Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok Pertahanan Sipil Suriah meminta pasokan peralatan pencarian dan penyelamatan untuk korban gempa Suriah. Mereka menggambarkan situasi di Suriah barat laut yang dikuasai pemberontak adalah tragis dan diresapi dengan bau kematian.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Situasinya tragis dalam segala hal. Sayangnya, ratusan keluarga masih berada di bawah reruntuhan,” kata relawan Asim Al-Yahya, dalam tweet dari kelompok yang juga dikenal sebagai White Helmet itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saat upaya penyelamatan melewati batas 72 jam, ada kekurangan besar peralatan pencarian dan penyelamatan," ujarnya.
Dalam tweet terpisah, White Helmets mengatakan kematian membayangi lingkungan Salqin, sebuah kota di sebelah barat kota Idlib. “Bau kematian ada di mana-mana,” katanya.
Korban gempa Turki Suriah terus bertambah hingga nyaris mencapai 16.000 orang tewas. Negara-negara di seluruh dunia telah mengirim tim penyelamat dan pasokan ke Turki, namun hanya sedikit yang sampai ke Suriah. Wilayah bagian barat Suriah hingga kini masih dikuasai oleh pemberontak.
“Saya meminta komunitas internasional, negara-negara Arab dan PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) untuk segera membantu kami,” kata relawan medis Obaida Rannoush, yang berdiri di perbatasan Bab al-Hawa yang melintasi antara Turki dan Suriah.
“Lebih dari 60 jam setelah gempa terjadi, masih ada ratusan orang yang terjebak di bawah reruntuhan. Kami tidak dapat menyelamatkan mereka karena sumber daya kami yang sedikit. Kami membutuhkan alat berat, bantuan kemanusiaan dan medis,” katanya.
Hingga saat ini, belum ada satu pun konvoi kemanusiaan yang melintasi perbatasan. “Kami belum menerima bantuan apapun,” katanya. “Kami berdiri di sini di perbatasan untuk meminta bantuan kemanusiaan agar kami dapat menyelamatkan beberapa orang di bawah reruntuhan.”
Korban gempa Suriah, telah menderita bertahun-tahun akibat perang. Hal ini yang membuat situasi setelah gempa menjadi lebih buruk.
Seorang insinyur sipil Suriah di kota barat laut Idlib mengatakan bahwa pengeboman selama bertahun-tahun oleh pasukan pemerintah adalah penyebab runtuhnya bangunan dengan cepat setelah gempa pada hari Senin. “Alasan pertama runtuhnya gedung-gedung di pedesaan Idlib dan Aleppo dengan cepat adalah serangan kekerasan yang diderita kota-kota ini, dengan segala jenis senjata berat selama 10 tahun terakhir,” kata Saria Bitar, mengacu pada perang Suriah.
“Di Aleppo timur, yang sebelumnya mengalami jenis serangan terburuk oleh rezim al-Assad (Presiden Suriah Bashar), bangunan yang hancur sudah memiliki infrastruktur yang lemah,” ujarnya.
Bitar, yang mengepalai Kelompok Relawan Hathi Hayati, mengatakan bahwa bangunan tua di Suriah juga dibangun tanpa memperhatikan bencana alam. Adapun bangunan baru tidak sesuai dengan peraturan teknis dan rekayasa. Salah satu contohnya adalah kegagalan untuk menempatkan batang logam dalam jumlah yang cukup di pondasi, katanya.
AL JAZEERA
Pilihan Editor: Presiden Taiwan Sumbangkan Gaji Sebulan untuk Gempa Turki, Berapa Besarnya?