Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hubungan sejarah dan rasa sayang warga Siprus kepada kucing membuat populasi kucing liar di negara kecil ini membludak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan truk kecil, Dinos Ayiomamitis setiap hari saat fajar pelan-pelan mengemudi jalan pemakaman untuk menemui teman berbulunya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ini dia, Bourekka mou," bisiknya menggunakan istilah sayang Siprus, saat hewan-hewan itu melingkari kakinya dan menunggunya mengambil makanan dari belakang pikapnya untuk dimakan.
Ayiomamitis adalah salah satu dari sejumlah sukarelawan yang memberi makan ribuan kucing liar di pulau Mediterania.
"Belum ada penghitungan resmi, tetapi berdasarkan penilaian kami sendiri, setidaknya sama dengan jumlah orang," kata Ayiomamitis, yang memberi makan hingga 200 kucing setiap hari di berbagai lokasi di sekitar ibu kota Siprus, Nicosia, dikutip dari Reuters, 25 Juni 2021.
"Kami melihat populasi kucing liar mendekati satu juta, itu perkiraan kasar," kata Ayiomamitis, ketua komunitas Cat PAWS.
Relawan dan ketua komunitas Cats Paws Dinos Ayiomamitis menyiapkan makanan untuk kucing liar di sebuah pemakaman di Nicosia, Siprus, 5 Juni 2021. [REUTERS/Yiannis Kourtoglou]
Hubungan batin Siprus dengan kucing dilacak ribuan tahun lalu. Pada tahun 2004, arkeolog Prancis melaporkan apa yang digambarkan pada saat itu sebagai catatan sejarah paling awal domestikasi kucing, di situs pemakaman berusia 9.500 tahun.
Pada tahun 400 M, Helen dari Konstantinopel dikatakan telah mengirim banyak kucing ke pulau itu untuk berburu ular berbisa.
Di cagar alam kucing 80 km dari ibu kota, para sukarelawan menemukan kucing terlantar dan anak kucing mereka dibuang di luar pagar hampir setiap hari.
Malcolm's Cats, sebuah cagar alam yang dinamai menurut pendirinya Malcolm C.P. Stevenson, menampung sekitar 200 kucing. Di sini mereka dirawat di lingkungan yang aman dan bersih dengan akses ke makanan dan dokter hewan.
Sekitar 100 ekor dipulangkan setiap tahun, tetapi jumlah kucing yang masuk melebihi jumlah yang keluar.
"Banyak kucing yang tidak dikebiri dan tidak disterilkan, berarti banyak anak kucing setiap tahun. Orang-orang terus-menerus menelepon kami, membuang kucing di luar," kata David Fender, manajer operasi dan ketua Malcolm Cat Protection Society.
Seorang sukarelawan memberi makan kucing liar di Malcolm's Cat Sanctuary di desa Asomatos di pinggiran Limassol, Siprus, 1 Juni 2021. [REUTERS/Yiannis Kourtoglou]
Dalam beberapa tahun terakhir pemerintah Siprus telah menyisihkan 75.000 euro (Rp1,2 miliar) per tahun untuk sterilisasi kucing. Program tahun ini dimulai pada 1 Juni, tetapi dengan populasi kucing yang membengkak, Fender dan Ayiomamitis menyebut ledakan populasi kucing bisa sampai membludak ke laut.
"Jumlahnya perlu dikendalikan, dan harus dikendalikan secara manusiawi, terorganisir yang dipimpin oleh pemerintah," kata Fender.
Sanctuary berada di tepi semenanjung yang luas di ujung selatan Siprus yang memiliki hubungan kuat dengan hewan. Sebuah biara bernama Saint Nicholas of the Cats pernah memiliki dua lonceng, satu untuk orang-orang panggilan untuk beribadah, dan yang kedua untuk memanggil kucing.
Konon biarawan Saint Nicholas of the Cats sering memberi makan kucing liar pemburu ular di pulau Siprus agar tidak mengkonsumsi ular terus-menerus.
REUTERS