Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Berita Tempo Plus

Seorang Pengungsi dari Zanzibar

Hadiah Nobel Sastra jatuh ke tangan Abdulrazak Gurnah. Pengungsi asal Zanzibar yang merekam isu Afrika dan migran dalam karya sastranya.

23 Oktober 2021 | 00.00 WIB

Novelis Tanzania Abdulrazak Gurnah, pemenang Hadiah Nobel Sastra 2021, bdi Canterbury, Inggris, 7 Oktober 2021. REUTERS/Henry Nicholls
Perbesar
Novelis Tanzania Abdulrazak Gurnah, pemenang Hadiah Nobel Sastra 2021, bdi Canterbury, Inggris, 7 Oktober 2021. REUTERS/Henry Nicholls

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ringkasan Berita

  • Abdulrazak Gurnah mendapat Hadiah Nobel Sastra tahun ini.

  • Dia mengungsi ke Inggris ketika dipersekusi di Zanzibar.

  • Konsisten mengangkat isu tentang Afrika dan pengungsi.

“KEJAHATANKU adalah mengatakan kepada para gadis yang ikut kelas Minggu-ku bahwa mereka seharusnya tidak mau dikhitan,” tulis Abdulrazak Gurnah dalam Refugee Tales (2016), kumpulan memoar para pengungsi Inggris yang disunting David Herd. Bagi Gurnah, khitan adalah mutilasi alat kelamin yang merupakan praktik barbar dan terbelakang. “Lelaki memaksa perempuan melakukannya sehingga perempuan akan tahu bahwa mereka cuma sampah. Tujuan utamanya adalah menyakiti dan mengendalikan mereka.”

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Iwan Kurniawan

Sarjana Filsafat dari Universitas Gadjah Mada (1998) dan Master Ilmu Komunikasi dari Universitas Paramadina (2020. Bergabung di Tempo sejak 2001. Meliput berbagai topik, termasuk politik, sains, seni, gaya hidup, dan isu internasional.

Di ranah sastra dia menjadi kurator sastra di Koran Tempo, co-founder Yayasan Mutimedia Sastra, turut menggagas Festival Sastra Bengkulu, dan kurator sejumlah buku kumpulan puisi. Puisi dan cerita pendeknya tersebar di sejumlah media dan antologi sastra.

Dia menulis buku Semiologi Roland Bhartes (2001), Isu-isu Internasional Dewasa Ini: Dari Perang, Hak Asasi Manusia, hingga Pemanasan Global (2008), dan Empat Menyemai Gambut: Praktik-praktik Revitalisasi Ekonomi di Desa Peduli Gambut (2020).

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus