Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - ISIS menepati janjinya untuk menyerang Rusia setelah terusir dari Suriah dengan mengeluarkan pernyataan bertanggung jawab atas ledakan bom di supermarket di kota St. Petersburg pada Rabu, 27 Desember 2017. Sebanyak 14 orang terluka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Serangan yang menarget pusat perbelanjaan di St. Petersburg pada hari Rabu dilakukan oleh jaringan ISIS," ujar teroris ini melalui media propagandanya Amaq yang dikutip Al Arabiya, 30 Desember 2017.
Baca: ISIS Punya 10 Ribu Militan di Afganistan Pindahan Suriah dan Irak
Bom rakitan ditaruh di laci supermarket Saint Petersburg, kota terbesar kedua di Rusia dan di kota ini Putin tinggal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beberapa saat kemudian, Presiden Vladimir Putin menuding ledakan bom itu dilakukan teroris.
Ledakan bom yang membuat panik para pengunjung supermarket terjadi setelah aparat keamanan Rusia, FSB awal Desember ini mengklaim telah mencegah serangan teror di Katederal Ortodoks di Saint Petersburg atas bantuan badan intelijen Amerika Serikat, CIA. Putin kemudian mengucapkan terimakasih kepada Presiden Donald Trump dan CIA.
Baca: CIA Gagalkan Teror ISIS, Putin Telepon Trump: Terima kasih
Kepala FSB, Alexander Bortnikov mengatakan Rusia tetap berjaga menghadapi kemungkinan para milisi dari Suriah kembali menjelasng Piala Dunia dan pemilihan presiden pada Maret 2017.
Bortnikov pada awal Desember lalu menjelaskan, sedikitnya 4.500 warga Rusia meninggalkan negaranya untuk bertempur bersama para teroris ISIS di Timur Tengah, Afrika Utara, dan kawasan lainnya. Selain itu, selama 20 tahun Rusia bertempur dengan separatis Chechnya dari Caucasus Utara yang kerap menarget Rusia lewat sejumlah bom bunuh diri dan serangan lainnya/