Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas, telah memilih penggantinya untuk menjalankan pemerintahan sementara jika ia meninggal dunia atau terpaksa mundur dari jabatannya karena alasan Kesehatan, The New Arab melaporkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keputusan itu diambil didasarkan pada konstitusi yang menyebutkan ketua Dewan Nasional Palestina (PNC) akan bertindak sebagai presiden sementara setidaknya selama 90 hari sampai putaran baru pemilihan presiden diadakan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua PNC saat ini adalah Rawhi Fattouh – seorang yang telah lama berkecimpung di dunia politik Palestina, termasuk sebagai anggota Fatah dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).
Nama Rawhi Fattouh tidak popular di kalangan warga Palestina. Tugasnya menggantikan Abbas akan sangat berat karena citra Otoritas Palestina yang dianggap korup.
Siapa Rawhi Fattouh?
Dilansir Palestine Chronicle, Rawhi Ahmed Muhammad Fattouh, atau dikenal dengan nama Abu Wissam, lahir pada 23 Agustus 1949, dan menghabiskan tahun-tahun awal hidupnya di kamp pengungsi Rafah di dekat kota Rafah, Jalur Gaza.
Namun, keluarganya berasal dari desa Barqa, yang terletak di utara Gaza, yang secara etnis dibersihkan oleh Israel dalam "Operasi Barak" yang terkenal pada 1948.
Fattouh belajar di sekolah yang dikelola oleh Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA) selama Pendidikan dasar, sebelum kemudian melanjutkan di sekolah lain di kota al-Arish, Mesir, tempat keluarganya pindah.
Ketika perang tahun 1967 dimulai – Israel melancarkan serangan mendadak ke Mesir dan secara ilegal menduduki Semenanjung Sinai – keluarganya kemudian pindah sekali lagi ke kota Zarqa, di Yordania. Di sana, ia akan menyelesaikan ijazah sekolah menengahnya.
Pejabat Otoritas Palestina di masa depan ini belajar Sastra Inggris dan lulus pada 1979 dari Universitas Damaskus di Suriah, ia kemudian melanjutkan untuk menyelesaikan gelar Master dalam ilmu politik pada 2002.
Dia memulai keterlibatannya dengan Partai Fatah, yang dipimpin oleh Yasser Arafat, hanya setahun setelah pindah ke Yordania, pada 1968, dan bergabung dengan sayap bersenjata utama kelompok tersebut yang dikenal sebagai al Asifah. Dia kemudian pindah dengan pasukan Fatah dan menerima pelatihan di Yordania, Irak, Suriah, dan Lebanon.
Karier Politik
Karir politik Fattouh dimulai dengan cabang Fatah Wilayah Suriah, di mana ia menjabat sebagai Sekretaris Organisasi, serta mengepalai cabang-cabang Gerakan Mahasiswa Fatah di Suriah.
Ia kemudian menjadi anggota Badan Eksekutif Persatuan Mahasiswa Palestina dan pada 1989 terpilih sebagai anggota Dewan Revolusi Fatah pada Konferensi Umum Kelima.
Pada 1996, Fattouh pertama kali terpilih sebagai anggota Dewan Legislatif Palestina (PLC) untuk Distrik Gubernuran Rafah, pada 2003 ia menjadi Menteri Pertanian Otoritas Palestina dan pada 2004, Ketua Dewan Legislatif Palestina.
Pada 2004, ia juga menjadi Presiden Otoritas Palestina untuk periode 60 hari, karena ia dipilih oleh Yasser Arafat untuk mengisi posisinya selama periode interim jika ia meninggal dunia. Ia digantikan oleh Mahmoud Abbas, yang menjadi Presiden Otoritas Palestina hingga saat ini.
Abbas kini telah membuat keputusan yang sama dan menjadikan Rawhi Fattouh sebagai penggantinya jika ia meninggal dunia atau mengundurkan diri karena sakit.
Pemilu yang nyaris tak mungkin
Namun, tidak seperti apa yang terjadi setelah kematian Yasser Arafat, tampaknya agak tidak mungkin bahwa pemilihan Presiden akan diadakan dalam rentang waktu yang ditentukan yang diamanatkan oleh Konstitusi Otoritas.
Belum pernah ada pemilihan Presiden Otoritas Palestina selama hampir 20 tahun, karena Mahmoud Abbas telah memilih untuk memblokir semua upaya sebelumnya untuk melakukan pemilihan baru. Keputusan ini telah diperdebatkan karena Israel menutup kemampuan Otoritas Palestina untuk menyelenggarakan pemungutan suara di Yerusalem Timur, meskipun para ahli berpendapat bahwa ini bukan lagi masalah yang tidak dapat diselesaikan.
Selama 20 tahun masa pemerintahannya, Mahmoud Abbas telah mengambil alih kendali de facto atas peradilan, keamanan, intelijen, dan hampir semua elemen Otoritas Palestina, menerima dukungan AS, Uni Eropa, dan Israel selama masa jabatannya untuk mempertahankan status quo. Hal ini telah menciptakan apa yang disebut sebagai kediktatoran semu yang telah dibentuk dan mempertahankan kontrol terbatas atas wilayah A dan B di Tepi Barat yang diduduki.
Meskipun Fattouh akan menggantikan Abbas, ia harus berjuang untuk memperbaiki pandangan populer di Tepi Barat bahwa Otoritas Palestina adalah lembaga yang korup. Pandang ini terutama karena fakta bahwa pada akhir tahun 2000-an ia diketahui telah menyelundupkan ribuan telepon seluler ke dalam wilayah tersebut dari Yordania, menggunakan "izin VIP" yang diberikan oleh Israel.
Bahkan jika Rawhi Fattouh berhasil memperbaiki citra Otoritas Palestina, ia akan terjebak di tengah-tengah perebutan kekuasaan antara berbagai elemen Partai Fatah yang berkuasa di Otoritas Palestina, yang akan berlomba-lomba untuk mendapatkan kekuasaan politik dan/atau langkah yang akan diambil untuk reformasi.
Pilihan Editor: Mahmoud Abbas Tunjuk Calon Penggantinya, Mengapa Baru Sekarang?