Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Ppp terpukul lagi

Kunjungan pm pakistan mohammad khan junejo ke as menyakinkan reagan untuk mendukung presiden zia ul-haq dan kelanjutan pembangunan instalasi nuklir. pemimpin oposisi benazir bhutto terpukul lagi. (ln)

26 Juli 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA beberapa oleh-oleh yang dibawa pulang PM Pakistan Mohammad Khan Junejo dari kunjungan tiga harinya ke AS pekan lalu. Yang terpenting: pujian Presiden Reagan terhadap perkembangan politik Pakistan. Pujian Reagan itu diucapkannya tatkala menyambut kedatangan Junejo di Gedung Putih. Reagan, yang menyebut Pakistan "partner dekat AS", memuji Pakistan yang telah melakukan "langkah yang maju dalam peralihannya menuju demokrasi" dengan mengakhiri keadaan darurat perang yang berlangsung lebih dari delapan tahun Desember lalu. Pernyataan ini diulangi dalam komunike bersama seusai kunjungan. Kedua pimpinan pemerintahan itu sepakat, pulihnya kembali demokrasi parlementer "akan merupakan sumbangan penting bagi kesinambungan stabilitas dan kemajuan Pakistan". Buat Presiden Zia ul-Haq, pujian ini sangat penting. Seorang pejabat AS mengatakan, dengan pujian itu Reagan seakan membenarkan kebijaksanaan dalam negeri yang ditempuh Presiden Zia, dan mendukung diteruskannya langkah tersebut. Sebaliknya, pujian ini sangat memukul Benazir Bhutto. Putri Almarhum PM Ali Bhutto, yang digulingkan Zia dalam kup pada 1977 dan kini memimpin Partai Rakyat Pakistan (PPP) yang beroposisi, ini tampaknya sangat mengharapkan dukungan AS. Ia menduga, bila AS mendukung tuntutannya agar Zia menyelenggarakan pemilu dalam tahun ini juga dan mengancam akan menyetop bantuan ekonomi dan militer AS bila tak melakukannya, Zia akan terpaksa tunduk. Kini harapan itu buyar. Zia pasti akan lebih bersikukuh untuk menyelenggarakan pemilu pada 1990 seperti yang belakangan sering dicanangkannya. Ini berarti Benazir harus meningkatkan aksinya, agar tak kehilangan momentum dan bisa memaksakan tuntutannya. Namun, Benazir sendiri harus menghadapi berbagai masalah. Demonstrasi yang diselenggarakan partainya belakangan dihadiri tidak sebanyak orang seperti di saat ia baru kembali dari pengasingannya di London. Ia juga kurang berhasil memperoleh dukungan para pemimpin oposisi lainnya. Dalam PPP sendiri, Benazir juga harus menghadapi perpecahan dan berbagai fraksi yang bertentangan. Pendeknya, Benazir harus memakai taktik baru untuk bisa memaksa Zia mempercepat pelaksanaan pemilu. Sementara itu, Washington sendiri tampaknya khawatir, meningkatnya oposisi terhadap Zia akan menimbulkan kekerasan. Dan itu bisa mengganggu kestabilan Pakistan. Padahal, stabilitas Pakistan diperlukan guna menghadapi rezim Afghanistan yang ditopang Uni Soviet. Oleh-oleh Junejo yang lain: Presiden Zia juga bisa gembira karena lagi-lagi berhasil meyakinkan Reagan bahwa proyek nuklir Pakistan hanya ditujukan untuk maksud damai. "Negara kami ini negara berkembang. Kami tidak punya maksud untuk membuat senjata nuklir," kata Junejo, PM sipil pertama Pakistan sejak UU Darurat dicabut, pada pers di Washington pekan silam. Washington memang sudah lama sangat khawatir, suatu saat nanti Pakistan akan membuat bom nuklir. Konon, sewaktu berbicara dengan Junejo, Reagan dengan keras dan terbuka memperingatkannya agar Pakistan tidak membuat bom nuklir. Ini juga ditegaskan dalam komunike bersama. Sebelumnya, Washington telah berkali-kali memperingatkan hal yang sama. Terakhir disertai ancaman, bantuan ekonomi dan militer AS pada Pakistan sebesar US$ 4,02 milyar yang dimulai tahun depan akan disetop bila Pakistan melanggar janji. Yang menarik, pada saat yang sama Moskow juga menyatakan kekhawatiran yang sama. Moskow, tampaknya juga menyuarakan kekhawatiran India, tatkala bulan lalu memperingatkan Islamabad mengenai soal bom nuklir ini. Berbagai laporan intel menyebutkan, Pakistan kini telah, atau hampir mampu, membuat bom nuklir. Dua pekan lalu, ABC News memberitakan, Pakistan telah berhasil melakukan simulasi nuklir tanpa bahan nuklir di instalasi Kahuta. Bila ini benar, Pakistan bisa mengubah perimbangan situasi di kawasan Asia Barat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus