DIPERKIRAKAN 11 tahun silam, Kakuei Tanaka sampai kini belum juga dipenjarakan. Tapi pengadilan tinggi Tokyo, Rabu pekan lalu, menolak permohonan banding bekas PM Jepang itu dan 4 terhukum lainnya. Dituduh menerima uang sogok 500 juta yen dari perusahaan AS, Lockheed, Tanaka, oleh pengadilan distrik Tokyo, Oktober 1983, divonis 4 tahun penjara berikut denda 500 juta yen. Sidang pekan lalu menguatkan vonis ini. Dari rumahnya yang luas di Meijiro, Tokyo, Tanaka, 69 tahun, mendengarkan keputusan hakim lewat siaran TV. Pengacaranya, yang mewakili Tanaka dalam sidang, menyebut hukuman itu "tak masuk akal". Tanaka sendiri -- yang sejak Februari 1985 terkena perdarahan di otak sehingga lumpuh separuh badan -- ternyata masih optimistis. "Saya harap, Mahkamah Agung akan membuktlkan bahwa saya tak bersalah," begitu komentarnya. Seperti sebelumnya, Tanaka kali ini dibebaskan dari masuk bui dengan uang jaminan 500 juta yen. Sedang keputusan kasasinya ke Mahkamah Agung baru akan dapat didengar 2-3 tahun mendatang. Tanaka meletakkan jabatan PM pada 1974, karena kasus penggelapan uang yang tak ada hubungannya dengan skandal Lockheed. Pada tahun itu pula kasus suap Lockheed terungkap untuk pertama kali. Melalui Marubeni Corp., Lockheed menyuap lima pejabat (termasuk Tanaka) untuk memenangkan tender pemasokan pesawatnya ke Jepang. Walaupun telah "turun tahta", Tanaka selama ini tetap kuat pengaruhnya dl pentas pohtlk Jepang. Ia dijuluki 'shogun bayangan" dan "dalang kerajaan" karena perannya sangat menentukan dalam pemilihan ketua LDP, yang otomatis menjabat PM Jepang. PM Yashuhiro Nakasone dan dua pendahulunya adalah orang-orang yang "dinobatkan" olch Tanaka. Selama dua dasawarsa terakhir, di antara lima faksi yang ada di LDP, kelompok Tanakalah -- dengan 142 anggota -- yang terkuat. Tapi faksinya kemudian digerogoti, terutama setelah ia sakit berat, 1985. Baru 4 Juli lalu, setelah Sekjen LDP Noboru Takeshita mernisahkan diri, kekuasaannya ambruk. Kini loyalis Tanaka tinggal 20 orang. Ia selalu tersandung oleh kasus korupsi, hingga ada yang berpendapat era Tanaka adalah era legitimasi korupsi dalam kehidupan politik Jepang. Tapi tak sedikit yang tetap mengagumi Tanaka. "Kalau bukan karena penyakitnya, Tanaka sampai kini akan tetap menguasai percaturan politik Jepang," kata Eiji Takame, dosen ilmu politik Universitas Keizai, Tokyo. Farida Sendjaja, Laporan Seiichi Okawa (Tokyo) & kantor-kantor berita
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini