Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Politisi Tua Menolak Pudar

Perdana Menteri Italia Berlusconi akhirnya mundur. Dia yang ketiga sejak awal tahun, setelah Thaksin Shinawatra dan Snyder Rini.

8 Mei 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUA lelaki itu berjabat tangan. Seusai penguburan tiga tentara Italia yang tewas di Irak, pekan lalu, Silvio Berlusconi, 69 tahun, berdamai dengan lawannya, Romano Prodi. Setelah hampir tiga minggu bertahan, lelaki terkaya di Italia itu akhirnya menyerah, mengakui kemenangan Prodi.

Dalam pemilu pertengahan bulan lalu, Berlusconi kalah sangat tipis. Dia memperoleh 49,7 persen, sementara Prodi mengumpulkan suara 49,8 persen. Selasa pekan lalu, konglomerat media ini mengundurkan diri kepada Presiden Italia, Carlo Azeglio Ciampi. Dia meminta Prodi segera membentuk peme-rintahan baru.

Taipan bisnis ini menjadi perdana menteri ketiga yang mengundurkan diri sejak awal tahun ini. Pada awal April lalu, Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra, juga taipan bisnis di negerinya, memilih berhenti seusai pemilu yang belum ketahuan hasilnya. Tekanan kuat ribuan demonstran membuatnya tak betah. Pada akhir April silam, giliran Perdana Menteri Kepulauan So-lomon, Snyder Rini, terpaksa meletakkan jabatan setelah demonstrasi besar menuntutnya turun panggung.

Sejumlah pengamat menilai turunnya Berlusconi, pemilik tiga stasiun televisi itu, tak membuat dia keluar dari politik. Kegagalannya pada pemilu April lalu bukan kartu mati. Pemilik koran, majalah, dan perusahaan periklanan ini sudah mempersiapkan kancah pertarungan baru. Dengan dukungan kemampuan politik, bisnis, dan sikapnya yang keras, banyak pengamat memperkirakan dia akan muncul lagi.

Komentator politik Anselma Dell’Olio mengatakan, mengalah justru membuat posisinya lebih kukuh. Berlusconi pernah mengatakan kalah tak ada dalam DNA (zat pembawa sifat dalam tubuh)-nya.

Politisi tua ini pernah bertahun-tahun menjadi oposisi yang sabar, sebelum akhirnya berkuasa pada kurun 1994-2001. Pada 2001 dia terpilih menjadi perdana menteri kedua kalinya. ”Kegagalan kali ini membuat dia berkecamuk karena merasa tidak diberlakukan adil oleh pemilih,” kata Gianfranco Pasquiono, bekas senator dari partai kiri tengah.

Pada akhir kekuasaannya, pemilik klub sepak bola AC Milan ini akan berumur 74 tahun, usia ketika sebagian besar politisi Eropa menulis biografi. Italia- memang berbeda. Di umur itu mereka tetap bertengger. Apalagi orang seperti- Berlusconi, yang melakukan operasi plastik agar terlihat muda. ”Kalau dia sehat, saya tidak melihat alasan dia tidak kembali lagi menjadi perdana menteri,” kata Dell’Olio.

Namun jalannya tak akan mudah. Baru sehari mundur, kekayaannya sudah diutak-atik. Villa Certosa mewah miliknya di Sardinia seluas 104 hektare akan diperiksa. Penguasa setempat akan mengecek apakah konstruksinya ramah lingkungan. Di situ ada bukit buatan kecil dengan pohon zaitun berumur ratus-an tahun dan bangku-bangku untuk menikmati pemandangan.

Villa Certoza berada di Pantai Eme-rald, yang terkenal dan disebut sebagai mutiara di antara sekian banyak vila miliknya. Di tempat itu, dia pernah menjamu Perdana Menteri Inggris Tony Blair dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Di situ ada 27 ruangan dengan pemandang-an khusus seperti kolam tersembunyi dan taman kaktus mahaluas.

Fausto Bertinotti, pemimpin Partai Refounded yang beraliran komunis, membeberkan Berlusconi tak hanya mempunyai tiga stasiun televisi utama, plus koran, majalah, dan majalah periklanan. Dia juga menguasai radio pemerintah secara tidak langsung. Juru bicara Forza Italia, partai tempat Berlusconi berada, Sandro Bondi, mengatakan ucapan Bertinotti itu sangat mengganggu dan antidemokrasi.

Banyak pengamat tak percaya akan terjadi reformasi dalam soal ini, karena orang-orang Berlusconi masih banyak di parlemen. Prodi yang kini berkuasa menekankan berulang kali bahwa dia percaya adanya pasar bebas. Namun dia memberikan sinyal akan memagari benturan kepentingan, sehingga peran ganda seperti dilakukan Berlusconi selama ini—taipan media sekaligus politisi—tidak merugikan rakyat di negeri ber-bentuk sepatu bot itu.

Leanika Tanjung (Ansa, Reuters, BBC)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus