Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Api yang Mulai Membakar India

Ayodhya kembali membakar kerusuhan Hindu-muslim di India. Posisi Perdana Menteri Vajpayee terancam.

3 Maret 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI Ayodhya, mereka berdoa. Sembari meluncurkan doa agar pembangunan kuil Rama itu bisa terwujud, sekitar 10 ribu anggota para komando dikerahkan Perdana Menteri Atal Bihari Vajpayee untuk menyelimuti Ayodhya. Mereka mengawasi sekitar 20 ribu aktivis Hindu militan yang, atas koordinasi Dewan Hindu Dunia (Vishwa Hindu Parishad—VHD), tengah berdoa itu. Organisasi inilah yang sepekan silam menyerukan agar warga Hindu melakukan mogok nasional. Hasilnya, aksi kekerasan warga Hindu terhadap umat Islam menyebar ke mana-mana. Dewan Hindu Dunia bukan organisasi sembarangan. Peristiwa berdarah di Masjid Ram Janmabhoomi Babri di Ayodhya beberapa tahun silam, yang menewaskan ribuan warga Islam dan Hindu, dimulai dari organisasi ini. Pada 1984, organisasi tersebut mengembuskan kembali kepercayaan bahwa masjid tua berumur empat abad itu sesungguhnya merupakan lokasi rumah Rama. Mereka yakin di situlah titisan Dewa Wisnu itu dilahirkan. Kepada umat Hindu, Dewan Hindu Dunia mengampanyekan bahwa pada abad ke-16 Maharaja Babur dari Turki menghancurkan kuil Hindu tersebut untuk kemudian mem-bangun masjid yang luas itu. Kisah ini membangkitkan emosi warga Hindu radikal. Ingatan mereka melayang bahwa pada 1850-an, sekitar 200 tahun setelah Masjid Babri berdiri, umat Hindu berhasil merebut masjid itu. Tapi kemudian, tahun 1855, masjid itu dapat dikuasai lagi oleh umat Islam. Mereka juga ingat, pada 1936, masyarakat Hindu pernah minta agar Masjid Babri diposisikan sebagai monumen bersejarah dan bukan tempat salat, tapi umat Islam menolaknya. Pada 1949, seorang penganut fanatik Hindu pada malam hari berhasil meletakkan patung Rama di dalam masjid. Peristiwa ini membuat umat Islam heboh. Akibatnya, sejak tahun itu, pemerintah India menyegel masjid tersebut—dan masjid itu tidak lagi dipakai sebagai tempat salat. Pada 1989, Dewan Hindu Dunia nekat membuka dompet pengumpulan dana untuk membangun kuil kembali. Progam itu rupanya diam-diam disokong oleh Perdana Menteri Rajiv Gandhi. Pada Februari 1989, aktivis Dewan Hindu Dunia meletakkan batu pertama untuk pembangunan kuil itu. Umat Hindu membentuk rantai panjang manusia di lokasi masjid sembari membentuk estafet penyampaian batu bata dan bahan-bahan bangunan lainnya dari satu tangan ke tangan lain. Sontak ratusan umat Islam berdatangan mencoba mencegah pem-bangunan itu. "Pertempuran" tak terhindarkan, yang menyebabkan tewasnya 144 orang. Setelah Rajiv Gandhi tewas—akibat sebuah bom bunuh diri—pemerintah baru India segera menyatakan area masjid itu status quo. Tapi konflik Hindu-Islam berjalan terus. Sampai tahun 1991, secara akumulatif, terhitung 3.000 orang tewas secara sporadis. Setahun kemudian, Partai Bharatiya Janata, partai Hindu oposisi terbesar di India (yang menguasai 119 dari 465 kursi di parlemen), mempersoalkan status masjid itu. Secara terbuka, mereka menyokong gagasan Dewan Hindu Dunia. Dalam sidang parlemen India, partai itu mengemukakan usulan yang menurut mereka win-win solution, yakni membangun kuil Rama tanpa menyentuh masjid itu seusapan pun. Sebuah jajak pendapat yang dilakukan majalah Indian Today saat itu menunjukkan 53 persen responden setuju kuil harus dibangun tanpa mesti merusak masjid. Tapi mayoritas anggota parlemen masih setuju pada status quo. Usulan itu kalah. Akibatnya, 119 anggota partai itu melakukan walkout. Mereka mengeluarkan mosi tidak percaya pada parlemen. Maka 200 ribu umat Hindu fanatik kembali mengepung Masjid Babri. Anggota Partai Bharatiya Janata dan Dewan Hindu Dunia tak kuasa menahan bola panas yang mereka gulirkan. Massa membabi-buta melempari orang yang berada di masjid dan kemudian tak tertahankan bergerak merobohkan masjid. Akibat jumlah massa yang sedemikian besar, yang tak sebanding dengan umat Islam di situ, masjid pun luluh-lantak, rata dengan tanah. Sekitar 850 orang meninggal akibat peristiwa itu. Dengan cepat ketegangan merambat ke berbagai kota di India. Di Bombay, terjadi bentrokan antara pemeluk Islam dan Hindu yang mengakibatkan 500 orang tewas. Perdana Menteri Narasimha Rao sigap dan langsung membubarkan pemerintahan Negara Bagian Uttar Pradesh, yang menguasai Ayo-dhya, dan mengalihkan pengawasan langsung negara bagian itu ke New Delhi. Dia juga menangkap Lal Krishan Adavani dan Murli Manohar Joshi, para pemimpin utama Partai Bharatiya Janata. "Perdana Menteri Rao percaya kepada kami, tapi kami tak mampu menjaga kepercayaan itu," kata Atal Bihari Vajpayee, tokoh moderat Bharatiya Janata, yang menyesalkan perobohan Masjid Babri saat itu. Kini tokoh moderat itu menjadi perdana menteri. Dan kini 20 ribu umat Hindu militan meluncurkan doa agar pembangunan kuil Rama terwujud kembali. Akankah dia mampu meredam konflik rasial di Gujarat yang mulai merembet ke mana-mana dan hawanya sampai ke Ayodhya ini? Seno Joko Suyono (dari berbagai sumber)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus