KEMENANGAN si Burung Hantu sebagai Ketua LDP, Ahad pekan depan, sudah terjamin (lihat: Di Balik Politik Sakura). Burung malam itu tak lain adalah Kiichi Miyazawa, yang berdahi lebar, dengan bola mata bulat. Miyazawa, 72 tahun, memang suka keluyuran di malam hari. Tapi bukan di pohon-pohon, melainkan di sejumlah Ryotei, restoran Jepang yang mewah dan mahal. Di situlah rupanya ia bertemu dengan para tokoh bisnis dan politik. Putra sulung bekas anggota majelis rendah ini datang dari keluarga yang akrab dengan politik dan pemerintahan. Kakeknya pernah menjadi Menteri Kehakiman, adik-adiknya menjadi anggota Majelis Tinggi Jepang, dan seorang jadi duta besar di Jerman Barat. Lulusan Fakultas Hukum Jurusan Politik Universitas Tokyo, perguruan tinggi yang banyak menghasilkan politikus dan birokrat Jepang, pernah jadi kader Perdana Menteri Hayato Ikeda. Nama perdana menteri ini tak mudah dilupakan. Dialah yang menjadikan Jepang sebagai negara paling makmur di Asia. Tampaknya, pilihan sang dalang kini memang punya bobot. Miyazawa, yang bahasa Inggris-nya sangat Amerika -sampai-sampai ada yang menyebut bahwa logat bahasa Inggris-nya lebih luwes ketimbang bekas Menlu AS Henry Kissinger -- dikenal dekat dengan kalangan politik di Washington. Hubungannya yang akrab itu bermula ketika ia mendampingi Perdana Menteri Jepang Shigeru Yoshida menandatangani perjanjian damai dengan sekutu di San Francisco pada 1951. Bahkan menantu lelaki Miyazawa orang Amerika, yang kini menjadi asisten khusus Menteri Luar Negeri AS untuk wilayah Asia Timur dan Pasifik. Calon perdana menteri Jepang ini masih punya hubungan darah dengan bekas Perdana Menteri Zenko Suzuki. Tapi, di samping semua hal yang menggembirakan, Miyazawa sebenarnya juga punya sisi kelabu. Ia dituduh terlibat Skandal Recruit pada 1989, dan terpaksa mundur dari jabatannya sebagai Menteri Keuangan kala itu. Waktu itu dikabarkan, dalam sebulan saja, Miyazawa berhasil mengeruk keuntungan sebesar 20 juta yen, dalam transaksi kotor yang dilakukan atas namanya sendiri. Keterangannya yang plintat-plintut menyebabkan ia dijuluki Si Mata Kucing. Di samping itu, Miyazawa juga terbukti pernah menerima sumbangan dana politik dari perusabaan Recruit sebesar 100 juta yen. Waktu itu, Departemen Dalam Negeri Jepang mengumumkan dana politik yang diperoleh Miyazawa mencapai 166 juta yen (hampir Rp 11 milyar). Walaupun demikian, Kiichi Miyazawa tak akan banyak menemui kesulitan untuk meraih separuh dari 496 suara anggota umum dan yang duduk di Parlemen, untuk terpilih menjadi ketua Partai Demokrasi Liberal. Dan otomatis, setelah itu, ia akan menjadi perdana menteri baru. Faksinya sendiri sudah tentu akan mendukungnya, juga faksi Takeshita (Kanemaru). Kecuali, undang-undang etika politik usulan Kaifu akhirnya disahkan. Maka, calon perdana menteri Jepang mesti bersih benar. Tapi ini, dalam waktu dekat, tampaknya mustahil. Mengapa Michio Watanabe dan Hiroshi Mitsuzuka, dua calon yang lain, masih tetap mencalonkan diri, meski kedua saingan dekatnya itu tahu tak akan menang? Hal ini erat kaitannya dengan susunan kabinet baru, yang akan dibentuk nanti. Kedua calon itu bersaing ketat agar memperoleh urutan kedua setelah Miyazawa, agar mendapat jatah kursi menteri dalam kabinet Miyazawa nanti. Selain itu, urutan kedua dalam pemilu merupakan batu loncatan untuk meraih urutan pertama dalam pemilu berikutnya, setelah masa jabatan Miyazawa habis. DP
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini