Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mula-mula iring-iringan tank, kemudian mobil lapis baja dan helikopter penuh tentara. Semua bergerak ke satu titik: kawasan Abasan. Para serdadu berbintang Daud itu meloncat keluar, cepat mengambil posisi di atap rumah dengan senjata siap menyalak.
Ketika perhatian dunia tertuju ke Libanon, pasukan Israel menusuk jauh ke Jalur Gaza, Kamis pagi. Nyaris tanpa suara, tanpa liputan media. Pertempuran langsung pecah manakala kelompok militan Palestina ”menyambut” dengan tembakan. Hari itu, mi-liter -Israel menangkap seorang pemim-pin Hamas, seorang dosen universitas Islam di Kota Gaza: Younis Abu Daka.
Israel terus menyerang di Jalur Gaza sejak 28 Juni, tiga hari setelah kelompok militan Palestina menerobos ke Israel lewat terowongan, menyerang pos mi-liter, dan menangkap Kopral Gilad Shalit. Israel ngotot akan terus meng-gelar se-rangan hingga Shalit dibebaskan dan kelompok militan menghentikan serangan roket ke Israel. Israel kini menjadikan anggota parlemen dan kabinet Palestina dari Faksi Hamas sebagai sasaran penculikan.
Dua hari sebelumnya, di dekat penyeberangan kargo yang dikontrol penjaga keamanan Palestina, mereka melakukan pemeriksaan dari rumah ke rumah. Kali itu, Israel menahan tiga warga Pa-lestina. Memang, cerita di Jalur Gaza cerita tentang kesewenang-wenangan si kuat terhadap si lemah. Seperti hari sebelumnya, tiada yang sanggup menahan rudal yang ditembakkan dari pesawat F-16 menghantam sebuah rumah di Jabalya, satu distrik di Kota Gaza, di utara Jalur Gaza.
Dua bulan lebih, pasukan Israel memburu anggota Hamas, juga Jihad Islam—kapan saja, di mana saja. Mereka me-nembakkan senapan mesinnya ke tanah pertanian Khan Younis. Banyak pohon zaitun yang lantas dirobohkan buldo-ser militer Israel. ”Saya sedang menanti panen bulan depan untuk membayar -bia-ya perkawinan cucu saya, tapi harapan saya hancur sudah,” kata Ahmed Helles, 65 tahun.
Di Tepi Barat, Israel juga me-nyerbu sebuah rumah dan menahan penghuni-nya. Pasukan Israel mengepung rumah Mahmud al-Rahami, sekjen Dewan Le-gislatif Palestina, dan menahannya di tengah hari. Al-Rahami, seorang anggota senior Hamas, adalah dokter yang menduduki posisi tertinggi keempat dalam parlemen Palestina.
Seorang juru bicara militer Israel meng-akui pasukan Israel dan badan keamanan dalam negeri Shin Bet mena-han anggota parlemen di Ramallah. Israel telah menangkap 60 anggota parlemen dan kabinet Palestina yang dipimpin Hamas. Ketua parlemen Palestina dari aksi Hamas, Aziz Dweik, 58 tahun, diadili di pengadilan militer Israel Selasa pekan lalu.
Dweik diseret ke pengadilan setelah 17 hari sejak penangkapannya di Tepi Barat. Ia muncul di pengadilan militer di Ofer, wilayah pendudukan di dekat Ramallah, Tepi Barat, Selasa pekan lalu. ”Ia didakwa karena menjadi ketua parlemen Palestina sebagai wakil satu organisasi teroris dan ’berperan dalam aktivitas atas nama organisasi teroris’,” ujar Usamah al-Saadi, salah satu peng-acaranya. Dweik diculik di rumahnya di Ramallah pada 5 Agustus. Menurut Mushir Masri, anggota parlemen Ha-mas di Gaza, penahanan itu pemerasan -murahan yang bertentangan dengan -hukum internasional.
Sebaliknya, juru bicara Departe-men- Luar Negeri Israel, Mark Regev, ber-kilah jika pemimpin Palestina bertindak se-bagaimana pemimpin seharusnya, se-perti negarawan, mereka layak mem-peroleh kekebalan dari penangkapan. ”Tapi mereka tak bisa berlaku seper-ti teroris, menjadi otak serangan bu-nuh diri atau penculikan,” ujar -Regev.
Tapi pada Sabtu dini hari pasukan Israel menangkap Na-ssereddin al-Shaer, wakil perdana menteri. Padahal ia seorang pragmatis dan juga menjabat Menteri Pendidikan yang jauh dari gambaran Regev. Shaer seorang doktor ilmu perbandingan agama dari Universitas Manchester, Inggris. -Ia pejabat Hamas paling senior yang ditahan Israel.
Shaer ditangkap di apartemen persembunyiannya selama beberapa pekan belakang-an bersama istri dan enam anaknya di Ramallah, Tepi Barat. Dia hanya beberapa kali datang ke kantornya lewat jalan alternatif untuk menghindari penangkapan. Tapi Shin Bet punya banyak mata-mata di Tepi Barat dan Jalur Gaza untuk menangkap Shaer.
Penangkapan Shaer berpe-ngaruh buruk dalam upaya membuka kembali sekolah bagi 1,2 juta anak Pa-lestina dan 150 ribu mahasiswa. Repotnya, guru saat ini belum dibayar gajinya. Padahal, menurut Basri Saleh, pejabat Kementerian Pendidikan, hanya Shaer yang bisa berbicara dengan guru, Pre-siden Mahmud Abbas, dan masyarakat internasional untuk memperoleh dana agar kegiatan pendidikan bisa dimulai lagi. ”Sasaran mereka (Israel) adalah orang yang mencoba menjaga pendi-dikan tetap berlangsung di Palestina. Apa untungnya?” kata Saleh.
Militer Israel secara rutin melakukan serangan tengah malam ke Gaza dalam operasi terakhir ini. Sejak itu, sekitar 200 orang Palestina tewas. Pejabat Pa-lestina khawatir, setelah Israel meng-hentikan operasi militer di Libanon, Israel kembali mengalihkan perhatian ke Gaza.
Saeb Erekat, anggota parlemen Fa-ksi Fatah, waswas penangkapan itu akan merusak upaya Ketua Fatah Mahmud Abbas berkoalisi dengan Hamas. A-bbas berharap bisa membentuk pemerintah persatuan dengan Hamas untuk memaksa Hamas memoderatkan pan-dang-annya dan membuka jalan kembali -pem-bicaraan damai dengan Israel.
Perdana Menteri Ismail Haniyeh mengimbau masyarakat internasio-nal ter-masuk PBB menjamin pembebas-an Wa-kil Perdana Menteri Nasser Shaer dan anggota kabinet dan parlemen Pa-lesti-na lainnya. ”Kami percaya pencu-likan ini mencoba mengetatkan ke-kangan ter-hadap pemerintah kami,” ujar -Ha-niyeh.
Gelombang penangkapan anggota parlemen Palestina juga diprotes Ketua Parlemen Yordania, Abdel Hadi al-Majali, Ketua Parlemen Suriah, Mohammed al-Abrash, dan pihak dari Kementerian Luar Negeri Afrika Selatan. ”Penangkapan Ketua Parlemen Pales-tina, Aziz Dweik, bersama anggota kabinet Pa-lestina adalah pelanggaran hukum internasional yang mencolok,” kata Al-Abrash.
Penangkapan pejabat Hamas itu terjadi saat Presiden Mahmud Abbas ber-upaya membentuk pemerintahan koalisi dengan Hamas dalam satu pemerintah persatuan. Jika berhasil, Abbas berharap Hamas bisa dipaksa melunakkan pandangannya agar perundingan damai dengan Israel bisa dibuka kembali. ”Penangkapan itu akan merusak upaya Mahmud Abbas membentuk koalisi de-ngan Hamas,” ujar Saeb Erekat, anggota parlemen dari Faksi Fatah.
Tapi Kepala Badan Keamanan Dalam Negeri Israel Shin Bet, Yuval Diskin, justru memperingatkan Presiden Abbas bahwa gerakan Fatah bisa tersingkir dari Jalur Gaza. Menurut Diskin, posisi Fatah tak pernah seburuk ini. ”Jika tak terjadi hal yang positif segera, per-u-bahan hanya dalam hitungan bulan akan menyingkirkan Fatah dari Jalur Gaza,” katanya.
Fatah disingkirkan gerak-an Hamas dalam pemilu Ja-nuari lalu. Hamas memperoleh popula-ritas yang luas karena prog-ram sosialnya dan per-juang-annya -menentang Is-rael. ”Jika kami -ti-dak menekan pe-ngaruh Hamas dan Iran di Jalur Gaza, kami akan meng-hadapi an-caman stra-tegis da-lam tiga hingga lima tahun dan satu reali-tas Libanon di Jalur Gaza,” kata Diskin.
Israel menggelar serangan mi-liter ke Jalur Gaza dengan target Hamas dan infrastruktur pemerintahan Palestina. -De-ngan semua anggota parle-men dan anggota kabinet Ha-mas memenuhi penjara Is-rael de-ngan hanya menyisakan Ismail Haniyeh, pemerintah Ha-mas akan bangkrut. ”Israel -ingin menimbulkan kekacauan da-lam pemerintahan Palestina ka-rena dipimpin oleh Hamas,” ujar Khalida Jarrar, anggota par-lemen Hamas.
Raihul Fadjri (AFP, Washington Post, BBC, Al-Jazeera, ABC News)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo