PENAHANAN Ketua Perhimpunan Cina Malaysia (MCA) Tan Koon Swan, 45, oleh polisi Singapura, secara spontan menimbulkan reaksi berantai. Berbagai protes dilancarkan di Malaysia. Aksi unjuk rasa ratusan anggota MCA itu, tampaknya, karena mereka tidak dapat menerima Tan diperlakukan seperti terdakwa biasa. Aksi warga MCA itu, antara lain, mengimbau rakyat Malaysia untuk memboikot barang-barang Singapura, anjuran agar tidak pesiar ke negara pulau itu, menghentikan pengiriman air bersih dari Johor ke sana, dan ditambah lagi dengan seruan agar rakyat menghimpun kekuatan menggulingkan kekuasaan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew. Tindakan aksi itu diambil anggota MCA karena mereka beranggapan penahanan Tan Koon Swan, yang tak bisa membayar utang Pan Electric S$ 400 juta, sehingga terancam bangkrut, sebagai perbuatan tidak adil dari pemerintah Singapura. Soalnya, Tan Kok Liang -- sehari-hari menjabat sebagai direktur keuangan pada tiga perusahaan, termasuk Pan Electric, yang dianggap terlibat dalam kasus itu -- masih bebas berkeliaran. Sementara itu, Deputi PM Singapura Goh Chok Tong ikut menambah marak suasana ketika ia, di hadapan para mahasiswa Politeknik Singapura, mempertanyakan kekuasaan MCA. "MCA bukanlah pihak yang berkuasa di Malaysia," tuturnya. "Tapi, bila mereka (MCA) menyetop suplai air, kita akan mendapat kesulitan besar." "Tak wajar bagi siapa pun untuk menyatakan itu," ucap PM Mahathir kepada koresponden TEMPO di Kuala Lumpur, Ekram Attamimi. "Jelas, ini telah menyepelekan posisi MCA dalam tubuh pemerintah Malaysia." Sebagai salah satu unsur Barisan Nasional, koalisi yang sekarang berkuasa di Malaysia maka pantas PM Mahathir memerintahkan agar melokalisasikan soal nasib nahas menimpa Tan Koon Swan. Karena itu, wajar bila pemerintah Malaysia menuding Goh Chok Tong telah berbuat usil mencampuri urusan dalam negeri Malaysia. Satu-satunya yang tidak ikut mendukung protes pemerintah itu adalah dari Kongres Persatuan Perdagangan Malaysia (MTUC). V. David, Sekretaris Jenderal MTUC, tidak setuju dengan tindakan pemerintah mengirimkan protes ke Singapura. "Itu tindakan kekanak-kanakan," katanya. "Kendati MCA itu salah satu unsur Barisan Nasional tak seharusnya mempengaruhi pemerintah dalam mengambil keputusan." Sementara itu, Tan Koon Swan, yang "bebas" dengan uang jaminan S$ 20 juta, Ahad pekan silam telah berada kembali di Kuala Lumpur. Kabarnya, ia mendapat izin "pulang kampung" untuk merayakan Imlek (Hari Raya Cina) sampai pekan mendatang. Ketika sang jutawan dan politikus itu tiba di bandar udara Subang, Kuala Lumpur, ia mendapat sambutan dari hampir semua anggota MCA. Juga tampak hadir wakil dari UMNO, dan Ketua Kongres India Malaysia Samy Vellu. Diduga protes kepada pemerintah Singapura itu tak akan sampai mengguncangkan hubungan kedua negara. "Kita bertetangga . . . tentu harus saling menghormati . . . apalagi sesama anggota ASEAN," tutur Datuk Abdul Kadir, Deputi Menteri Luar Negeri seusai menyampaikan nota protes kepada Konsul Singapura, Li Chun Ying, yang mewakili Duta Besar Singapura. Li Chun Ying cuma bisa mengangguk-angguk, karena terpukul oleh ucapan Goh Chok Tong yang dinilai menghina oleh Malaysia itu. Yulia S. Madjid Laporan Kantor berita
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini