Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

AS Usir Duta Besar Afrika Selatan, Dituduh Pembenci Trump

Dubes Afrika Selatan Ebrahim Rasool diusir dari Amerika Serikat karena dituduh membenci Donald Trump. Afrika Selatan adalah pembela Palestina.

15 Maret 2025 | 15.17 WIB

(dari kiri) CEO Tesla Elon Musk, X  A-12,, Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, 11 Maret 2025. Reuters/Kevin Lamarque
Perbesar
(dari kiri) CEO Tesla Elon Musk, X A-12,, Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, 11 Maret 2025. Reuters/Kevin Lamarque

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat mengusir Duta Besar Afrika Selatan Ebrahim Rasool. Pemerintahan Presiden Donald Trump telah menyatakan Rasool sebagai persona non grata di Amerika Serikat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam unggahan di media sosial pada hari Jumat, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan bahwa Rasool tidak lagi diterima di Amerika. “Ebrahim Rasool adalah politisi yang menghasut isu rasial yang membenci Amerika dan membenci POTUS,” tulis Rubio yang menggunakan akronim untuk Presiden Amerika Serikat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

“Kami tidak punya hal yang perlu didiskusikan dengannya, jadi dia dianggap persona non grata," ujarnya dilansir dari Al Jazeera.

Rubio mengaitkan pernyataan Rasool dengan sebuah artikel oleh media sayap kanan Breitbart. Dalam artikel itu, pernyataan Rasool dikutip yang mengatakan bahwa Trump memobilisasi naluri supremasi dan korban kulit putih sebagai isyarat rahasia selama pemilu 2024.

Pengusiran Rasool merupakan langkah terbaru dalam serangkaian langkah pemerintahan Trump yang mengecam Afrika Selatan. Negara ini mendukung hak-hak Palestina dan membantu mempelopori kasus di Mahkamah Internasional (ICJ). Afrika Selatan  menuduh Israel, sekutu AS, melakukan tindakan genosida di Gaza.

Awal minggu ini, media berita Semafor melaporkan bahwa Rasool, seorang diplomat veteran, telah ditolak untuk berbicara dengan pejabat di Departemen Luar Negeri AS, serta dengan pejabat tinggi Partai Republik, sejak pelantikan Trump. Rasool kembali menjabat sebagai duta besar Afrika Selatan untuk AS pada Januari. Sebelumnya, ia menjabat posisi tersebut dari 2010 hingga 2015, di bawah pemerintahan Barack Obama.

Afrika Selatan diperintah oleh Kongres Nasional Afrika (ANC), sebuah partai yang muncul dari perjuangan anti-apartheid yang mengakhiri kekuasaan minoritas kulit putih di negara tersebut. Namun negara ini menjadi sasaran kemarahan khusus pemerintahan Trump dan sekutunya seperti miliarder sayap kanan Elon Musk, yang berasal dari Afrika Selatan.

Pemerintah Trump menuduh Afrika Selatan melakukan diskriminasi terhadap penduduk kulit putih.

Trump telah membatalkan bantuan untuk Afrika Selatan. Pada Februari, Trump menawarkan kewarganegaraan yang dipercepat bagi warga negara Afrika Selatan kulit putih yang melarikan diri dari diskriminasi berbasis ras yang disponsori pemerintah. Saat itu, Gedung Putih hampir menutup sepenuhnya pengungsi yang melarikan diri dari kekerasan dan penindasan di seluruh dunia.

Pilihan editor: Irak Klaim Bunuh Pemimpin ISIS Pengganti Al Baghdadi

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus