Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Palestina ingin menjadi swiss

Konperensi damai timur tengah babak kedua macet. israel menolak berbicara soal otonomi. palestina menawarkan konsep negara tanpa angkatan bersenjata. pertemuan lanjutan direncanakan di moskow.

25 Januari 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BEGITU pembicaraan sampai pada pasal otonomi, Konperensi damai Timur Tengah babak kedua di Washington pekan lalu, langsung macet. Kata "otonomi" itu memang punya makna, bahwa Israel harus menarik pasukan dari wilayah pendudukan, dan menghentikan pembangunan permukiman untuk imigran Yahudi. Dua hal yang tak bakal dibicarakan oleh delegasi Israel, karena itu berarti sama saja menikam PM Yitzhak Shamir dari jauh. Shamir yang menghadapi pemilu sebentar lagi, tentu sudah kalah sebelum kampanye. Dua partai ekstrim kanan, yang mendukungnya, bakal segera menarik diri dari koalisi, begitu delegasi Israel bersedia membicarakan soal otonomi buat bangsa Palestina itu. Memang, delegasi Israel, waktu itu, tak langsung angkat kaki. Juga tak mau membuat marah Gedung Putih, yang mengancam akan menghentikan jaminan pinjaman US$ 10 milyar, yang sangat vital bagi ekonomi Israel. Shoval, duta besar Israel di Washington, mengatakan akan menganggap soal otonomi masih dapat ditawar. Meski perundingan tetap macet karena delegasi Israel tak langsung melakukan penawaran. Masalahnya, tampaknya, terletak di kandang Israel. Yakni, apa nanti hasil pemilunya. Para pengamat menduga partai Likud, yang berkuasa, berkoalisi dengan ektrim kanan, masih akan menang. Tapi, analisis ini bertentangan dengan kenyataan yang diketahui lewat pol: mayoritas penduduk Israel tak keberatan dengan munculnya negara Palestina. Yang dipertanyakan oleh koresponden pol tersebut, bagaimana keamanan Israel dapat dijamin bila ada negara Palestina sebagai tetangga. Soal ini, sebenarnya sudah diantisipasi delegasi Palestina. Menurut Abdul Shafi, ketua delegasi Palestina, pihaknya sudah menawarkan konsep negara, yang tak mempunyai angkatan bersenjata. Shafi bahkan menawarkan kota Yerusalem menjadi kota milik dunia internasional. "Kami ingin menjadi Swissnya Timur Tengah," kata Abdul Shafi. Belum jelas benar jawaban Israel atas usulan ini. Padahal, secara akal sehat, usulan delegasi Palestina itu sudah luar biasa majunya. Kenyataannya, penentuan tempat kelanjutan konperensi pun belum disepakati. Ada rencana pertemuan dilakukan akhir bulan ini di Moskow. Pihak Palestina minta diundang atas namanya sendiri, bukan bagian delegasi gabungan Palestina-Yordania. Jika tidak, mereka tak akan hadir. Pihak Israel, mungkin itu tadi, menunggu pemilu. Bambang Harymurti (Washington D.C.)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus