Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Perdamaian haji malang

Pertemuan antara pihak pemerintah Afghanistan dan pejuang Mujahidin yang diselenggarakan sebagai upaya "perdamaian nasional", berubah jadi pertumpahan darah. Kedua pihak baku tembak. 130 orang tewas.

14 April 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KETIKA gubernur itu merangkul seorang komandan gerilyawan Mujahidin, ketika itulah serentetan tembakan meledak. Sejumlah orang bersenjata berdiri di belakang konandan Mujahidin tadi, menembak roboh Fazle Haq Khaliqyar, gubernur Provinsi Herat di Afghanistan barat. Pertemuan antara pihak pemerintah Kabul dan pejuang muslim Afghanistan yang diselenggarakan sebagai upaya "perdamaian nasional" itu ternyata, malah menjadi ajang tumpahnya darah. Lebih dari 10 ribu orang, ketika itu, berkumpul di lembah sekitar 45 km sebelah timur Herat, sekitar 650 km dari Kabul. Sebagian mereka adalah kalangan militer dan Pemerintah Afghanistan. Sebagian lain, orang-orang Mujahidin yang selama ini terus gencar melawan pemerintah. Mereka bertemu untuk mengadakan rekonsiliasi. Sebuah acara yang dirancang sebagai bagian sikap politik Presiden Najibullah yang getol membujuk para pemberontak untuk meletakkan senjata, untuk mengakhiri perang saudara yang berkepanjangan. Hadir pula para wartawan asing, juga sejumlah diplomat negara-negara blok Timur yang terbang dari Kabul, yang berniat menyaksikan peristiwa penting ini. Tapi bukan perdamaian yang mereka saksikan, melainkan pembantaian. Pistol-pistol, senjata panjang, bahkan senapan mesin dari dua pihak menyalak tanpa henti. Pertempuran, menurut para saksi mata, berlangsung selama 15 menit. Seorang pejabat Departemen Luar Negeri yang hadir di lokasi mengatakan, peristiwa itu menewaskan Letnan Jenderal Jalal Razmanda, Wakil Menteri Keamanan. Mayor Jenderal Yagub Khan juga menyusul tewas, sewaktu ia diterbangkan ke Kabul dalam keadaan luka berat. Sedang Fazle Haq Kaliqyar, hingga Senin awal pekan ini, diberitakan dalam keadaan kritis. Kantor berita Afghanistan Bakhtar menyatakan bahwa dua komandan Mujahidin tewas. Dua komandan ini tak disebutkan namanya. Adakah di antara dua komandan yang tewas itu bernama Haji Malang, komandan yang memimpin pasukan Mujahidin yang turun gunung guna sebuah "perdamaian nasional", tak jelas. Turunnya Haji Malang konon karena komandan ini berselisih dengan komandan-komandan Mujahidin yang lain. Kini, menurut Abdul Wahid Mukhlis, seorang komandan Mujahidin yang membuka pertemuan pers di Islamabad, Pakistan, awal pekan ini, Haji Malang berusaha kembali berdamai dengan para komandan Mujahidin yang lain. Menurut Mukhlis pula, diubahnya pertemuan damai nenjadi ajang baku tembak disebabkan pihak Mujahidin mendapat informasi bahwa Presiden Najibullah berada di antara 10.000 yang hadir. Tak ada penjelasan lebih lanjut mengapa Najibullah batal hadir. Dalam percaturan politik di Afghanistan kini, Najibulah lagi terpojok. Tawarannya kepada pihak Mujahidin untuk membentuk pemerintahan koalisi tak ditanggapi. Upaya "perdamaian nasional"-nya juga belum terwujud. Malah bulan lalu Menteri Pertahanan Mayor Jenderal Shahnawaz Tanai, 39 tahun, memimpin percobaan kudeta. Usaha itu gagal, tapi sang menhan lolos, dan kini dikabarkan bergabung dengan para pejuang muslim. Menurut sejumlah pengamat Afghanistan, kudeta gagal itu membuktikan betapa rapuh sebenarnya pemerintahan Najibullah kini. Buktinya, usaha kudeta itu mendapat dukungan luas -- angkatan bersenjata Afghanistan tampaknya retak di dalam. Najibullah lebih terpojok setelah Pemerintah Uni Soviet mengeluarkan pernyataan yang nadanya mendukung pihak yang berupaya mengkudeta Najibullah. Uni Soviet mendukung pergantian kekuasaan di Afghanistan, dengan harapan, hal itu bisa menjadi jalan damai. Sejauh ini belum ada angka pasti jumlah korban. Para saksi mata memperkirakan sekitar 20 orang tewas. Lebih dari 50 orang luka-luka. Tak seorang asing pun menjadi korban walaupun mereka berada di tengah kancah, dan cuma beberapa meter dari tempat awal meletusnya peristiwa. Menurut keterangan pers Mukhlis di Islamabad, korban tewas seluruhnya 130 orang. Dalam konperensi pers ini pun menteri penerangan pemerintah sementara Mujahidin, Najibullah Lafraie, menyatakan, sebenarnya program "perdamaian nasional" pemerintah Kabul cuma omong kosong. Memang mengherankan, rezim Kabul masih bertahan hingga kini, setelah tentara Soviet ditarik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus