BISA jadi, ini zaman seniman. Setelah Cekoslovakia memilih dramawan Vaclav Havel sebagai kepala negara, dan di Peru novelis Vargas Llosa menjadi salah seorang calon presiden dalam pemilihan bulan depan, pekan lalu Hungaria mengangkat pengarang Arpad Goncz -- yang terpilih sebagai ketua parlemen (hasil pemilu bebas pertama) -- sebagai presiden. Goncz, 68 tahun, pemimpin Partai Aliansi Demokrat Bebas, walau tidak menang dalam pemilu awal April lalu, terpilih sebagai presiden berkat dukungan Forum Demokrasi, partai yang unggul dalam pemilu. Tokoh ini dianggap sebagai tokoh pemersatu. Berbeda dengan parlemen Hungaria rezim lama, yang kebanyakan anggotanya dari unsur buruh, kini parlemen baru didominasi oleh kelompok intelektual. Termasuk di dalamnya 76 pengacara. Untuk pertama kalinya anggota parlemen bakal digaji sebesar sekitar 32.500 forint (Rp 900.000), atau tiga kali gaji rata-rata penduduk Hungaria. Perubahan dari masa komunisme ke demokrasi juga ditandai dengan diterapkannya tradisi lama: Anggota parlemen sembahyang dulu di gereja sebelum masuk gedung parlemen. Goncz, seorang sarjana hukum, memang sejak muda penentang kekuasaan diktatorial. Ia aktivis anti-Nazi. Setelah Perang Dunia II ia menjadi editor koran partai sayap kanan-tengah yang memenangkan pemilu bebas pada 1945 (pemilu bebas terakhir sebelum pemilu kali ini). Tapi begitu komunisme mulai merasuki kelompok politik di Hungaria, ia keluar dari partai, sempat masuk fakultas pertanian, dan menjadi tukang solder. Ia kemudian terlibat gerakan demokrasi 1956 dan masuk penjara. Sebenarnya ia dihukum seumur hidup, tapi mendapat amnesti pada 1963. Sehari setelah terpilih sebagai presiden, Goncz mengangkat Jozsef Antall, 58 tahun, ketua FD, sebagai perdana menteri. Seperti halnya Goncz, Antall yang berambut perak ini dekat dengan seni. Ia bekas direktur museum di Budapest. Wartawan menjuluki tokoh yang kaku dan bertampang masam ini dengan sebutan "kepala sekolah". Sebab, bapak dua anak ini senang memanggil wartawan untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut berkenaan dengan artikel yang mereka tulis. Antall datang dari keluarga Katolik yang taat. Ia masuk jurusan sejarah Universitas Budapest, dan kemudian jadi dosen. Tapi kemudian ia memilih bidang sejarah medis karena "sama sekali tak bersentuhan dengan teori Marxis," tuturnya. Ia tak termasuk dalam lingkungan para pembangkang meski masuk dalam "daftar hitam" rezim komunis. Untuk mengatasi krisis ekonomi -- negeri berpenduduk 10,6 juta jiwa ini punya utang luar negeri sebesar US$ 21 milyar -- Antall merencanakan swastanisasi perusahaan negara. FS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini