NAMANYA mencuat Desember tahun lalu, ketika demonstrasi mahasiswa menggejolak di beberapa kota. Profesor Fang Lizhi disebut-sebut sebagai tokoh di belakang gerakan mahasiswa, dan di samping Hu Yaobang -- yang terpental dari kursi Sekjen PKC -- dia juga tercatat sebagai korban. Fang Lizhi, 51, dipecat dari jabatannya sebagai Wakil Rektor Universitas Ilmu dan Teknologi di Hefei, bahkan dipecat dari keanggotaan PKC. Tapi dalam tempo enam bulan, ia diizinkan berkunjung ke Roma, dan diwawancarai oleh wartawan Der Spiegel. Berikut ini kutipan dari wawancara Tiziano Terzani yang dimuat majalah Far Eastern Economic Review, 22 Oktober 1987. Di kalangan mahasiswa Anda pahlawan. Pers dunia menyanjung Anda sebagai Sakharov Cina. Tapi Deng Xiaoping menyebut Anda "elemen buruk". Partai Komunis Cina menuduh Anda sebagai korban penyakit yang bernama "liberalisme borjuis". Sebetulnya Anda ini apa? Sedikit-sedikit dari semuanya. Pertama saya ini seorang ahli astrofisika. Ilmu-ilmu murni adalah agama saya. Einstein pernah mengatakan begitu kurang lebih. Dulu saya tak mengerti dia. Sekarang saya tahu: kami para ilmuwan punya kewajiban terhadap masyarakat. Kalau kami menemukan kebenaran dan masyarakat tak menerimanya, berarti kami tak berbobot. Itu terjadi atas diri Galileo. Dengan misi itu, saya melangkah turun ke masyarakat. Misi macam apa saja yang Anda miliki untuk Cina? Demokratisasi. Tanpa demokrasi takkan ada pembangunan. Tanpa penghormatan atas hak-hak individu tak ada demokrasi sejati. Di Cina, ABC-nya demokrasi saja tak dikenal. Demi kehadiran demokrasi kami harus mendidik diri sendiri. Kami harus sadar demokrasi bukan sesuatu yang dianugerahkan oleh para pemimpin kami. Demokrasi yang turun dari atas namanya bukan demokrasi, tapi tak lebih dari pengenduran kontrol. Akan ada perjuangan yang keras. Tapi tak bisa dielakkan. Pertama Anda telah menyerang kader-kader partai, kemudian pengurus partai cabang Beijing dan baru-baru ini politbiro. Apa sasaran Anda berikutnya? Marxisme. Anda bertindak kelewat jauh. Bahwa Marxisme tak ada faedahnya lagi merupakan fakta yang tak bisa dibantah. Sebagai ilmuwan saya bisa membuktikannya. Sebagian besar jawaban Marxisme yang berkenaan dengan ilmu-ilmu murni sudah kuno. Itu fakta. Apa yang dikatakan Marxisme tentang ilmu-ilmu murni berasal dari buku Engels yang berjudul Dialektika Alam. Hampir pada setiap halaman buku itu kita bisa menemukan sesuatu yang berlebih-lebihan atau sama sekali salah. Pada tahun 1979 Deng mengatakan, sesuai dengan UUD Cina, semua warga negara mesti dibimbing oleh empat prinsip: jalan sosialis, diktator demokrasi rakyat, pimpinan partai komunis, Marxisme-Leninisme dan Pikiran-pikiran Mao Zedong. Marxisme adalah masa lampau. Itu membantu kita untuk mengerti problem-problem abad lalu. Sekarang tidak lagi. Hal yang sama juga terjadi dalam fisika. Newton menciptakan teorinya 300 tahun lalu. Itu masih berguna, tapi ia tak menolong kita memecahkan persoalan sekarang, misalnya saja yang berhubungan dengan teknologi komputer. Marxisme dimiliki oleh suatu zaman peradaban tertentu yang sudah lewat. Itu bagaikan pakaian compang-camping yang mesti dibuang. Bagaimana mungkin reformasi yang fundamental bisa dilaksanakan dalam konteks struktur kekuasaan seperti sekarang di Cina ? Orang bisa saja mempertahankan bentuk, tapi mengubah isinya. Kaum Protestan melaksanakan Reformasi terhadap Gereja Katolik Roma. Tapi mereka masih tetap menggunakan Kitab Injil. Di Cina kita bisa berbuat yang sama. Di muka toko daging, kepala kambing masih tergantung, tapi di dalam yang dijual daging anjing. Anda bilang mungkin saya mengubah sistem komunis. Tapi sampai sekarang itu tak pernah berhasil. Itu memang sukar, tapi jika ada negeri yang punya peluang untuk itu, negeri itu adalah Cina. Apakah benar tak ada sukses Cina yang bisa dibanggakan? Apa yang Anda maksud dengan sukses? Tentu dalam pingpong dan bola voli kami telah sukses. Tapi, di bidang lain tak ada. Karena itulah tuntutan akan perubahan sangat dirasakan di segala tingkat masyarakat. Keyakinan akan partai di negeri kami sudah musnah, terutama di kalangan generasi muda. Tampaknya bagi Anda adalah merupakan suatu keharusan kalau golongan intelektual jadi pelopor masyarakat. Bukankah itu suatu gagasan Platonik yang menginginkan para filosof menjadi raja? Cendekiawan bukanlah raja. Tapi, mereka masih tetap kekuatan utama yang mendorong masyarakat maju. Mereka mesti bebas dan merdeka. Intelektual mesti memainkan peranan besar. Bagaimana dengan hak-hak asasi manusia di Cina? Bicara tentang itu berbahaya. Di Cina itu barang haram. Keadaan Cina jauh lebih buruk ketimbang di Soviet. Wei Jingsheng adalah kasus terkenal, tapi ada lagi ribuan kasus yang namanya pun tak diketahui. Di Soviet, paling tidak ada daftar. Di Cina tidak. Apakah demokrasi memang sangat perlu di suatu negara? Taiwan, Singapura, Korea Selatan dan Hong Kong maju tanpa adanya demokrasi tulen. Pertama, di wilayah-wilayah itu ada demokrasi yang jauh lebih besar daripada yang ada di Cina. Kedua, mereka ada di bawah lindungan Amerika. Cina lain. Apalagi di Cina sangat tak mudah memisahkan ekonomi dari demokrasi politik. Tapi, Deng punya pandangan lain. Ia mengatakan pada rakyat Cina, "Jadilah kaya. Jadi kaya mulia. Selebihnya, partailah yang mengatur." Di Cina partai tidak hanya mengelola politik. Ia mau mengatur semuanya termasuk cara hidup dan pikiran orang. Sekarang pabrik-pabrik dikelola oleh manajer. Tapi kader partai tetap yang paling berkuasa. Petani menikmati sistem pasar bebas, tapi kader mengatakan, "Kalian memerlukan stempel karet kami. Kalian masih harus membayar pada kami." Di situlah letaknya akar korupsi. Untuk menciptakan demokrasi ekonomi sejati, kita harus menghapuskan kontrol politik. Tapi, partai takut betul. Bagaimana dengan reformasi ekonomi Deng? Bukankah ia menginginkan demokrasi juga? Bukan. Reformasi Deng hanya untuk menstabilkan sistem dalam jangka pendek. Ia hanya ingin mengegos dari keruntuhan sistem. Partai ada di simpang jalan: kalau ia memperkenalkan reformasi, kekuasaan mesti dikurangi. Tapi, kalau ia tak memperkenalkan reformasi, kekuasaannya akan cepat hilang. Mungkinkah ia membatalkan reformasinya? Tak mungkin. Ekonomi bisa runtuh dan partai bisa terpecah. Pada tahun 1962 ketika jutaan orang mati kelaparan, karena kesalahan kebijaksanaan ekonomi, negeri tetap bersatu. Itu lantaran prestise. Sekarang tak ada yang memiliki kebesaran itu. Bukankah banyak reformasi Deng yang berhasil? Banyak orang, apalagi yang di luar negeri, percaya itu. Sukses banyak yang diperoleh di bidang pertanian. Tapi, di kota-kota dan di bidang industri reformasi boleh dibilang belum dimulai. Partai menuduh Anda dikotori gagasan-gagasan Barat dan menganjurkan westernisasi Cina secara menyeluruh. Kita harus membuka Cina dari segala jurusan. Dengan demikian, banyak hal positif yang masuk, dan kami takkan kehilangan identitas. Saya tak pernah mengatakan bahwa kita harus menolak tradisi Cina seluruhnya. Tapi, hubungan feodal masyarakat Cina sangatlah buruk dan mesti dibuang. Benar, moralitas Barat berbeda dengan kami. Tapi, itu tak berarti lebih buruk. Apa yang akan terjadi kalau Deng meninggal? Dalam jangka pendek keadaan kami bisa saja lebih buruk. Tapi dalam jangka panjang lebih baik. Mungkinkah tentara memegang peranan di masa depan? Dalam masyarakat kami, tentara memegang peranan penting. Tapi, tidak monolit. Setiap tingkat punya pandangan berbeda. Saya telah menerima banyak surat simpati dari mereka. Banyak yang terang-terangan membubuhkan namanya di sampul surat. Di Cina hal itu tindakan berani. Apakah Anda yakin kalau pulang ke Cina nanti, Anda tak akan ditahan dan dibuang ke tempat yang jauh? Saya sudah siap untuk itu. A. Dahana
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini