Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bicaranya berapi-api. Tak lagi tampak sisi kalem seperti yang ia citrakan pada saat terpilih sebagai perempuan terkaya kelima Cina versi majalah Forbes 15 tahun lalu. Kerap kali ia mengacungkan tinju ketika berbincang dengan koresponden Tempo Atria Rai di kantornya di Washington, DC, Amerika Serikat, Kamis malam pekan lalu.
Rebiya Kadeer, perempuan itu, tak lagi muda. Usianya 62 tahun. Pemerintah Cina menempatkan namanya di urutan pertama orang yang paling dicari. Ia dituduh mendalangi demonstrasi yang berbuntut bentrokan berdarah yang menewaskan 192 orang di Urumqi, Xinjiang, Ahad dua pekan lalu.
Meski bisa tetap hidup nyaman dengan kekayaan hasil bisnisnya—mulai dari cuci pakaian sampai toko serba ada di seantero Cina—Rebiya lebih memilih hidup menderita ketika memutuskan memperjuangkan kemerdekaan etnisnya, yang ditindas pemerintah Cina selama 60 tahun: Uighur. ”Saya malah bangga bisa menjadi pemimpin perjuangan,” katanya.
Rebiya kini memimpin Kongres Uighur Dunia di pengasingan. Kantornya cuma satu blok dari Gedung Putih. Dari sinilah aksi perjuangan kemerdekaan etnis Uighur bergema. Berikut petikan wawancara Atria dengannya, juga wawancara Yophiandi melalui e-mail dalam dua kesempatan terpisah. Rebiya menggunakan bahasa Uighur yang diterjemahkan oleh Sekretaris Jenderal Kongres Uighur, Omer Kanat.
Apakah demonstrasi berdarah dua pekan lalu merupakan puncak reaksi etnis Uighur atas kebijakan pemerintah Cina di Xinjiang?
Bisa dibilang begitu. Ini reaksi terhadap kebijakan pemerintah Cina selama 60 tahun menindas etnis Uighur. Mereka ingin menghancurkan tradisi, budaya, identitas, dan agama yang kami anut, yang berujung pada genosida.
Bisa dicontohkan apa yang dilakukan pemerintah Cina?
Kebebasan beragama dibatasi, anak-anak di bawah 18 tahun dan pegawai pemerintah tak boleh ke masjid. Mereka juga tak boleh berpuasa Ramadan. Para imam dipaksa mengikuti ”pendidikan patriotik” sebelum bertugas. Ratusan ribu perempuan Uighur dipindahkan ke Cina Selatan untuk bekerja di pabrik. Pemerintah Cina sengaja menguji nuklir di wilayah kami. Sekolah dipaksa berbahasa Cina sebagai pengantar. Juga penangkapan banyak orang, termasuk pemuka agama Islam. Bahkan, sejak peristiwa 11 September di New York, pemerintah Cina kerap mengaitkan kami dengan teroris.
Apa jalan keluar terbaik bagi kelompok etnis Uighur agar keluar dari penindasan ini?
Etnis Uighur sebaiknya bebas menentukan masa depan politiknya, karena sudah sulit bagi kami hidup berdampingan dengan orang Cina. Kami juga meminta pemerintah Cina tidak mengipasi etnis Han (yang bentrok dengan etnis Uighur) tentang nasionalisme Cina.
Apakah memisahkan diri dari Cina jalan keluar terbaik dari masalah ini?
Semua tergantung pemerintah Cina. Jika memperlakukan kami dengan adil, memberikan kebebasan beragama, bebas kegiatan sosial, politik, ekonomi, membebaskan tahanan politik, juga mengakui kesalahan mereka selama ini, mungkin kami mempertimbangkannya. Dari sini kami menentukan bersedia hidup berdampingan dengan orang Cina (etnis Han), atau memisahkan diri.
Pemerintah Cina menuding Anda dalang kerusuhan di Xinjiang. Dasarnya telepon Anda ke saudara Anda di Xinjiang sehari sebelumnya. Apa yang terjadi sebetulnya?
Saya memang menyerukan kelompok etnis Uighur yang bermukim di luar Cina, melalui jaringan organisasi yang saya pimpin, agar menggelar protes damai di depan kedutaan-kedutaan Cina, pada 4 Juli. Ini reaksi atas perlakuan tak adil aparat Cina dalam menangani insiden di pabrik mainan di Guangdong, Cina Selatan, 26 Juni. Sejumlah buruh etnis Uighur dipukuli dan dibunuh, atas tuduhan memperkosa buruh perempuan dari etnis Han. Tapi saya tak pernah menyerukan agar protes damai tersebut dilakukan di Cina. Kemudian saya diinformasikan, sebuah situs di Cina menyerukan perlu protes serupa di ibu kota Xinjiang, Urumqi.
Lalu Anda telepon saudara Anda?
Ya, karena khawatir, saya minta dia memperingatkan anggota keluarga lainnya berhati-hati karena kemungkinan terjadi demonstrasi besar pada 5 Juli. Lalu saudara saya memberikan kode peringatan bahwa saat saya sedang menelepon, ia kedatangan ”tamu” di rumahnya. Tamu yang dimaksud adalah agen intelijen Cina. Saya bergegas menutup telepon. Nah, percakapan saya di telepon itulah yang dijadikan alat bukti oleh pemerintah Cina untuk menuding saya sebagai dalang dari kerusuhan tersebut.
Apakah Anda diperlakukan buruk selama enam tahun ditahan?
Saya tak pernah disiksa fisik secara langsung. Mungkin karena tekanan internasional terhadap kasus saya, sehingga pemerintah Cina lebih hati-hati memperlakukan saya di penjara. Namun saya kerap menyaksikan penyiksaan terhadap tahanan etnis Uighur di dalam penjara.
Bagaimana Anda melarikan diri ke Amerika setelah dibebaskan?
Saya tak punya pilihan, bahkan saat itu saya tidak tahu apa-apa ketika aparat membawa saya ke bandara dan menyerahkan saya ke pejabat Kedutaan Amerika Serikat. Pejabat itu mendampingi saya selama perjalanan dari Cina ke Los Angeles, lalu ke Washington, DC. Di sini saya akhirnya tinggal bersama suami dan kelima anak saya yang lebih dahulu ke Amerika pada 1996. (Lima anak Rebiya lainnya bermukim di Cina, seorang lagi tinggal di Australia)
Apakah Amerika memberikan perlindungan kepada Anda?
Ya, kami selalu didukung pemerintah Amerika Serikat. Kami berharap bisa mengandalkan Amerika lagi untuk kasus insiden ini.
Setelah Anda ke Amerika, bagaimana perjuangan etnis Uighur diteruskan?
Dari Amerika, saya bisa berbicara bebas lewat kedua organisasi yang saya pimpin, juga melalui situs-situs Internet dan berbagai media, termasuk Radio Free Asia yang berbasis di Washington, DC. Saya juga setiap hari menjalin hubungan melalui telepon dengan kelompok etnis Uighur di Cina.
Anda pernah meminta dukungan dari negara-negara Islam?
Pernah. Tapi, sejauh ini hanya Turki yang membantu kami. Lainnya terlalu hati-hati, mungkin karena kedekatan Cina dengan negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat.
Siapa yang membiayai kedua organisasi Anda?
Kami disumbang para anggota organisasi. Kongres Uighur Dunia memayungi 51 organisasi yang ada di seluruh dunia. Juga dari orang-orang etnis Uighur yang bermukim di luar negeri, termasuk ribuan yang tinggal di Amerika Serikat. Kami juga mendapat bantuan dari National Endowment for Democracy (NED), yang didanai oleh Kongres AS.
Bagaimana nasib kelima anak Anda yang masih di Cina?
Dua putra saya sekarang masih ditahan di penjara Cina. Yang satu dihukum sembilan tahun atas tuduhan subversi, satunya lagi dihukum tujuh tahun penjara karena menghindari pajak. Yang lain menjadi tahanan kota dan selalu dalam pengawasan intelijen Cina. Mereka tak diperkenankan bekerja, kecuali mengelola satu-satunya restoran milik kami yang dibiarkan hidup, untuk menafkahi keluarga saya.
Anda seorang pengusaha sukses, pernah menjadi perempuan nomor lima terkaya di Cina versi majalah Forbes. Bagaimana nasib bisnis yang Anda tinggalkan di Cina?
Semua usaha yang saya bangun sudah dihancurkan pemerintah Cina. Mereka telah merampas semua aset dan properti yang saya miliki.
Apa yang mendorong Anda berubah haluan menjadi aktivis politik dari sebelumnya pebisnis sukses yang hidup nyaman?
Semua berawal dari keprihatinan saya terhadap penderitaan yang dialami kaum saya. Selama 60 tahun diperlakukan tidak adil oleh pemerintah Cina. Ketika menjadi anggota parlemen Cina, saya melakukan pendekatan kepada pemerintah Cina untuk mengubah kebijakan mereka terhadap etnis Uighur. Tapi mereka tak menanggapinya. Saya malah dicopot dari jabatan saya, dijadikan tahanan rumah pada 1998. Sejak itu saya mengandalkan dukungan internasional untuk membantu perjuangan etnis Uighur mendapatkan keadilan.
Apakah Anda masih ingin kembali ke Cina?
Pasti. Meskipun saat ini tidak memungkinkan karena saya dianggap musuh besar pemerintah Cina. Namun, jika saya meninggal dunia nanti, saya ingin dikuburkan di tanah kelahiran saya di Cina.
Yophiandi (Jakarta), Atria Rai (Washington, DC)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo