PUKUL 03.00 dinihari Sabtu lalu. Sebuah panser V-150 meluncur keluar dari Markas AD Fort Bonifacio, di pinggir kawasan elite Makati, Metro Manila. Kendaraan lapis baja berisi tujuh tentara pembangkang itu bergerak ke jalan utara memasuki Manila. Namun, mereka berbalik arah, setelah melihat pasukan pemerintah menghadang di ujung sana. Belakangan panser itu ditemukan parkir di depan Universitas Santo Thomas, ditinggal lari penumpangnya. Lalu, desas-desus pun berkembang lagi di Filipina. Sebuah bendera bergambar bintang, topi, dan bendera Filipina yang tertinggal dalam panser itu dijadikan bukti kuat bahwa Letkol Reynaldo Cabauatan, berada di belakang rencana kudeta kali ini. Kepala Polisi Manila, Brigjen Alexander Aguirre, menjelaskan bahwa seorang kopral marinir bernama Abraham Siazon diduga menjadi dalang pencurian kendaraan berat itu. Dengan nama samaran, Kopral Siazon berhasil mencuri panser dari Fort Bonifacio, yang kabarnya akan digunakan untuk mengamankan konpfrensi pers yang sedianya diselenggarakan Letkol Cabauatan di Manila, Minggu petang ini dikatakan Gubernur Metro Manila, Jejomar Binai. Cabauatan membantah tuduhan atas dirinya. Dalam sebuah wawancara dengan Asociated Press (AP) di tempat persembunyiannya di Luzon Tengah, perwira intel zaman Marcos ini menjelaskan, "Saya tak tahu-menahu dengan usaha kudeta itu. Yang pasti, makin banyak kelompok kecil -- baik militer maupun sipil -- berhasrat membentuk suatu pemerintahan demokratis baru." Agaknya, isu kudeta kali ini bisa memperkuat alasan agar Cory memberlakukan "UU Darurat" secepatnya. Rencana ke arah sana "sudah ada di antara tumpukan berkas," ujar Menhan Rafael Ileto. "Tinggal ambil saja dan menyodorkan ke meja presiden," sambungnya. Cory tampak berhati-hati sebelum memberlakukan UU Darurat kendati ia tidak lagi membantah kemungkinannya secara tuntas. Mungkin karena tindakan itu dinilai identik dengan pemerintahan Marcos yang sangat tidak populer itu. Lagi pula, UU Darurat bisa mengurangi dukungan negara-negara lain terhadap kepemimpinannya. Dan tentu saja akan mempengaruhi rencana bantuan militer AS yang besarnya US$ 110 juta (Rp 181,5 milyar) pada tahun 1988 nanti. D.P.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini