Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui tentara Rusia mungkin terlibat dalam perang Ukraina untuk waktu yang lama. Putin pun mengakui pihaknya belum punya rencana menarik tentaranya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Presiden Putin jarang menyinggung tentang durasi perang yang dia mulai lebih dari sembilan bulan lalu, tetapi mengatakan kepada para loyalis dalam pertemuan yang disiarkan televisi pada Rabu, 7 Desember 2022, bahwa perang itu masih bisa berlangsung untuk beberapa waktu.
"Ini bisa menjadi proses yang panjang," kata Putin.
Petugas dibantu kendaraan alat berat mencari korban yang kemungkinan tertimbun reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan udara di Idlib, Suriah, 7 Februari 2017. Sebanyak 8 serangan yang diyakini dilakukan oleh jet milik Rusia ini meratakan sejumlah bangunan bertingkat di kota Idlib. REUTERS/Ammar Abdullah
Rusia telah dipaksa melakukan serangkaian kemunduran yang signifikan dalam menghadapi serangan balik dari Ukraina, menyusul bertambahnya stok persenjataan dari negara-negara Barat, di timur dan selatan Ukraina sejak Juli 2022.
Rusia meluncurkan apa yang disebutnya "operasi militer khusus" pada Februari 2022, dengan alasan hubungan Ukraina yang semakin dalam dengan negara-negara Barat sehingga dianggap menimbulkan ancaman keamanan bagi Rusia. Ukraina dan sekutu-sekutunya mengatakan bahwa invasi Rusia tersebut sama dengan perampasan tanah oleh imperialis.
Presiden Putin mengatakan risiko perang nuklir semakin besar, tetapi Rusia tidak akan sembarangan mengancam dalam menggunakan senjata nuklir.
"Kami belum gila, kami menyadari apa itu senjata nuklir. Kami memiliki sarana ini (senjata nuklir) dalam bentuk yang lebih maju dan modern daripada negara nuklir lainnya ... Tapi kami tidak akan berkeliling dunia sambil mengacungkan senjata ini seperti pisau cukur," kata Putin.
Sebelumnya dalam wawancara yang diterbitkan pada Kamis, 8 Desember 2022, Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan risiko Putin menggunakan senjata nuklir telah menurun buntut dari tekanan internasional. Sekitar 150 ribu dari 300 ribu tentara cadangan yang dipanggil pada September dan Oktober 2022 telah dikerahkan di Ukraina. Presiden Putin juga mengerahkan 77 ribu unit tempur dan 150 ribu sisanya masih berada di pusat pelatihan.
"Dalam kondisi seperti ini, berbicara tentang tindakan mobilisasi tambahan tidak masuk akal," kata Putin.
Bank Sentral Rusia pada Rabu, 7 Desember 2022, menjelaskan ekonomi Rusia sudah bisa mengatasi kemerosotan jangka pendek yang disebabkan oleh perintah mobilisasi (militer) parsial, tetapi dampak disinflasi yang ditimbulkannya dalam mengurangi permintaan konsumen praktis telah hilang.
Presiden Putin mengatakan dia tidak menyesal meluncurkan perang yang telah menjadi perang paling menghancurkan Eropa sejak Perang Dunia Kedua. Dia juga mengklaim Rusia telah mencapai hasil yang signifikan dengan akuisisi wilayah baru, yakni merujuk pada aneksasi empat wilayah yang sebagian diduduki tentara Rusia pada September 2022. Ukraina dan sebagian besar anggota PBB dikutuk pendudukan empat wilayah Ukraina itu sebagai tindakan ilegal.
Perang Ukraina masih bergolak. Presiden Rusia Volodymyr Zelenskiy pada Rabu malam, 7 Desember 2022, mengatakan penembakan yang dilakukan Rusia menewaskan 10 orang dan melukai banyak orang di kota Kurakhove di Ukraina timur.
"Mereka adalah orang-orang yang damai, orang-orang biasa. Sepanjang hari kemarin, posisi kami ditembaki, kendaraan udara tak berawak mereka mengudara sepanjang hari," kata Zelenskiy, yang pada Rabu 7 Desember 2022 dinobatkan sebagai 'Person of the Year' majalah Time 2022 atas kepemimpinannya.
Analis militer Ukraina Oleh Zhdanov mengatakan Rusia telah kembali menggunakan drone buatan Iran, dengan pasukan Ukraina menembak jatuh 14 di antaranya dalam 24 jam saat mereka menyerang permukiman di Ukraina barat dan tengah.
Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan PBB sedang memeriksa informasi yang ada tentang tuduhan Iran memasok Rusia dengan drone saat ia menghadapi tekanan Barat untuk mengirim ahli ke Ukraina untuk memeriksa drone yang jatuh. Iran membantah memasok drone ke Rusia.
Pasukan Rusia telah menembakkan lebih dari seribu roket dan rudal ke jaringan listrik Ukraina, yang masih berfungsi meskipun mengalami kerusakan besar. Delapan gelombang serangan udara Rusia baru-baru ini terhadap infrastruktur penting telah merusak jaringan listrik secara serius dan menyebabkan pemadaman darurat dan terencana di seluruh negeri, termasuk di ibu kota Kyiv, sebuah kota berpenduduk tiga juta jiwa.
Reuters | Nugroho Catur Pamungkas
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.