Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nasib baik rupanya masih setia menaungi Pervez ¡©Musharraf. Dibidik dengan sejumlah kasus hukum, bekas diktator Pakistan itu melenggang menuju pemilihan umum parlemen Pakistan. Ahad dua pekan lalu, Komisi Pemilihan Umum mengizinkan pensiunan jenderal bintang empat itu maju dalam pemilihan parlemen, 11 Mei nanti.
Dengan keputusan itu, pencalonannya di sejumlah daerah berjalan mulus. Di Chitral, kota di Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, dekat perbatasan Afganistan, petugas Komisi Pemilihan menyetujui pencalonan bekas Presiden Pakistan itu. ¡±Sejauh ini dia belum terbukti bersalah, jadi kami tidak dapat mendiskualifikasi dia,¡± kata petugas Komisi Pemilihan Umum setempat, Jamal Khan.
Tapi tak semua daerah di Pakistan menerima keputusan otoritas pemilu itu. Kota Karachi, kampung halaman Musharraf, justru menolak pencalonannya. Demikian juga di Kasur, Provinsi Punjab. Dalam sistem pemilu Pakistan, seorang kandidat memang boleh mencalonkan diri di lebih dari satu daerah pemilihan. ¡±Ini keputusan yang bias,¡± ujar Afzal Agha, pejabat partai Liga Muslim Seluruh Pakistan (APML)partainya Musharraf.
Pervez Musharraf, yang memimpin Pakistan selama sembilan tahun setelah melakukan kudeta tak berdarah pada 1999, pulang ke negaranya pada 24 Maret lalu. Setelah mundur dari kursi kepresidenan pada 18 Agustus 2008, dia tinggal di London, Inggris, dan Dubai, Uni Emirat Arab.
Sejak itu, sejumlah kasus hukum menantinya. Mahkamah Agung memerintahkan Musharraf tampil di pengadilan pada Selasa pekan lalu atas dakwaan pengkhianatan. Sebab, dia telah membatalkan konstitusi dan memecat Ketua Mahkamah Agung pada 2007.
Musharraf juga menghadapi tuduhan berat lain berkaitan dengan perannya dalam kudeta militer, yang membawanya ke tampuk kekuasaan. Dia dituduh gagal melindungi rival politiknya, bekas perdana menteri Benazir Bhutto, yang tewas dalam ledakan bom pada 2007, dan pembunuhan pemimpin kelompok nasionalis Balukistan, Akbar Bugti, setahun sebelumnya.
Setumpuk tuduhan itu tak membuat Musharraf jeri. Dia tetap yakin akan mendapat dukungan rakyat. Saya membahayakan hidup saya dengan kembali ke Pakistan. Saya kembali untuk menyelamatkan Pakistan,¡± ucapnya ketika mendarat di bandar udara Karachi.
Kembalinya Musharraf tak lepas dari campur tangan Pakistan First Group (PFG), organisasi veteran militer. Kelompok ini gencar melobi pemerintah agar mengizinkan Musharraf pulang kampung. ¡±PFG secara bulat mendukung rencana bekas presiden kembali ke Pakistan dan ambil bagian dalam pemilu,¡± kata bekas pejabat militer Pakistan, Rashid Qureshi.
Musharraf terbilang berani kembali ke Pakistan. Sehari sebelum dia pulang, Taliban merilis video yang berisi ancaman untuknya. Taliban menyatakan telah menyiapkan bom bunuh diri dan penembak jitu untuk menyambut Musharraf.
Dalam video itu, Adnan Rashid, bekas perwira Angkatan Udara Pakistan yang dihukum karena menyerang Musharraf, mengatakan mujahid Islam telah menyiapkan jagal untuk mengirim Musharraf ke neraka. Taliban mengeluarkan Rashid dari penjara tahun lalu bersama 400 tahanan lain. ¡±Kami memperingatkan Anda untuk menyerah kepada kami. Kalau tidak, kami akan menghantam Anda dari arah yang tak Anda duga,¡± ujarnya di depan sekelompok pria bersenjata.
Mayoritas rakyat Pakistan, khususnya kelompok militan, sejak dulu geram kepada Musharraf. Dia dianggap antek Amerika Serikat karena menjalankan agenda ¡©George W. Bush memerangi kelompok militan setelah tragedi 11 September 2001. Akibatnya, Musharraf menjadi target utama pembunuhan Taliban. Dalam tiga kali percobaan pembunuhan, dia lolos dari maut.
Musharraf akan meramaikan persaingan dalam pemilu parlemen, meski diperkirakan partainya sulit menang. Sejauh ini Partai Rakyat Pakistan (PPP), yang berkuasa, dan partai oposisi Liga Muslim Pakistan (PML) merupakan dua partai besar yang mendominasi parlemen.
Menurut penulis senior Seema Mustafa, figur calon akan sangat menentukan dalam pemilu kali ini. Setidaknya ada lima tokoh yang akan berebut simpati rakyat, yakni Presiden Asif Ali Zardari dari PPP, bekas perdana menteri Nawaz Sharif dari PML, Imran Khan dari Partai Keadilan (PTI), ulama Muhammad Tahir-ul Qadri, dan Musharraf.
Namun persaingan sengit diperkirakan terjadi antara Sharif dan Khan. Dalam jajak pendapat yang dilakukan lembaga yang berbasis di Washington, International Republican Institute, pada Januari lalu, PPP hanya menempati urutan ketiga—dipilih oleh hanya 14 persen pemilih. PML memimpin dengan 32 persen, diikuti PTI dengan 18 persen.
Meski telah memimpin Pakistan selama lima tahun, Zardari tak populer di mata rakyat, yang lebih mengenal mendiang istrinya, Benazir Bhutto. Dia menjadi presiden pada 2008 di tengah gelombang simpati dan harapan akan kehidupan yang lebih baik setelah Pakistan lepas dari rezim militer. Dalam kampanye, Benazir Bhutto tewas oleh serangan bom bunuh diri. Zardari menggantikan istrinya memimpin PPP.
Namun, dalam lima tahun kekuasaannya, kondisi perekonomian Pakistan stagnan. Produk domestik bruto hanya tumbuh 3,67 persen pada tahun fiskal 2011-2012—kalah dari Bangladesh, yang mencatat pertumbuhan 6,3 persen di periode yang sama. Situasi keamanan juga makin runyam. Terorisme tumbuh bak monster, menguasai wilayah perbatasan dengan Afganistan.
Di tengah kekacauan ekonomi dan badai politik itulah muncul Khan. Bekas kapten tim kriket Pakistan itu sangat populer di kalangan anak muda. Kampanyenya selalu dibanjiri puluhan ribuan orang. Akhir Maret lalu, puluhan ribu orang yang mengenakan kaus bertulisan "Imran Khan dan Revolusi" menghadiri kampanyenya di monumen kemerdekaan di Lahore. Tampil sebagai tokoh antikorupsi, Khan menjadi ancaman bagi kandidat PPP dan PML.
Khan, yang lahir di Lahore, 60 tahun silam, meraih popularitas setelah membawa tim kriket Pakistan menjuarai Piala Dunia 1992. Dia juga populer di kalangan rakyat miskin karena mendirikan rumah sakit kanker dengan layanan kelas dunia, Shaukat Khanum Memorial, di Lahore, Islamabad, Karachi, dan Peshawar. Rakyat miskin bisa berobat gratis di rumah sakit ini. "Saya akan menegakkan supremasi hukum. Saya tidak akan memiliki properti dan rekening bank di luar negeri," Khan berjanji di depan pendukungnya.
Adapun Nawaz Sharif, yang menjadi perdana menteri selama dua periode pada 1990-1993 dan 1997-1999 sebelum digulingkan Musharraf, diperkirakan mendapat dukungan dari kelompok probisnis dan kalangan konservatif. Konglomerat baja ini memiliki pengaruh kuat di Provinsi Punjab.
Sedangkan Musharraf diperkirakan tidak mendapat banyak suara karena militer tak lagi mendukungnya. Sejak jauh hari, panglima militer Pakistan, Jenderal Pervez Kayani, telah memerintahkan anggotanya hanya bertugas menjaga pemilu agar berlangsung bebas dan adil.
Partai politik akan memperebutkan 272 kursi dari 342 Majelis Nasional (majelis rendah). Sisanya merupakan jatah bagi kelompok agama minoritas dan kaum perempuan. Pemilu juga akan memilih 728 legislator di empat provinsi, yakni Punjab, Sindh, Khyber Pakhtunkhwa, dan Balukistan.
Sesuai dengan undang-undang, para legislator akan memilih perdana menteri dan empat menteri kepala di empat provinsi. Pemilu kali ini akan diikuti 85 juta orang, 47 persen di antaranya berumur 18-35 tahun. Dengan tak satu pun partai diperkirakan meraih suara mayoritas, PTI, yang didirikan pada 1996, akan menjadi kuda hitam dan Khan diperkirakan menjadi penentu koalisi.
Sapto Yunus (Reuters, AP, DNA, Al-Jazeera)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo