Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta -Presiden Prancis Emmanuel Macron bertolak ke Ibu Kota Rusia, Moskow pada Senin 7 Februari 2022 untuk membujuk Presiden Rusia Vladimir Putin agar meredakan ketegangan dengan Ukraina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Seperti dilansir Reuters, Macron menelepon sekutu Barat, Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Ukraina menjelang kunjungan tersebut. Ia juga akan menindaklanjuti dengan perjalanan ke ibu kota Ukraina, Kyiv, pada Selasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Macron mempertaruhkan banyak modal politik dalam misi yang bisa terbukti memalukan jika kembali dengan tangan kosong.
“Kami harus sangat realistis,” kata Macron kepada Journal du Dimanche dalam sebuah wawancara."Kami tidak akan mendapatkan isyarat sepihak, tetapi penting untuk mencegah memburuknya situasi sebelum membangun mekanisme dan sikap saling percaya."
Dua sumber yang dekat dengan Macron mengatakan salah satu tujuan kunjungannya adalah untuk mengulur waktu dan membekukan situasi selama beberapa bulan. Setidaknya sampai pemilihan "Super April" di Eropa - di Hungaria, Slovenia dan, yang terpenting bagi Macron, di Prancis.
Moskow menyambut kunjungan itu dengan hati-hati. Kremlin mengatakan akan mendengarkan ide-ide Macron, tetapi menyesampingkan adanya terobosan.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan Rusia mengetahui rencana Macron untuk meredakan ketegangan.
"Namun, situasinya terlalu kompleks untuk mengharapkan terobosan yang menentukan dalam satu pertemuan. Dalam beberapa hari terakhir tidak ada yang baru tentang topik jaminan keamanan untuk Rusia, lawan bicara Barat kami memilih untuk tidak menyebutkan topik ini," kata Peskov.
Rusia telah mengerahkan lebih dari 100 ribu tentara di dekat perbatasan Ukraina. Mereka menyangkal merencanakan invasi ke Ukraina seperti yang dituduhkan negara-negara Barat, tetapi menegaskan akan mengambil tindakan militer jika tuntutannya tidak dipenuhi.
Termasuk janji NATO untuk tidak pernah menerima Ukraina sebagai anggota blok militer tersebut.
Macron mendapatkan reputasi sebagai diplomat regional sejak berkuasa pada 2017. Ia telah mencoba untuk membujuk dan menghadapi Putin selama lima tahun terakhir.
Segera setelah pemilihannya, Macron menggelar karpet merah untuk Putin di Istana Versaille. Namun, ia juga menggunakan kunjungan itu untuk secara terbuka mengecam campur tangan Rusia selama pemilihan. Dua tahun kemudian, pasangan itu bertemu di kediaman musim panas presiden Prancis.
Negara-negara Eropa Timur yang menderita puluhan tahun di bawah kekuasaan Uni Soviet telah mengkritik pendekatan Macron ke Rusia. Mereka mencurigai Macron tentang negosiasi "tatanan keamanan Eropa baru".
Untuk melawan kritik menjelang perjalanan dan mengambil jubah kepemimpinan Eropa dalam krisis ini, Macron bersusah payah untuk berkonsultasi dengan para pemimpin Barat lainnya, termasuk Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden.
SUMBER: REUTERS
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.