SI Naga Merah sedang mengaum? Yang pasti, latihan
perang-perangan yang melibatkan 200 ribu orang Tentara
Pembebasan Rakyat (PLA) berlangsung pekan lalu di Provinsi
1abei, dekat Beijing. Ini adalah latihan terbesar sejak komunis
berkuasa di Cina.
Dalam latihan yang menyertakan angkatan udara, artileri dan
pasukan para itu, Cina rupanya ingin memamerkan kemampuan tempur
dan peralatan persenjataannya. Dengan pilihan waktu yang khusus:
latihan itu hampir bersamaan dengan latihan yang diselenggarakan
Soviet di Polandia.
Harian Rakyat, yang terbit di Beijing, melaporkan bahwa manuver
yang ditampilkan selama latihan menunjukkan adanya "kemajuan" di
bidang persenjataan dan kemampuan teknis pada angkatan
bersenjata. Namun kalangan pengamat menganggap bahwa latihan itu
lebih ditujukan pada usaha untuk menunjukkan adanya kesatuan
sikap dalam tubuh PLA.
Memang, sejak dilancarkan modernisasi, PLA mengalami pukulan
yang hebat. Anggaran belanjanya sebagian besar dikurangi. Ini
tentu saja berakibat merosotnya semangat dan kebanggaan yang
selama ini dipunyai oleh 4,7 juta orang anggota PLA. Mungkin
karena itu para pemimpin Cina merasa perlu untuk hadir dalam
parade militer )ang diselenggarakan bersamaan dengan acara
latihanperang-perangan itu.
Apalagi belakangan ini ada usaha untuk menggunakan kembali
kepangkatan militer dalam tubuh Tentara Pembebasan Rakyat. Hal
ini dikemukakan oleh Kepala Staf Umum PLA, Jenderal Yang Dezhi,
akhir Agustus lalu. Sejak 1965, kepangkatan telah dihapuskan
oleh Ketua Mao Zedong. Menurut Mao, dengan adanya perbedaan
pangkat akan mempersulit tumbuhnya kesetiakawanan dan sekaligus
memperlebar jurang antara perwira dan prajurit.
Tapi anggapan serupa itu kemudian berubah. Banyak di antara
pemimpin Cina sekarang ini yang menghendaki dikembalikannya
kepangkatan dalam tubuh PLA. Alasan utama untuk meningkatkan
disiplin. Hal itu juga merupakan kebutuhan suatu angkatan
bersenjata modern. Jenderal Yang adalah orang pertama yang
mengusulkan dikembalikannya kepangkatan itu.
Pengalaman Yang ketika memimpin perang melawan Vietnam, Februari
1979, membuat ia semakin percaya bahwa tanpa adanya kepangkatan
akan timbul kebingungan, terutama bagi mereka yang berada di
garis depan. Dan lebih dari itu, tanpa adanya kepangkatan, akan
sulit untuk bertempur secara efisien. Namun yang menolak ide ini
cukup banyak juga. Maka itu harapan satusatunya untuk
menyelesaikan masalah ini hanya ada pada siapa lagi kalau bukan
Wakil Ketua Partai Komunis Cina, Deng Xiao-ping.
Dalam kedudukannya selaku Ketua Komisi Militer PKC, Deng telah
memulai kampanye, dengan menganjurkan perlunya peningkatan
disiplin. Ini nampaknya ditujukan untuk menciptakan kondisi bagi
pelaksanaan ide kepangkatan itu. Bila dilaksanakan, itu petunjuk
lagi bahwa ajaran Mao semakin ditinggalkan. Bila tak jadi,
berarti kaum Maois masih cukup punya tenaga dalam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini