Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Pelajaran di pintu gerbang

Siswi kelas i sma kobe takatsuka di kobe,jepang, ryoko ishida tewas terjepit pintu gerbang sekolah. disiplin sekolah menjadi sorotan masyarakat jepang kini guru yang menutup pintu itu diusut polisi.

28 Juli 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GURU itu mulai menghitung mundur: "10, 9, 7, ...5, ...1," dan "blamm" pintu besi seberat 230 kg menghantam kepala Ryoko Ishida, seorang gadis berusia 15 tahun. Siswi kelas I SMA Kobe Takatsuka di Kobe, Provinsi Hyogo itu terkulai di depan gerbang sekolah, dan beberapa jam kemudian gadis semampai ini meninggal di rumah sakit. Disiplin sekolah yang ketat di Jepang sekali lagi minta korban jiwa, Jumat tiga pekan lalu. Dan sekali lagi masyarakat Jepang ramai membicarakannya lewat TV, surat kabar, dan lain-lain. "Disiplin yang tinggi memang baik, tapi bukankah sekolah adalah tempat mendidik, bukan tempat untuk membunuh murid?" protes seorang wali murid dari sebuah SMP di Tokyo. Dengan kata lain, seolah-olah matinya Ishida adalah juga pelajaran sekolah. "Musibah itu bukan hanya masalah SMA Takatsuka, tapi masalah semua sekolah menengah di Jepang," kata Takeshi Hayashi, penulis buku yang membeberkan segi kejelekan peraturan-peraturan sekolah di Jepang. Pendidikan di Jepang sudah dikenal secara internasional menelurkan siswa-siswa berprestasi tinggi di bidang matematika, ilmu alam, dan banyak bidang lain. Tapi haruskah dengan disiplin kaku yang kadang kala makan korban? Disiplin yang membuka peluang guru berbuat sewenang-wenang? Di SMA Kobe Takatsuka itu misalnya, siswa yang terlambat diharuskan lari mengelilingi lapangan sekolah sepanjang 800 meter, dua kali. Tapi 800 meter itu mesti dijalani dengan pas. Bila menurut guru pengawas jarak larinya kurang atau lebih, siswa itu diminta mengulang larinya -- tak ada kesempatan membela diri di situ. Dan tak cuma bagi mereka yang terlambat datang. Yang terlambat pulang pun terkena hukuman serupa. "Disiplin menepati waktu itulah cara mendidik siswa agar disiplin dalam hidupnya," kata Atsuo Nomura, kepala SMA Takatsuka, yang memiliki 1.500 murid. Dan dalam 31 butir disiplin sekolah, datang tidak terlambat merupakan butir pertama. Yang lain, antara lain, siswa tidak diperbolehkan mampir ke warung sewaktu pulang dan pergi sekolah. Murid juga diharuskan meminta izin dari orangtua jika hendak bergaul dengan lawan jenis. Sebelum kasus Ishida menghangat, dua minggu sebelumnya muncul cerita lain dari Provinsi Fukuoka, mengenai taibatsu atau hukuman badan yang diberikan kepada dua siswa SMP Iki. Kedua siswa tersebut dikubur sebatas leher di pasir pantai, karena dituduh "mengompas" siswa sekolah lain. Ketujuh guru yang menggiring kedua siswa tersebut di pinggir pantai di malam hari itu meminta si murid mengakui perbuatannya. Seorang mengaku setelah terkubur selama lima belas menit. Sedangkan yang seorang lagi bersikeras tidak mengakui perbuatan tersebut. Akibatnya, si murid dipukul babak belur. Sebetulnya, menurut undang-undang pendidikan Jepang tahun 1947, guru atau sekolah memang diperbolehkan memberikan hukuman disiplin kepada murid, tapi tidak boleh memberikan taibatsu, yang asalnya dari kalangan militer. Namun, sampai dengan tahun 1960 -an, merupakan hal yang biasa bila guru menghukum dengan tamparan atau tendangan. Bahkan dalam catatan Seiji Matsukawa, pejabat Monbusho atau kementerian pendidikan Jepang untuk SD, SMP, dan SMA, pada 1988 tercatat 182 kasus taibatsu oleh guru. Dan menurut dirjen perlindungan hak asasi departemen kehakiman Jepang, selama lima tahun belakangan ini sedikitnya lima orang murid tewas akibat taibatsu. Sementara itu, Toshihiko Hosoi, 39 tahun, guru yang menutup pintu itu, kini diusut polisi. Pihak sekolah tampaknya akan memecatnya. SMA Takatsuka pun mencoba memperbaiki diri, mengubah jam tutup pintu menjadi pukul 9.00. Tapi sementara itu disiplin dan taibatsu jalan terus, menunggu korban berikut. Seiichi Okawa (Jepang) dan Rustam F. Mandayun

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus