Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hadi Matar, pria yang menikam novelis Salman Rushdie di New York, Amerika Serikat, pada Kamis lalu mengaku tidak bersalah atas percobaan pembunuhan tingkat dua dan tuduhan penyerangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Matar,26 tahun, didakwa di Gedung Pengadilan Chautauqua County atas dakwaan percobaan pembunuhan tingkat dua, dengan ancaman hukuman maksimum 25 tahun penjara, dan dakwaan penyerangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Matar telah berada di penjara sejak penangkapannya dan tidak memperoleh jaminan pembebasan. Dalam sidang, Hakim David Foley memerintahkan Matar untuk tidak melakukan kontak dengan Rushdie.
Foley menyetujui permintaan pengacara pembela Matar untuk mengeluarkan perintah pembungkaman sementara, yang melarang para pihak membahas kasus tersebut di media.
Hakim Foley juga akan mempertimbangkan permintaan pembela untuk membebaskan Matar dengan jaminan. Matar akan kembali menjalani sidang pada September mendatang.
Serangan penikaman itu terjadi 33 tahun setelah pemimpin tertinggi Iran saat itu, Ayatollah Ruhollah Khomeini, mengeluarkan dekrit yang menyerukan umat Islam untuk membunuh Rushdie. Seruan ini dicetuskan beberapa bulan setelah Rushdie menerbitkan buku "The Satanic Verses" atau "Ayat-Ayat Setan".
Buku tersebut menimbulkan kontroversi karena mengungkapkan penghinaan terhadap Nabi Muhammad. Rushdie bersembunyi di bawah perlindungan polisi Inggris selama sembilan tahun.
Pada 1998, pemerintah pro-reformasi Iran di bawah Presiden Mohammad Khatami menjauhkan diri dari dekrit tersebut. Dia mengatakan bahwa, ancaman terhadap Rushdie telah berakhir.
Namun, dekrit itu tidak pernah dicabut. Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei yang merupakan penerus Khomeini, pada 2019 mengatakan bahwa dekrit terhadap Rushdie "tidak dapat dibatalkan."
Matar adalah seorang Muslim Syiah yang lahir di California dari sebuah keluarga asal Lebanon.
Dalam sebuah wawancara yang diterbitkan oleh New York Post pada Rabu, Matar mengatakan, dia menghormati dan mengagumi Khomeini. Tetapi Matar tidak mengatakan apakah penikaman yang dilakukannya terinspirasi oleh dekrit yang diserukan Khomeini.
Matar mengatakan, dia telah membaca dua halaman dari buku "The Satanic Verses". Dia juga menonton video Rushdie di YouTube. Sejak itu, Matar mengaku tidak menyukai Rushdie karena telah menyerang Islam.
"Saya tidak terlalu menyukainya. Dia adalah seseorang yang menyerang Islam, dia menyerang kepercayaan mereka, sistem kepercayaan," ujar Matar. Dia juga mengungkapkan kekecewaanya saat mengetahui kondisi Rushdie semakin membaik.
Jaksa mengatakan, Matar pergi ke Chautauqua Institution untuk menghadiri kuliah umum Rushdie. Matar menempuh jarak sekitar 19 kilometer dari tempat tinggalnya di wilayah Danau Erie. Ia membeli tiket untuk menghadiri kuliah umum Rushdie.
Rushdie menderita luka parah dalam serangan itu, termasuk kerusakan saraf di lengannya, luka di hati, dan kemungkinan kehilangan matanya.
Namun kondisinya telah membaik sejak akhir pekan, dan ventilatornya telah dilepas. Salman Rushdie lahir di India dari keluarga Muslim Kashmir. Dia kemudian pindah ke Inggris dan Amerika Serikat (AS).
SUMBER: AL JAZEERA