Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Surat kabar asing The Independent menyoroti penjualan kelelawar, tikus dan anjing hidup di pasar basah Tomohon, Sulawesi Utara. Penjualan hewan liar itu menjadi kontroversial karena masih dilakukan di saat pandemi corona.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mewabahnya virus corona sejak setahun lalu, disebut dari pasar di Wuhan, China yang menjual hewan kelelawar. Pihak berwenang China telah menutup pasar di Wuhan dan melarang penjualan hewan hidup sebagai upaya membersihkan reputasi negara itu setelah wabah virus corona. Para ilmuwan menduga virus corona berasal dari kelelawar yang dijual di Wuhan dan melompat ke manusia melalui spesies lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun penjualan hewan liar untuk dikonsumsi seperti di Wuhan, ditemukan pula di Sulawesi. Para penjual masih menawarkan hewan hidup seperti kelelawar, tikus, babi, anjing, ular, katak, ayam dan bebek untuk dikonsumsi.
Organisasi kesejahteraan hewan Four Paws melakukan penyelidikan di Sulawesi. Menurut sumber mereka, pasar tetap berjalan normal di tengah pandemi. Hal ini bertentangan denga pernyataan Organisasi Kesehatan Dunia WHO yang menyerukan agar penjualan hewan hidup dihentikan.
Para ahli mengatakan kondisi pasar hewan hidup yang tidak sehat adalah tempat berkembang biaknya penyakit zoonosis, penyakit yang dapat berpindah dari hewan ke manusia.
Tahun lalu, media New Yok Times juga menyoroti penjualan hewan liar di Pasar Tomohon di tengah pandemi corona. Daging anjing, ular, tikus bahkan kelelawar, yang diyakini menjadi sumber awal virus corona dijual bebas di sana.
Dalam laporan NY Times pada 13 Mei 2020 itu, banyak tukang daging yang menyembelih anjing sehingga menyebabkan kemarahan aktivis hak-hak hewan.
Baca: Lockdown, Pabrik Sarung Tangan Medis di Malaysia Berhenti Beroperasi
INDEPENDET | NY TIMES