MEREKA berdua disambut bagaikan pahlawan. Serangkaian bunga disampaikan begitu mereka turun dari pesawat terbang. Jamuan makan diselenggarakan. Dan konperensi pers yang diadakan untuk mereka, begitu mereka mendarat Jumat di bandar udara Taipei pekan lalu, penuh sesak oleh wartawan. Yang kurang mungkin cuma satu: konperensi pers itu dilarang disiarkan langsung oleh televisi. Kedatangan Tung Kuang-haing dan Chiu Ming-chih, dua awak pesawat pengangkut Boeing 747 milik China Airlines (CAL) yang dilarikan ke RRC oleh pilotnya 3 Mei silam, memang disambut dengan sikap hati-hati oleh pemerintah Taiwan. Pemerintah tampaknya ingin mengecilkan dampak politik peristiwa itu. Buat masyarakat Cina - yang tinggal di RRC, Hong Kong, dan Taiwan - peristiwa tersebut: pembelotan pilot Wang Xijue, perundingan pejabat CAL dengan CAAC (Civil Aviation Administration of China), pengembalian pesawat ke Taiwan, dianggap peristiwa yang sangat bersejarah. Fakta bahwa pemerintah Taipei menyetujui CAL berunding dengan CAAC memang sangat mengagetkan. Selama ini Taipei memegang keras prinsip "tiga tidak" dalam hubungannya dengan RRC: tidak kontak, tidak berunding, dan tidak kompromi. Enam bulan lalu beberapa pengusaha dihukum berat ketika ketahuan berhubungan dagang langsung dengan Cina. Taipei memang berusaha mengecilkan perundingan ini dengan menyatakan itu hanya "untuk sekali saja", dan perundingan itu "masalah antara dua perusahaan, CAL dan CAAC." Juru bicara pemerintah Chang King-yuh juga menyatakan tidak ada perubahan dalam sikap dasar serta kebijaksanaan pemerintahnya. Namun, semua tahu CAL adalah perusahaan semi pemerintah. Tanpa lampu hijau pemerintah, tak mungkin CAL mau berunding. Bagaimanapun, hampir semua pengamat sepakat, kontak pertama RRC-Taiwan sejak terpisah 37 tahun telah menguak sekat yang menutup hubungan kedua negara. Memang masih terlalu pagi untuk mengharapkan Taipei akan mencairkan sikap kakunya. Namun seperti dikatakan koran Hong Kong The South China Morning Post dalam tajuknya pekan lalu, kelak akan makin banyak orang di Taiwan yang bertanya: Mungkinkah ide satu negara dengan dua sistem, yang direncanakan untuk Hong Kong, akan juga bisa berlaku buat mereka? Sementara itu, nasib dua awak Boeing 747 yang memilih kembali ke Taiwan belum jelas. Pada wartawan Tung Kuang-haing dan Chiu Ming-Chih menjelaskan, mereka menentang keinginan pilot Wang yang mau membelot. Mereka melawan, hingga Wang yang bersenjatakan kapak terpaksa mengikat mereka dengan belenggu dan rantai. Tung terluka di kakinya dalam pergumulan di tengah angkasa itu. Keduanya menjelaskan, para pejabat RRC juga menawarkan suaka buat mereka, tapi mereka tegas menolak. Yang menjadi masalah, sikap mereka belum tentu diterima pemerintah Taipei. Pada 1981, tatkala Mayor Huang Zhicheng membelot dan melarikan pesawat F-5 yang dikemudikannya ke RRC, seorang siswa latih yang terbang bersamanya, Hsu Chin Lin, menolak ikut membelot dan memilih terjun dengan payung di Selat Taiwan. Pasukan katak Taiwan menyelamatkannya dan kemudian ia disambut besar-besaran. Namun, belakangan konon ia diadili mahkamah militer dan dihukum berat karena dianggap terlibat pembelotan Huang. Apakah Tung dan Chiu akan mengalami nasib serupa, agaknya akan bergantung pada kadar kecurigaan Taipei pada Beijing sekarang ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini