BANGKOK gempar. Dua jam sesudah pemecatan Jenderal Arthit Kamlang-Ek Senin pekan ini, banyak tank dan kendaraan lapis baja lainnya "unjuk kekuatan" di jalan-jalan. Lagi sebuah pemandangan yang mengingatkan orang pada kudeta gagal September silam, ketika Kolonel Manoon Rupkachoorn berusaha menggulingkan PM Prem Tinsulanonda. Tapi kali ini kudeta belum terjadi, sedang Arthit, 60, berada di Provinsi Narathiwat di Selatan, sementara Prem baru saja tiba di Bangkok dari markas militer di Korat. Kedua tokoh yang bertarung diam-diam ini belum berkomentar, sedangkan polisi juga tidak tahu-menahu. Tapi kalangan diplomat dan pejabat tinggi berspekulasi bahwa pemecatan itu - lebih cepat tiga bulan dari masa pensiun Arthit erat kaitannya dengan keterlibatan jenderal ini dalam sebuah komplotan bersama-sama pengusaha dan sejumlah petualang politik. Gara-gara persekongkolan itu, Prem pada awal Mei silam kehilangan dukungan mayoritas di Parlemen. Ia terpaksa membubarkan lembaga legislatif itu, lalu memimpin sebuah pemerintahan sementara, sampai pemilu berlangsung 27 Juli depan. "Prem merasa jenuh. Tampaknya, ia berhasil mengumpulkan bukti cukup mengenai keterlibatan Arthit hingga jenderal ini dipecat," tutur seseorang diplomat. Tapi sejak Prem tersingkir di Parlemen, nama Arthit mulai disebut-sebut lagi sebagai calon terkuat untuk menggantikan Prem. Seperti biasa, Arthit, yang menampakkan sikap rendah hati, berkata bahwa ia tidak siap untuk terjun ke politik. Dia merasa tidak memenuhi syarat untuk jabatan setinggi itu. "Saya tidak lebih baik dari yang lain dan di bawah saya keadaan bisa saja semakin buruk." Tapi para pengamat sudah sangat hafal akan sikapnya yang acuh-acuh butuh. Banyak yang menduga sikapnya itu cuma siasat belaka. Kendati sudah dipecat, dia masih berfungsi sebagai Panglima Tertinggi yang tugasnya lebih bersifat seremonial. Penggantinya adalah perwira favorit Prem, Jenderal Chaovalit Yongchaiyut, 54, yang menurut seorang juru bicara pemerintah adalah perwira yang punya aspirasi demokratik dan bisa menjamin berlangsungnya pemilu yang jujur, bersih, dan bebas. Arthit sendiri masih mempunyai cukup banyak pendukung di dalam AB Muangthai, terutama para perwira lulusan kelas VII dan VIII Akademi Militer Chulalongkorn. Belum jelas bagaimana sikap mereka atas tindakan Prem yang terakhir ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini