SUBUH masih jauh. Dalam kegelapan malam, ratusan pemeluk Hindu berderap menuju Ahmadabad, Gujarat, Kamis dini hari pekan lalu. Dengan jerigen di tangan, mereka menghujani kampung orang-orang Islam itu dengan minyak tanah. Lalu, blub! Seperti lakon Anoman Obong dalam cerita Ramayana, api tiba-tiba meraja. Kumparan panas tersebut melahap setiap senti kampung miskin itu, menghanguskan apa saja yang ada di dalamnya: tumbuhan, ternak, manusia, termasuk delapan kanak-kanak….
Siangnya, api juga memanggang Pandarvada, sebuah kampung tak jauh dari Ahmadabad. Sejumlah pemuda Hindu dengan senjata batangan besi, pisau, dan minyak tanah menyatroni kampung yang dihuni sekitar 50 keluarga muslim itu. Mereka memaksa penduduk kembali memasuki rumah, menguncinya, lalu membakarnya hidup-hidup.
Sejak itu kerusuhan segera menyengat hampir ke seluruh pelosok Gujarat. Pabrik-pabrik dibakar, toko-toko dan hotel dijarah. Mobil-mobil dirazia, penumpangnya dihabisi. Sejak meletup Rabu hingga Sabtu pekan lalu, sekitar 350 orang dikabarkan tewas. Ribuan orang ditangkap, tapi kerusuhan tak menujukkan tanda-tanda mereda. Ini menjadi bentrokan terburuk di India sejak kerusuhan Bombay sembilan tahun lalu, yang menewaskan 800 orang. Perdana Menteri Atal Behari Vajpayee terpaksa membatalkan kunjungannya ke Australia.
Kerusuhan Gujarat diawali Rabu pekan lalu ketika serombongan penduduk muslim men-cegat dan membakar kereta api di Godhra (160 kilometer timur Ahmadabad). Kereta ini membawa pemeluk Hindu pulang dari Ayodhya untuk mendukung pembangunan kuil yang rencananya akan dimulai 15 Maret ini.
Pembangunan kuil Hindu ini menyulut kemarahan orang-orang Islam karena di sana jugalah terletak masjid yang dibangun para penyiar agama Islam di abad ke-16. Masjid tua itu dirobohkan kaum militan Hindu dalam kerusuhan berdarah sepuluh tahun lalu. Tak pelak lagi, Ayodhya telah menjadi simbol pertikaian minoritas muslim dengan mayoritas Hindu di India.
Ayodhya bukanlah Yerusalem atau Mekah. Tak seperti orang-orang muslim dan Yahudi, pemeluk Hindu tak hanya memiliki satu tempat suci. India penuh dengan kota-kota, sungai, bahkan pohon-pohon yang disucikan. Namun, bagi umat Hindu, pembangunan Kuil Ayodhya tidak hanya akan menjadi tempat sembahyang, tapi juga simbol untuk menebus penghinaan umat muslim kepada pemeluk Hindu.
Lima abad lalu, tentara Turki yang menguasai India membangun masjid di Ayodhya, yang oleh umat Hindu dipercaya sebagai tempat kelahiran Rama, salah satu dari sepuluh titisan Wisnu. Karena itu, bagi orang Hindu, membangun candi di Ayodhya berarti mengembalikan identitas India sebelum kedatangan orang-orang Islam (lihat Pertempuran tanpa Akhir di Ayodhya).
Begitu kerusuhan meletup, Perdana Men-teri Vajpayee mendesak Dewan Hindu Dunia (Vishwa Hindu Parishad atau VHP) agar menunda pembangunan Candi Suci Ayodhya. VHP bersedia, tapi dengan syarat New Delhi harus memberi kepastian kapan candi itu boleh dibangun. Sambil menunggu keputusan pemerintah, VHP menyerukan mogok nasional.
Selain itu, VHP juga mengundang para pemeluk Hindu untuk berdoa demi pembangunan kuil di Ayodhya. Saat ini diperkirakan ada sekitar 20 ribu pemeluk Hindu yang sedang berkemah di sekitar Ayodhya. Mereka dijaga sekitar 10 ribu tentara untuk mencegah bentrokan dengan umat Islam. Hingga tenggat 15 Maret mendatang, VHP kabarnya akan memobilisasi sekitar 200 ribu umat Hindu untuk mengepung Ayodhya.
Bagi guru besar sejarah India modern, Mushirul Hasan, kerusuhan Gujarat ini akan menyebar ke seluruh wilayah India. "Kerusuhan ini berpotensi meledakkan persoalan yang lebih besar," katanya. Menurut Hasan, ke-rusuhan itu akan melemahkan posisi New Delhi dan menjadi titik balik bagi Bharatiya Janata Party (BJP), yang kini memimpin 19 partai koalisi yang memerintah India.
Perdana Menteri Vajpayee, yang memimpin BJP, tampaknya dalam posisi serba sulit. Jika ia mengabulkan permintaan VHP, salah satu pendukung setianya selama ini, ia akan melanggar konstitusi. Sampai saat ini, status Ayodhya belum diputuskan oleh pengadilan. Tapi, jika tidak, Vajpayee akan kehilangan dukungan. Dalam pemilu di empat negara bagian, Februari lalu, BJP banyak kehilangan suara.
Tampaknya, Vajpayee tak punya banyak waktu untuk mengambil keputusan. Apalagi dengan api yang kini siap melahap seluruh India.
Raihul Fadjri (The Times of India, AP, The Economist)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini