total luas Australia. Kolam air bawah tanah ini tepat berada di bawah NSW, Queensland, Australia Selatan dan Northern Territory.
Cadangan air ini diperkirakan mencapai sekitar 6000 triliun liter atau sepuluh kali lebih banyak dibandingkan air yang dibutuhkan negara itu setiap tahunnya.
Pratt, yang memiliki kekayaan sekitar US$12.9 miliar atau sekitar Rp196 triliun, mengatakan robot juga bisa menjadi solusi untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja di pertanian. Salah satu perusahaan pertanian Australia, Costa, menggunakan robot untuk memetik stroberi dan blueberry dengan sistem rumah kaca massal.
Baca:
Soal ini, para petani Australia mendesak PM Scott Morrison untuk membuat kebijakan khusus visa pertanian untuk mendatangkan tenaga kerja dari negara lain.
Menurut ABC, total nilai sektor pertanian Australia saat ini sekitar US$60 miliar atau sekitar Rp900 triliun. Jumlah ini bakal naik menjadi sekitar US$100 miliar atau sekitar Rp1.500 triliun pada 2030. Sekitar 70 persen produk pertanian negara ini di ekspor ke berbagai negara.