Pembunuh di Belakang Pohon Ada yang menduga, tiga diplomat Arab yang tewas di Bangkok karena soal politik Arab Saudi-Iran. DI Muangthai, sengketa bisnis yang tidak bisa diselesaikan secara damai sering berakhir dengan pembunuhan. Maka, tewasnya tiga orang diplomat Arab Saudi baru-baru ini di Bangkok diduga keras akibat cekcok semacam pula, khususnya soal ekspor tenaga kerja Muangthai ke Arab Saudi. "Pelakunya anggota gang yang dicurigai terlibat dalam kasus pembunuhan tahun lalu," kata Ketua Kepolisian Muangthai Jenderal Sawaeng Thirasawat. Kasus yang dimaksudkan Jenderal Sawaeng itu terjadi Januari 1989 pada Saleh Al Malik, juga diplomat di Kedubes Arab Saudi. Modus operandi yang digunakan waktu itu dan pada pembunuhan Abdullah Al-Basri, Fahd Al-Bahli, dan Ahmed Al-Saif ternyata sama. Semua korban bersangkutan dengan pengiriman tenaga kerja Thai ke Arab Saudi. Abdullah Al-Basri, misalnya, adalah pejabat konsul yang biasa memberi visa. Menurut sumber-sumber polisi, para korban ditembak dengan jenis senjata yang sama, pistol berkaliber 7,65 mm. Semuanya ditembak ketika hendak memasuki kediaman masing-masing, setelah pulang kantor. Saksi-saksi melaporkan, pembunuh menunggu lama sebelum korban tiba. Salah seorang pembunuh konon bersembunyi di belakang pohon di seberang jalan rumah korban. Selesai beraksi, mereka langsung kabur dengan mobil yang sudah menunggu. Sumber polisi di Bangkok mengatakan bahwa mereka pembunuh "pesanan" perusahaan yang merekrut tenaga kerja yang cekcok dengan pejabat Kedubes Arab Saudi di Bangkok. Konon, pembunuhan diplomat yang pertama, tahun lalu, karena ia terlalu bersih dan tidak bisa disogok. Sedangkan para diplomat yang tewas pekan lalu justru sebaliknya, "mereka minta terlalu banyak." Bisnis tenaga kerja Thai ke Arab Saudi memang cukup besar. Menurut departemen tenaga kerja Muangthai, hampir 4.000 orang berangkat setiap bulan menuju Arab Saudi. Kini diduga sekitar 100.000 orang Thai berada di negeri padang pasir itu, dan tiap tahun mereka mengirim uang ke tanah air senilai Rp 2,5 trilyun. Dampak pembunuhan-pembunuhan ini jelas akan memberatkan Muangthai. Reaksi Riyadh kilat dan keras: Membatalkan semua pemberian visa kepada pelamar Thai. Mereka juga mengancam akan memutuskan hubungan diplomatik kedua negara jika Bangkok tidak bertindak langsung untuk menangkap pelakunya. Meskipun Perdana Menteri Chatchai Choonhavan optimistis, Menlu Siddhi Savetsila cukup khawatir. "Saya tidak tahu apa yang akan dilakukan Arab Saudi jika polisi kami tidak cepat berhasil menemukan pelakunya," kata Savetsila. Di Bangkok, ada pihak yang mengaitkan peristiwa pembunuhan diplomat-diplomat itu dengan konflik politik -- yang berasal dari tahun 1987 di Mekkah -- antara Riyadh dan Teheran, ketika 400 demonstran warga Iran tertembak mati oleh pihak keamanan Arab Saudi. Menurut kantor berita Reuters, sejumlah diplomat Arab Saudi -- di berbagai negara -- mengalami macam-macam serangan dalam empat tahun belakangan ini, dan biasanya Iran dituduh sebagai pelakunya. Dalam hal pembunuhan di Bangkok, kabarnya seorang pembunuh bersembunyi lama di belakang pohon yang terletak di muka kediaman Duta Besar Iran, yang kebetulan di seberang rumah korban. Anehnya, ketika terdengar tembakan, penjaga kediaman Dubes Iran tak berbuat apa pun. Kini, sebanyak 36 anggota polisi ditugaskan khusus untuk menyelesaikan kasus ini. Menurut berita terakhir dari Bangkok, polisi sedang mengejar dua orang yang dicurigai, satu orang Thai, satunya lagi seorang berwajah Arab. Yuli Ismartono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini