Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Perang yang Mencampakkan

Veteran Tomas Young menuding George W. Bush dan Dick Cheney bertanggung jawab atas kerusakan dalam Perang Irak. Semakin banyak veteran menentang perang.

14 April 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat terbuka itu seperti menggores sepotong arang pada kening Amerika Serikat. Memperingati 10 tahun Perang Irak, seorang tentara veteran Amerika, Tomas Young, 33 tahun, menulis surat melalui situs berita Truthdig, yang dilansir ulang majalah Rolling ­Stone edisi 20 Maret 2013. Surat tersebut buat mantan presiden George W. Bush dan wakil presiden Dick Cheney.

"Bush dan Cheney, yang memulai perang ini, harus membayar konsekuensinya," kata Young dalam suratnya. Ia pun menyimpulkan: Perang Irak merupakan kesalahan strategis terbesar dalam sejarah Amerika Serikat.

Young mendaftar jadi anggota militer Amerika dua hari sesudah tragedi 11 September 2001 dengan motif membalas dendam. Namun harapannya dikirim ke Afganistan segera kandas karena pemerintah Bush mengirimnya ke Irak.

Pada hari kelima Young di Irak, 4 April 2004, pasukannya dihujani tembakan di Kota Sadr (Madinah as-Sadr), Bagdad. Dia terluka parah: tulang belakang dan lututnya tertembak. Tiga bulan kemudian, ­Young baru keluar dari perawatan medis. Dia kembali dari Irak menjadi anggota aktif veteran perang dan berbalik menentang invasi tersebut.

Invasi Amerika Serikat dengan sandi "Operasi Pembebasan Irak" secara resmi dimulai pada 19 Maret 2003. Tujuan resminya melucuti senjata pemusnah massal Irak, mengakhiri dukungan Saddam Hussein kepada terorisme, dan memerdekakan rakyat Irak.

Amerika merupakan kelompok mayoritas dalam pasukan koalisi—lebih dari 20 negara plus suku Kurdi—di utara Irak. Invasi pada 2003 itu mengawali Perang Irak, yang baru dinyatakan berakhir pada 15 Desember 2011.

Surat untuk Bush dan Cheney itu salah satu upaya Young menentang perang. Gitaris Rage Against the Machine, Tom Morello, menyebutkan surat itu merupakan literatur kampanye antiperang paling efektif yang pernah ditulis dalam 50 tahun terakhir. "Selama 48 jam terakhir, surat itu sudah berdampak global," kata Morello kepada Rolling Stone.

Kini Young lumpuh. Hidupnya bergantung pada asupan makanan dan obat melalui slang. Dalam wawancaranya dengan Democrazy Now, dia menyatakan keputusannya untuk mengakhiri hidup dengan menghentikan asupan itu. "Saya muak dan bosan sakit serta lelah," ujarnya. "Saya tidak ingin melihat tubuh saya sia-sia."

Bukan hanya Young seorang yang "terbuang" di Amerika pasca-Perang Irak. Nasib veteran umumnya runyam. Kesulitan ekonomi adalah salah satu dampak dari kelumpuhan fisik atau mental pada banyak veteran. Dari pengamatan di jalanan Los Angeles, kerap terlihat banyak pengemis di jalan dengan baju seragam tentara membawa tulisan "Veteran, Please Help".

"Dengan keadaan ekonomi yang buruk saat ini, banyak veteran muda berakhir di jalanan menjadi gelandangan dalam jangka waktu beberapa bulan setelah mereka kembali ke Amerika," kata Jim Zenner, direktur program Pusat Veteran Hollywood milik Volunteers of America (Voala) di Los Angeles, kepada Tempo.

Salah satu program Voala adalah membantu para veteran perang, terutama yang kembali dari Irak dan Afganistan. Harapannya agar veteran kini tak bernasib seperti veteran Vietnam, yang menjadi gelandangan setelah 9-12 tahun kembali ke Amerika Serikat.

Zenner menyebutkan veteran Perang Irak dan Afganistan kembali dari perang dengan membawa posttraumatic stress disorder dan luka pada otak yang menyebabkan masalah kejiwaan. Akibatnya, mereka kesulitan kembali hidup normal di lingkungan asal.

Awalnya banyak veteran merasa baik-baik saja. Mereka baru menyadari ada masalah setelah sering melanggar hukum, seperti menyetir di bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan terlarang, melakukan pencurian, dan mendapat larangan dari kepolisian untuk berada dekat dengan pasangan.

Tak hanya berdampak secara ekonomi. Kondisi para veteran ini jika dibiarkan berpotensi membahayakan. Pertengahan Maret tahun lalu di California, Abel Gutierrez, 27 tahun, veteran Perang Irak yang menderita stres, menembak dan membunuh adik perempuannya yang berusia 11 tahun sebelum menembak dirinya sendiri.

Fenomena gangguan mental umumnya dialami veteran yang bergabung dengan militer pada usia dini. Menurut Zenner, banyak pendaftar perang berusia 18-19 tahun. "Pada usia semuda itu, otak belum selesai berkembang," dia menjelaskan.

Padahal, dalam situasi perang, banyak hal yang belum bisa diputuskan dengan kapasitas otak sosok yang belum matang, juga keadaan yang sulit dicerna secara normal. "Ini menyebabkan terjadinya cedera dalam peperangan."

Memang tak semuanya hancur-luluh setelah perang. Jim Zenner salah satu contoh veteran yang bisa mentas dari mimpi perang meski dengan perjuangan berat.

Zenner mendaftar ke militer pada usia 26 tahun sekitar April 2004. Keinginan berbakti kepada negara mendorongnya masuk pelatihan militer dan meninggalkan karier mapan sebagai manajer restoran. Dia ditempatkan di Irak mulai 2006 hingga 2007.

Zenner mengaku sempat terguncang di lapangan. "Ada saatnya saya melihat sekeliling dan bertanya kepada diri sendiri, mengapa ada di sini, apa yang saya lakukan di sini, dan untuk kepentingan siapa," ujarnya.

Setelah usai dan pulang, kondisi tak lagi sama. "Saya kehilangan dukungan sosial dan merasa seperti orang hilang. Butuh waktu untuk bisa kembali merasa nyaman hidup di sini."

Untungnya, para veteran ini saling menguatkan. Lima tahun silam, para veteran Perang Irak menggelar aksi bertajuk "Tentara Musim Dingin" untuk menandai lima tahun Perang Irak. Mereka menumpahkan rasa penyesalan yang terpendam dari pengalaman perang.

Aksi utamanya adalah pernyataan tegas menentang perang di mana mereka pernah terlibat. "Kami memiliki tanggung jawab terhadap warga Irak setelah apa yang kami lakukan kepada mereka. Kami akan melakukan segala cara agar semua bisa kembali seperti semula," ujar Hart Vigals dari Veteran Irak Menolak Perang.

Namun yang terpenting, tulis Young dalam suratnya, adanya pertanggungjawaban otoritas pemicu perang. Kepada Bush dan Cheney terutama, dia menuntut keduanya mengakui kesalahan. "Mintalah maaf kepada rakyat Amerika dan dunia, juga rakyat Irak."

Harun Mahbub (Democrazy Now, DeutSche Welle, Huffington Post, Rolling Stone), Lolo Kartikasari Santosa (Los Angeles)


Biaya Perang Dikandung Badan

Perang Irak sungguh mahal. Merujuk pada penelitian 30 periset yang dilansir Al-Arabiya pertengahan Maret lalu, invasi Amerika Serikat di Irak telah menghabiskan biaya US$ 1,7 triliun dengan tam­bahan US$ 490 miliar untuk membiayai para veteran perang. Beban biaya ini bisa membengkak hingga melebihi US$ 6 triliun dalam empat dekade berikutnya.

Penelitian ini merupakan versi terbaru dari laporan Watson Institute pada 2011, yang menyebutkan biaya gabungan dari perang Afganistan, Pakistan, dan Irak mencapai US$ 3,7 triliun. Hitungan ini berdasarkan pengeluaran aktual Departemen Keuangan Amerika serta komitmen klaim medis dan cacat veteran perang. Bunga dari biaya Perang Irak sendiri bisa mencapai US$ 4 triliun.

Angka ini berbeda dengan temuan Badan Riset Kongres Amerika Serikat. Lembaga ini memperkirakan negara menghabiskan hampir US$ 802 miliar untuk mendanai Perang Irak hingga tahun keuangan 2011.

Pemenang Nobel Ekonomi, Joseph Stiglitz, dan akademikus dari Universitas Harvard, Linda Bilmes, mendapatkan angka US$ 3 triliun. Ia memasukkan dampak terhadap anggaran negara dan perekonomian Amerika dalam catatan itu.

AP, BBC, VOA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus