Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Christine Dacera, pramugari Philippine Airlines, meninggal seusai pesta tahun baru.
Polisi mengklaim Dacera meninggal karena pemerkosaan dan narkotik.
Pengakuan saksi dan hasil penyelidikan laboratorium kriminal membantah kesimpulan itu.
CHRISTINE Dacera menghabiskan malam tahun baru bersama 13 teman prianya di City Garden Hotel di Poblacion, Kota Makati, Metro Manila, Filipina. Seperti terekam dalam kamera pengawas, pada Jumat dinihari, 1 Januari 2021, itu Dacera bolak-balik dari kamarnya, nomor 2209, ke kamar 2207 tempat kawan-kawannya berpesta. Beberapa kawannya juga tampak bolak-balik di kedua kamar yang bersebelahan tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Siangnya, gadis 23 tahun itu ditemukan tak sadarkan diri di kamar mandi. Dia buru-buru dibawa ke rumah sakit Makati Medical Center, tapi nyawanya tak tertolong.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Esoknya, tim medis kepolisian yang dipimpin Mayor Michael Nick Sarmiento melakukan autopsi terhadap jenazah Dacera. Kantor Laboratorium Kejahatan Kepolisian Distrik Selatan menyimpulkan bahwa korban meninggal karena pecahnya aortic aneurysm, penggelembungan pada pembuluh darah aorta yang dapat menyebabkan kematian mendadak.
Christine Dacera berasal dari Kota General Santos. Dia lulus jurusan studi komunikasi dan media di University of the Philippines Mindanao pada 2017. Dia pernah ikut kontes kecantikan dan bekerja di bidang pemasaran sebelum menjadi pramugari Philippine Airlines pada 2019. Teman-temannya sering menyapanya dengan panggilan “Tin” dan “Ica”.
Kasus menjadi simpang-siur karena pada 4 Januari, Kepala Kepolisian Resor Kota Makati Kolonel Harold Depositar mengumumkan bahwa Dacera diduga tewas karena pemerkosaan. Korban mengalami luka di bagian paha, luka memar di lutut, dan cakaran di badan. Luka gores dan sperma juga ditemukan di alat kelaminnya. “Berdasarkan laporan medis, ada kontak seksual,” kata Depositar, seperti dikutip Esquire.
Kepala Kepolisian Nasional Jenderal Debold Sinas mengatakan polisi telah menahan tiga tersangka, yakni John Pascual Dela Serna III, Rommel Galido, dan John Paul Halili. Polisi meneruskan kasus ini ke Kantor Kejaksaan Kota Makati, tapi kejaksaan mengembalikan berkasnya karena dinilai belum cukup bukti. Tiga tersangka kemudian dibebaskan.
Media massa dan media sosial Filipina dipenuhi percakapan mengenai kasus ini. Tagar #JusticeForChristineDacera bertahan selama empat hari sejak pengumuman polisi. Kontroversi membuncah ketika teman-teman Dacera mulai bersuara.
Klaim pemerkosaan versi polisi goyah ketika Gregorio de Guzman, salah satu teman Dacera di pesta itu, menyatakan semua teman Dacera gay. Dia sendiri mengaku gay dan tak pernah berhubungan seksual dengan perempuan. Menurut dia, Dacera senang bergaul dengan mereka. “Dia nyaman bersama kami,” ujarnya kepada ABS-CBN News Channel, yang lazim disebut ANC.
Adapun Rommel Galido mengaku mereka tak mengonsumsi narkotik di pesta itu. Mereka hanya minum vodka dan wiski. Dacera disebut mabuk di tengah pesta. Dela Serna dan Clark Rapinan membopong Dacera ke kamarnya karena dia mulai muntah.
Siangnya, ketika hendak keluar dari hotel, Galido mengecek Dacera dan menemukan wajahnya sudah membiru. Dia dan teman-temannya lalu membawa Dacera ke rumah sakit dengan kursi roda. Valentine Rosales, anggota rombongan itu, ingat bahwa kursi roda punya klinik hotel tak punya penahan kaki sehingga dia mengangkat kaki Dacera, yang mungkin menyebabkan luka. “Petugas medis meminta ada yang memegang kakinya. Saya melihat kakinya tergencet di antara kedua sisi kursi roda,” katanya kepada ANC.
Setelah para saksi memberikan pernyataan, kepolisian menggelar konferensi pers. Polisi mengklaim punya kesaksian Dela Serna yang menyatakan bahwa mereka memakai “bubuk narkotik” di kamar 2207. Menurut polisi, Dela Serna menyebut Mark Anthony Rosales yang membawa barang itu. Tapi tes narkotik terhadap para tersangka menunjukkan hasil negatif. Kasus ini makin rumit karena dua tersangka mengaku dipaksa polisi membuat pengakuan palsu soal narkotik.
Ibu Christine Dacera, Sharon, meyakini ada rekayasa dalam kasus putrinya. Dia juga mempertanyakan mengapa putrinya dibalsem lebih dulu sebelum diautopsi, yang dapat membuat hasil autopsi menyesatkan. “Prosedurnya keliru. Saya tidak yakin jika itu cuma kekeliruan atau dia (Michael Nick Sarmiento) tahu bahwa apa yang ia lakukan salah,” ucap Roger Reyes, pengacara keluarga Dacera. Sarmiento adalah petugas medis kepolisian yang melakukan autopsi. Mereka kemudian menggugat Sarmiento.
Sharon juga memohon bantuan kepada Presiden Rodrigo Duterte agar keadilan ditegakkan. Istana Malacanang langsung menanggapinya. “Presiden berjanji keadilan akan didapat keluarga Dacera,” kata juru bicara kepresidenan, Harry Roque.
Harold Depositar. Youtube/GMA News
Masalah ini kemudian berkembang menjadi isu politik ketika Manny Pacquiao, petinju dan senator yang mewakili Provinsi Sarangani, menawarkan hadiah 500 ribu peso atau sekitar Rp 146 juta bagi siapa saja yang bisa memberi informasi mengenai kematian Dacera. Sharon memang meminta bantuan Pacquiao, yang sama-sama berasal dari Kota General Santos. Pacquiao juga mengaku pernah bertemu dengan Dacera. Pacquiao adalah politikus Partai Demokratik Filipina-Kekuatan Rakyat (PDP-Laban), partainya Duterte, yang kini digadang-gadang menjadi calon presiden. Desember tahun lalu, Pacquiao didapuk sebagai ketua partai itu.
Pacquiao mengatakan kasus ini menunjukkan bahwa hukuman mati perlu dihidupkan kembali, termasuk untuk kasus pemerkosaan. Hukuman mati dihapus pada 2006 setelah mendapat tekanan dari gereja. “Pemerintah membutuhkan ‘rumah’ yang kuat,” ujar Pacquiao dalam wawancara dengan stasiun radio DZRH.
Eric Yap, anggota Dewan Perwakilan Rakyat, juga menawarkan hadiah 100 ribu peso atau sekitar Rp 30 juta bagi siapa pun yang punya informasi soal pelaku atau yang terlibat dalam kejahatan ini. “Mereka yang terlibat dalam kejahatan ini tidak memiliki tempat di masyarakat,” katanya.
Pengacara tersangka meminta Pacquaio dan Yap mencabut sayembara itu. Mike Santiago, pengacara untuk empat tersangka, menyatakan hadiah itu berdampak pada keamanan dan keselamatan kliennya. Clark Rapinan mengaku dia dan orang tuanya kini terus dibuntuti ketika mereka keluar dari rumah. Tapi Pacquiao dan Yap menolak mencabut hadiah itu.
Akibat kegaduhan tersebut, Kepala Kepolisian Nasional Jenderal Debold Sinas pada Rabu, 20 Januari lalu, memberhentikan Harold Depositar atas dugaan penyimpangan dalam mengawasi kasus kematian Dacera. “(Sinas) telah menyetujui rekomendasi dari Direktorat Investigasi dan Manajemen Reserse,” ucap juru bicara Kepolisian Nasional Filipina, Brigadir Jenderal Ildebrandi Usana. Polisi yang terlibat dalam penyelidikan awal kasus ini juga dipecat.
Pada Rabu, 27 Januari lalu, Laboratorium Kriminal Kepolisian Nasional pun merilis laporan hasil penyelidikan yang dilakukan pada 11 Januari. Laporan itu menyimpulkan bahwa Dacera meninggal karena pecahnya aortic aneurysm—sama dengan laporan hasil autopsi awal. Laporan itu sekaligus membantah kesimpulan tim Depositar soal pemerkosaan. “Tak ada alkohol atau narkotik yang digunakan pada malam sebelum kematian yang menyebabkan pembesaran atau kerusakan pada aortanya,” tertulis dalam laporan.
Keluarga Dacera ragu terhadap laporan itu. “Dacera dikubur pada 10 Januari sehingga tak mungkin mereka bisa memeriksa mayatnya pada 11 Januari,” kata pengacara keluarga, Roger Reyes, kepada ANC. Keluarga juga mempertanyakan soal luka-luka di tubuh Dacera yang tak muncul dalam laporan itu. “Mereka percaya bahwa minuman Dacera sudah dibubuhi narkotik dan dia dilecehkan secara seksual di kamar 2207 dan 2209 yang turut menyebabkan kematiannya,” ujar Reyes.
IWAN KURNIAWAN (ESQUIRE, ABS-CBN NEWS CHANNEL, INQUIRER)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo