Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Pengakuan Jurnalis soal Bias Media Barat atas Konflik Palestina-Israel

Jurnalis CNN dan BBC mengungkap sikap bias redaksi mereka atas pemberitaan konflik Palestina-Israel.

7 Oktober 2024 | 19.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sepuluh wartawan yang meliput perang di Gaza untuk dua jaringan berita terkemuka dunia, CNN dan BBC, mengungkap cara kerja internal ruang redaksi kedua media tersebut sejak serangan 7 Oktober 2023. Mereka menuduh ada bias pro-Israel, standar ganda yang sistematis, dan pelanggaran prinsip jurnalistik yang sering terjadi selama peliputan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dilansir dari Aljazeera, dalam beberapa kasus, para wartawan itu menuduh sejumlah petinggi senior ruang redaksi gagal meminta pertanggungjawaban pejabat tinggi Israel sekaligus mencampuri peliputan untuk mengurangkan kekejaman Israel. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam satu kejadian di CNN, propaganda palsu Israel ditayangkan meskipun ada peringatan sebelumnya dari staf redaksi. Kasus peliputan itu diungkap para wartawan tersebut dalam The Listening Post dari Al Jazeera, yakni sebuah program mingguan yang membedah dunia media, untuk dokumenter "Failing Gaza: Behind the Lens of Western Media".

Seorang wartawan di CNN, Adam (nama samaran), mengatakan sebelum serangan 7 Oktober 2023, ia sangat memercayai praktik jurnalistik di kantornya. Akan tetapi setelah serangan 7 Oktober 2023, dia melihat berita yang mendukung narasi Israel benar-benar mengguncangnya. 

Sebelumnya pada November 2023, Editor Diplomatik Internasional CNN, Nic Robertson, bergabung dengan tentara Israel untuk mengunjungi Rumah Sakit Anak al-Rantisi di Gaza yang dibom. Begitu masuk, juru bicara militer Daniel Hagari mengaku telah menemukan bukti Hamas menggunakan rumah sakit itu untuk menyembunyikan tawanan Israel.

Hagari menunjukkan kepada Robertson sebuah dokumen di dinding yang ditulis dalam bahasa Arab, yang katanya adalah daftar anggota Hamas yang mengawasi para tawanan.

“Ini adalah daftar penjagaan. Setiap teroris punya giliran sendiri,” kata Hagari kepada Robertson. Terkait dengan itu, Adam menilai siaran itu sebetulnya 'momen memalukan' bagi CNN.

“Itu sama sekali bukan daftar Hamas,” ujarnya. “Itu adalah kalender, dan ditulis dalam bahasa Arab adalah hari-hari dalam seminggu. Namun, laporan yang keluar dari Nic Robertson menelan klaim Israel.

Lebih buruk lagi, Adam menuturkan, klaim Israel tersebut telah dibantah oleh penutur bahasa Arab di media sosial sebelum rekaman CNN ditayangkan, dan, menurut beberapa jurnalis CNN serta obrolan internal WhatsApp yang dilihat oleh Al Jazeera, seorang produser berdarah Palestina sudah memberi tahu rekan-rekannya, termasuk Robertson, tetapi diabaikan. Setelah laporan tersebut ditayangkan di televisi, produser lain mencoba memperbaikinya sebelum dipublikasikan secara daring.

“Seorang rekan melihat laporan tersebut dan memberi tahu Nic, (dengan mengatakan,) ‘Tunggu dulu, orang-orang mengatakan ini tidak akurat',” kata Adam. “Dan tampaknya, Nic berkata, ‘Apakah Anda bermaksud mengatakan bahwa Hagari berbohong kepada kita?’"

Adam mengatakan ada peluang agar kekeliruan ini dihentikan, tetapi Nic bersikeras. "Dia adalah koresponden yang sangat berpengalaman. Jika Anda lebih memercayai pemerintah Israel daripada rekan-rekan Anda sendiri, maka Anda setidaknya perlu ditegur karena laporan Anda telah menutupi operasi Israel," tuturnya. 

Adam mengungkap tidak pernah ada bukti yang muncul tentang tawanan yang ditahan di rumah sakit al-Rantisi. Adam juga mengatakan ada masa ketika wartawan CNN tidak dapat menyebut dengan tegas serangan udara di Gaza sebagai 'serangan udara' kecuali mendapat konfirmasi dari Israel. 

"Kami tidak akan melakukan ini di tempat lain. Kami tidak akan menoleransi perlunya bertanya, misalnya, kepada Rusia apakah mereka mengebom sebuah rumah sakit di Kyiv," ucap Adam. 

Baru-baru ini, Adam menuturkan, ketika pejabat kesehatan di Gaza mengumumkan serangan Israel telah menewaskan lebih dari 40 ribu orang, Redaktur Pelaksana CNN Mike McCarthy memerintahkan timnya untuk mengontekstualisasikan dan meminta pertanggungjawaban Hamas 

Saat memberi tahu pemirsa tentang tonggak sejarah yang suram pada Agustus lalu, presenter CNN Becky Anderson mengatakan dalam sebuah acara berita, "Kementerian kesehatan Gaza mengatakan lebih dari 40 ribu warga Palestina tewas sejak pembantaian Hamas pada 7 Oktober di Israel yang memicu perang."

Dia juga mengatakan CNN tidak dapat memverifikasi jumlah korban. Para ahli terkemuka mengatakan angka tersebut kemungkinan kurang dari jumlah sebenarnya.

‘Tidak Ada Keseimbangan’ di BBC

Sementara itu, mantan jurnalis BBC, Sara (nama samaran), menuduh media penyiaran Inggris itu memiliki standar ganda dalam mewawancarai tamu. Sara mengaku tidak lagi melihat masa depannya di BBC karena adanya semacam keengganan di antara para eksekutif untuk mengatasi masalah soal bias editorial.

Pada hari-hari setelah serangan 7 Oktober 2023, BBC membuat obrolan grup internal tempat para produser dapat menyaring calon narasumber berdasarkan jejak daring mereka. 

"Tidak ada keseimbangan dalam apa yang terjadi. Juru bicara Israel yang kami undang diberi banyak kebebasan untuk mengatakan apa pun yang mereka inginkan dengan sangat sedikit penolakan,” kata Sara. 

Sebagai contoh, politikus Israel pada tanggal 17 Oktober 2023 mengatakan kepada presenter BBC Maryam Moshiri adanya bayi-bayi yang dibakar dan bayi-bayi yang ditembak di kepala selama serangan Hamas ke Israel selatan. Klaim itu belum dibuktikan oleh Israel dan ditolak oleh Hamas sementara Moshiri tidak menantang atau menyelidiki klaimnya.

Berdasarkan penelusuran Aljazeera sepanjang tahun lalu, para ahli dan jurnalis veteran semakin menuduh media-media Barat terkemuka mempertahankan bias pro-Israel sambil merendahkan martabat warga Palestina dan meremehkan penderitaan mereka.

Sejumlah kecil jurnalis di The New York Times dan BBC mengundurkan diri secara terbuka dengan alasan hati nurani mereka. Sedangkan jurnalis lain telah mencoba mengubah keadaan dari dalam dengan kampanye dan rapat internal.

"Ini adalah momen dalam sejarah yang jarang kita lihat di mana kita benar-benar melihat genosida dilakukan saat itu terjadi," kata pejabat HAM PBB, Craig Mokhiber, yang mengundurkan diri tahun lalu.

“Dalam situasi di mana pemerintah Barat seperti Amerika Serikat, Inggris, dan negara-negara lain terlibat, ada media Barat yang benar-benar menjadi bagian dari mekanisme genosida. Itulah yang berbeda. Itulah yang menakutkan,” ujar Mokhiber. Adapun BBC dan CNN membantah tuduhan bias pro-Israel itu. 

Sumber: aa.com.tr | Aljazeera

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus