TOKOH Khmer Merah pelaku "Ladang Pembantaian" kini tengah menghadapi pengadilan khusus yang dibentuk Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah Phnom Penh. Berbeda dengan sebelumnya, pengadilan hasil negosiasi selama lima tahun ini akan dipimpin oleh hakim dan jaksa campuran yang berasal dari negara asing dan Kamboja. "Tak hanya saya yang butuh melihat pengadilan itu, tapi juga semua korban dan seluruh rakyat Kamboja," kata Vann Nath, pelukis yang selamat dari pembantaian Khmer Merah.
Bentuk pengadilan dengan hakim dan jaksa campuran ini merupakan jalan tengah antara PBB dan pemerintah Kamboja karena PBB menganggap sistem hukum Kamboja menjadi sasaran intervensi politik. Menurut Hans Corell, pemimpin perunding PBB, pengadilan ini akan menggunakan standar hukum internasional yang berlaku bagi pelanggar hak asasi manusia, yakni Perjanjian Internasional tentang Hak Sipil dan Politik, yang juga sudah diratifikasi oleh Kamboja.
Saat ini sejumlah tokoh Khmer Merah yang bertanggung jawab terhadap pembantaian 1,7 juta penduduk Kamboja dulu sudah mendekam di penjara. Di antaranya Kang Kek Leu, 60 tahun, bos penjara terkenal Toul Sleng. Tapi dua tokoh penting Khmer Merah, Nuon Chea dan Khieu Samphan, masih hidup bebas di Pailin. Sedangkan satu tokoh penting lainnya, Ieng Sari, 73 tahun, berdiam di vilanya yang mewah di Phnom Penh.
Raihul Fadjri (BBC, AP, AFP, The Guardian, Washington Post)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini