Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BISA saja rencana undang-undang untuk memberi gigi lebih tajam kepada Presiden Amerika ditolak. Ada contoh bahwa tak semua hal dengan dalih perang melawan terorisme harus disetujui. Lambaian tangan Menteri Pertahanan Donald H. Rumsfeld kepada para wartawan, Selasa pekan lalu, menandai dibatalkannya pembentukan kantor propaganda Pentagon. Rumsfeld baru saja selesai memberikan keterangan pers, didampingi Kepala Staf Gabungan Jenderal Richard B. Myers, di sebuah ruangan yag antara lain didekorasi gambar peta dunia bertuliskan "Worldwide Support in the War against Terorism"—dunia mendukung perang melawan terorisme.
Kantor yang dibatalkan itu sedianya diberi nama Office of Strategic Influence (OSI). Kira-kira tujuan OSI adalah menggunakan segala cara untuk memenangi perang melawan terorisme ini, termasuk melakukan penyebaran informasi yang sesat kepada pers. Keruan saja segera muncul berbagai komentar dan kritik di media massa AS dalam bentuk tulisan ataupun gambar. Kata Rumsfeld, kritik dan komentar itu menyebabkan, kalaupun OSI jadi didirikan, lembaga ini bakal tak efektif.
Gagasan OSI bertolak dari sukses Rendon Group menyebarluaskan propaganda di masa Perang Teluk (kedua), di awal 1990-an. Rendon-lah, menurut Pentagon, yang menyebabkan hampir seluruh dunia bersimpati pada Kerajaan Kuwait dan membenci Saddam Hussein, yang menyerbu dan menduduki kerajaan tersebut. Dan karena itu, boleh dibilang tak ada yang menentang ketika Amerika menggalang kekuatan militer untuk mengusir Irak dari Kuwait. Lembaga konsultan ini dikemudikan oleh John W. Rendon, bekas manajer kampanye Presiden Jimmy Carter, dan seorang mantan brigadir jenderal AS.
Kini, pemerintahan George Bush memerlukan dukungan seluas mungkin guna memenangi perang melawan terorisme. Perang melawan terorisme itu sendiri tak ditentang oleh siapa pun. Tapi, pendirian sebuah kantor yang direncanakan untuk melakukan apa saja, termasuk menyebarluaskan disinformasi, melakukan perang urat saraf, mengintervensi kegiatan masyarakat sipil, segera dikritik keras oleh media-media besar baik di AS maupun di Eropa—The New York Times, The Guardian, International Herald Tribune, antara lain. Menurut The New York Times, bahkan sebenarnya di Pentagon sendiri gagasan itu tak didukung bulat. Sejumlah petinggi Pentagon menentang kantor kecil berbujet raksasa itu. Di koran International Herald Tribune, seorang bernama Flora Lewis yakin, kebohongan yang disebarluaskan kantor itu nantinya akan berbalik menghantam Amerika sendiri.
Yang mendukung gagasan itu mengutip ahli politik klasik Amerika, Harold Laswell. Pada tahun 1933, Laswell, bapak ilmu propaganda, menulis bahwa pengelolaan masalah sosial dan politik yang baik sering kali bergantung pada koordinasi yang rapi antara penggunaan propaganda dan penggunaan paksaan, penggunaan jalan damai dan kekerasan, iming-iming ekonomi, negosiasi diplomatis, dan teknik-teknik lainnya.
Pihak yang menentang melakukan segala cara propaganda akhirnya menang. Kantor bernama OSI tak jadi dibentuk. Tapi, Rabu pekan lalu, AS mengumumkan akan membantu pembiayaan sebuah stasiun radio yang didirikan di Irak untuk menggulingkan Saddam Husein. Karena itu, ada yang mengartikan lambaian Menteri Pertahanan AS itu bukan benar-benar ucapan selamat tinggal OSI. Bila soalnya adalah propaganda dan ada bau-bau kegiatan intelijen, bisa saja sosok konkretnya tak ada tapi kegiatannya jalan terus.
Ign. Haryanto (sumber: N.Y. Times, I.H.T., The Guardian)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo